Audit atas Transaksi Pendapatan
Audit terhadap siklus pendapatan
mencakup dua pendekatan, yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi.
Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahami struktur pengendalian intern
terhadap siklus penjualan. Pengujian substansi bertujuan untuk melakukan
verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya
dengan prinsip akuntansi yang lazim diterapkan di Indonesia.
Sifat
Siklus Pendapatan
Siklus
pendapatan suatu entitas terdiri dari aktivitas
yang terkait dengan pemberian barang atau jasa kepada pelanggan dan
penagihan kas dari pendapatan itu.
Tujuan
Mengaudit Siklus Pendapatan
1.
Kategori
asersi keberadaan atau keteradaan
a.
Transaksi:
·
Untuk
transaksi penjualan menunjukkan barang atau jasa yang diberikan selama periode
itu.
·
Rekaman
transaksi penerimaan kas menunjukkan kas yang diterima selama periode itu.
·
Rekaman
transaksi penyesuaian penjualan selama periode itu menunjukkan diskun,
retur dan penyesuaian penjualan, dan
piutang tak tertagih yang diotorisasi.
b.
Saldo
Akun:
·
Saldo
Piutang Usaha menunjukkan saldo yang benar-benar ada pada tanggal neraca.
2.
Kategori
asersi kelengkapan
a.
Transaksi:
·
Seluruh
penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan yang terjadi selama
periode itu telah dicatat.
b.
Saldo
Akun:
·
Saldo
Piutang usaha menunjukkan seluruh klaim kepada pelanggan pada tanggal neraca.
3.
Kategori
asersi hak dan kewajiban
a.
Transaksi:
·
Entitas
memiliki hak terhadap piutang usaha dan kas yang dihasilkan dari penjualan yang
tercatat.
b.
Saldo
Akun:
·
Piutang
Usaha pada tanggal neraca menunjukkan klaim legal entitas kepada pelanggan.
4.
Kategori
asersi penilaian atau alokasi
a.
Transaksi:
·
Seluruh
Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan yang terjadi selama
periode itu telah dinilai sesuai dengan PABU dan telah dijurnal, diiktisarkan,
dan diposting dengan tepat.
b.
Saldo
Akun:
·
Saldo
Piutang usaha bruto di neraca telah sesuai dengan rinciannya di buku pembantu
Piutang usaha.
·
Penyisihan
piutang tak tertagih telah diestimasi secara wajar sesuai dengan nilai
realisasi neto.
5.
Kategori
asersi penyajian dan pengungkapan
a.
Transaksi:
·
Rincian
penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan mendukung penyajian di
laporan keuangan termasuk klasifikasinya dan pengungkapannya.
b.
Saldo
Akun:
·
Pengungkapan
terhadap piutang yang dijual atau digadaikan telah dibuat secara wajar.
Tahap Audit
1.
Memahami Entitas
yang Diaudit
Auditor mengembangkan strategi audit awal didasarkan pada risiko salah saji
material. Langkah pertama dalam menetapkan risiko adalah memperoleh
pemahaman atas entitas
yang diaudit.
2.
Menetapkan Materialitas
·
Pendapatan merupakan ukuran dari volume aktivitas setiap
entitas. Biasanya, pendapatan memiliki
volume transaksi tinggi dan total pendapatan sangat penting terhadap laporan
keuangan. Pendapatan biasanya digunakan sebagai ukuran materialitas pada setiap
penugasan.
·
Pendapatan biasanya memberi penambahan pada piutang
usaha, kas dan arus kas dari aktivitas operasi. Piutang usaha biasanya juga
merupakan bagian yang material dari neraca.
·
Transaksi dan saldo akun yang ada pada siklus pendapatan
biasanya memiliki pengaruh yang material terhadap laporan keuangan.
·
Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi audit untuk
mencapai tujuan audit siklus pendapatan, maka kehati-hatian harus dilakukan
untuk mempertimbangkan risiko bawaan, risiko prosedur analitis, dan risiko
pengendalian ketika memilih strategi audit untuk setiap tujuan audit.
·
Materialitas (salah saji yang dapat ditoleransi) untuk
piutang usaha relatif lebih tinggi daripada untuk akun aktiva lainnya untuk
mengurangi pengeeluaran untuk memeroleh bahan bukti audit.
3.
Risiko Bawaan
Faktor-faktor yang umum memengaruhi salah saji asersi siklus pendapatan:
a.
Tekanan untuk melebih sajikan
pendapatan agar realisasi pendapatan dan mencapai target, padahal kenyataannya
tidak demikian.
b.
Tekanan untuk melebihsajikan kas dan piutang usaha bruto
atau mengurangsajikan penyisihan untuk piutang tak tertagih supaya meningkatkan
modal kerja, yang dibutuhkan dalam perjanjian hutang.
c.
Volume transaksi yang tinggi cenderung meningkatkan
jumlah kesalahan.
d.
Pengakuan pendapatan, standar akuntansi yang
membingungkan, dan membuat estimasi, kompleksitas perhitungan, cenderung
meningkatkan risiko salah saji
e.
Aplikasi akuntansi untuk piutang usaha yang digadaikan
dengan tanggung renteng, apakah sebagai penjualan atau pinjaman.
f.
Salah klasifikasi piutang usaha, apakah aktiva jangka
pendek atau aktiva jangka panjang, karena sulit menentukan ketertagihannya
g.
Penerimaan kas cenderung akan disalahgunakan
h.
Transaksi penyesuaian penjualan bisa saja digunakan untuk
menutupi pencurian kas dengan cara
meningkatkan diskun, atau mencatat transaksi fiktif atas retur penjualan, atau
menghapus piutang pelanggan.
Karena besar potensi salah saji apabila pengendalian tidak efektif, maka
auditor harus selalu memberikan pertimbangan yang cermat atas risiko inheren
dalam siklus pendapatan.
4.
Risiko Prosedur Analitis
Risiko prosedur analitis adalah elemen dari risiko deteksi, yaitu risiko
prosedur
analitis gagal untuk mendeteksi salah saji.
Prosedur analitis sangat hemat dan didasarkan pada pengetahuan auditor atas
entitas klien.
Aktivitas Pengendalian
Penerimaan Kas
Sistem manual :
1.
Fungsi penerima kas dipisah dari fungsi pencatat kas.
2.
Kas disimpan ditempat yang terhidar dari bahaya kebakaran dan bencana alam.
3.
Untuk penjualan tunai, sebaiknya digunakan mesin register
kas.
4.
Prosedur penjualan tunai harus diawasi secara periodik.
5.
Dalam setiap faktur yang dikirimkan kepada pelanggan
harus dicantumkan nomor rekening perusahaan agar pada cek yang dibayarkan
pelanggan dituliskan rekening tujuan pembayaran.
6.
Sekretariat menerima cek pembayaran dan membuat daftar
penerimaan cek yang diberikan kepada kasir (beserta cek), bagian piutang usaha,
dan arsip di sekretariat.
7.
Pada akhir setiap hari kerja dilakukan perhitungan kas
oleh kasir dan didampingi bagian yang independen terhadap kas (misalnya: bagian
akuntansi dan internal audit).
8.
Melakukan rekonsiliasi bank oleh fungsi internal audit
atau fungsi akuntansi.
9.
Setiap hari manajemen memonitor jumlah kas harian ,
kelayakan jumlah penerimaan kas dan jumlah yang dikreditkan ke buku pembantu
piutang usaha.
10.
Manajemen secara aktif menindaklanjuti piutang yang jatuh
tempo.
Sistem computer :
1.
Komputer
melakukan pengecekan kesesuaian nama pelanggan di order dengan di arsip induk.
2.
Pencocokan
komputer terhadap kredit yang diotorisasi untuk setiap pelanggan.
3.
Pencocokan
komputer terhadap barang yang dikurangi dari arsip induk sediaan dengan order
yang disetujui.
4.
Untuk
setiap pengiriman komputer harus mencocokkan dokumen pengiriman bernomorurut
dengan pesanan penjualan yang disetujui.
5.
Komputer
akan mencetak seluruh pesanan penjualan yang belum terpenuhi.
6.
Komputer
mencetak laporan barang yang dikirim namun belum ditagih.
7. Komputer melakukan penomoran
berurut untuk setiap faktur penjualan.
8. Komputer membandingkan total
pengendalian untuk seluruh dokumen pengirimandengan total faktur penjualan.
9. Penjualan dicatat hanya
berdasarkan faktur.
10. Komputer mencocokkan tanggal
faktur dengan periode akuntansi ketika barang dikirim.
11. Komputrer membandingkan harga
jual dengan daftar harga terotorisasi dan order penjualan.
12. Komputer selalu memeriksa
saldo awal piutang ditambah penjualan kredit dengan saldo akhir piutang.
13. Komputer mencocokkan seluruh
nomor pelanggan di faktur penjualan ke nomor pelanggan di order penjualan.
Penilaian
Awal
Risiko
Pengendalian
dan Strategi
Awal
Audit
Bagi asersi
siklus pendapatan dimana auditor tidak merencanakan untuk menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang rendah, auditor harus memunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk mengidentifikasi jenis potensi salah saji yang akan terjadi.
Biasanya
siklus pendapatan bersifat material dan pendapatan berasal dari banyak
pelanggan. Dalam kasus ini, sangat efisien apabila risiko pengendalian untuk
setiap asersi dinilai pada tingkat yang rendah dan mengembangkan strategi audit
melakukan pengujian pengendalia yang ekstensif.
Pengujian
terhadap Rincian
Transaksi
1.
Memvouching sampel catatan transaksi penjualan dan
piutang usaha ke dokumentasi pendukung.
2.
Melaksanakan pengujian pisah batas (Cut off test) penerimaan
kas, dengan cara:
- Mengamati bahwa seluruh penerimaan kas dan bank periode itu sudah dicatat pada periode neraca periode yang sama dan tidak ada penerimaan periode berikutnya yang dimasukkan pada saldo kas periode itu.
- Meriviu dokumentasi seperti iktisar kas harian, duplikat slip setoran, serta laporan bank mencakup beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca.
Pengujian
atas Saldo
Akun
1.
Mengonfirmasi saldo piutang:
- Menentukan bentuk, waktu dan luas permintaan konfirmasi
- Melakukan sampel terhadap pelanggan yang akan dikonfirmasi dan mengevaluasi pengembalian konfirmasi terutama untuk jawaban pengecualian (tidak setuju).
- Melakukan tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dibalas:
ü
Mengirim ulang surat konfirmasi
ü
Melakukan prosedur alternatif untuk pelanggan yang tidak
membalas surat konfirmasi. Prosedur alternatif misalnya:
-
Memeriksa bukti pendukung penerimaan kas pada awal
periode akuntansi berikutnya (Subsequent Receipt) yang berasal dari
saldo piutang usaha periode sebelumnya.
-
Memeriksa bukti pendukung piutang usaha.
Prosedur
Untuk
Penyajian
dan Pengungkapan
1. Membandingkan
penyajian laporan dengan PABU:
a. Menentukan
bahwa piutang usaha telah diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat
menurut jenis dan periode realisasi yang diharapkan.
b. Menentukan
apakah ada saldo kredit yang signifikan dan harus direklasifikasi sebagai
kewajiban (hutang)
c. Menetukan
ketepatan pengungkapan dan akuntansi untuk pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa, piutang yang digadaikan, atau difaktorkan.
Comments
Post a Comment