Perencanaan Audit
A. Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah total
lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit
awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh.
Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit.
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
1. Menurut
Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP)
mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu:
´Pekerjaan
harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.´ (IAI, 2001).
2. Menurut
Sukrisno Agoes dalam bukunya ‘Auditing´, menerangkan bahwa:
Perencanaan
dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai
penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan
dan supervise auditnya dalam kantor akuntannya (asisten).
3. Menurut
Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional AkuntanPublik (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2001) mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan
keuangan´.
4. Menurut
SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa Auditor pada
hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktudan biaya yang wajar .
Perencanaan
audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran
dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang
bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara
lain:
a. Masalah
yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat entitas
tersebut.
b. Kebijakan
dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode
yang digunakan oleh ent itas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
2. Tingkat
risiko pengendalian yang direncanakan.
3. Pertimbangan
awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
4. Pos
laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
5. Kondisi
yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti
risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Ada
tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik:
a. Untuk
memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi dalam situasi saat itu.
b. Untuk
membantu menekan biaya audit agar dapat bersaing dengan yang lain.
c. Untuk
menghindari salah pengertian dengan klien.
Mendapatkan
bahan bukti kompeten yang cukup merupakan hal yang penting jika kantor akuntan
publik ingin menekan tanggung jawab hukum seminimil mungkin dan mempertahankan
reputasi yang baik dalam masyarakat profesi. Dengan menekan biaya dalam batas
yang wajar, kantor akuntan akan dapat bersaing sehingga para kliennya tidak
lari darinya, dengan catatan bahwa kantor akuntan publik itu memang mempunyai
reputasi dalam menjalankan pekerjaan yang berkualitas. Menghindari salah
pengertian dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan baik dengan klien
dan untuk memudahkan pelaksanaan erja yang bermutu dengan biaya yang
wajar. Apapun alasan untuk dilakukannya suatu audit, pelaksanaan audit
akan melalui empat tahapan berikut:
Menerima
dan mempertahankan klien
Merencanakan
audit
Melaksanakan
pengujian audit
Melaporkan
hasil temuan audit
B. Tahap/ Bagian Perencanaan Audit
TAHAPAN-TAHAPAN
Tahapan-tahapan yang harus dilalui
dalam perencanaan auditing agar auditing yang dilakukan mendapatkan hasil
sesuai dengan yang diharapkan yaitu :
Penjelasan :
Seperti yang terlihat dalam urutan
diatas, tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan auditing yaitu :
1. Mendapatkan
pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
Untuk dapat
membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki pengetahuan
tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transaksi, dan praktik yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Dalam hal ini yang
perlu dilakukan adalah :
a.
Mereview kertas kerja tahun lalu
Dalam penugasan audit ulangan, auditor
bisa memperoleh pengetahuan tentang klien dengan cara mereview kertas kerja
tahun yang lalu. Kertas
kerja juga bisa menunjukkan
masalah-masalah yang muncul dalam audit pada tahun lalu yang mungikin masih
akan berlanjut pada audit tahun-tahun selanjutnya.
a.
Mereview data industry dan bisnis klien
Informasi mengenai industri yang di
dalamnya klien beroperasi dapat diperoleh dengan membaca data industri yang
dikumpulkan oleh kantor akuntan dan
berbagai publikasi (misalnya majalah) yang diterbitkan industri yang
bersangkutan.
b.
Melakukan peninjauan ke tempat operasi
klien
Kegiatan ini dilakukan untuk melihat
langsung fasilitas operasi dan perkantoran. Hal ini dikarenakan :
1)
Dengan Peninjauan langsung ke pabrik,
auditor akan mengetahui tata letak pabrik, proses operasi, dll
2)
Auditor juga mendapat pengetahuan
tentang jenis dan lokasi catatan akuntansi dan fasilitas PDE, dan kebiasaan
para karyawan.
c.
Mengajukan pertanyaaan ke komite audit
Komite audit dari dewan komisaris bisa
memberi penjelasan penting kepada auditor mengenai bisnis dan industri klien.
Komite audit juga bisa memberi informasi kepada auditor tentang
perubahan-perubahan penting dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi.
d.
Mengajukan pertayaan ke manajemen
Baik bagi klien baru maupun klien
ulangan, diskusi dengan manajemen akan berguna bagi auditor untuk dapat
mengetahui perkembangan terakhir perusahaan yang mungkin berpengaruh signifikan
pada audit yang akan dilakukan auditor.
e.
Menentukan adanya hubungan istimewa
Prinsip akuntansi yang berlaku umum
mencakup keharusan untuk membuat pengungkapan khusus dan dalam hal tertentu
menetapkan perlakuan akuntansi khusus, untuk transaksi transaksi dengan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang telah teridentifikasi hendahknya diberitahukan kepada
semua anggota
f.
Mempertimbangkan dampak dari pernyataan
akuntansi dan auditing tertentu yang relevan
Dampak dari sejumlah pernyataan yang
dibuat oleh instansi berwenang tertentu seperti Bapepam atau pedoman yang
diterbitkan oleh IAI auditor harus memperimbangkan khusus atas penyataan-pernyataan
akuntansi dan penyataan standar auditing terbaru
b. Melaksanakan
prosedur dan analitis
Evaluasi informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk antara data
keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dan
data non keuangan. Prosedur analitis mencakup perbandingan yang paling
sederhana hingga model yang rumit yang mematikan berbagai hubungan dan unsur
data.
Hal-hal yang perlu
dilakukan dalam melaksanakan prosedur dan analitis yaitu :
a.
Mengidentifikasi
perhitungan/perbandingan yang akan dibuat
Jenis perhitungan dan perbandingan yang
umum digunakan meliputi:
1)
Perbandingan data absolut
2)
Analisis Vertikal
3)
Analisa Rasio
4)
Analisa Trend
b.
Mengembangkan ekspektasi dan harapan
Dasar pikiran yang melandasi penggunaan
prosedur analitis dalam auditing ialah bahwa hubungan antar data bisa
diperikrakan akan berlanjut seandainya tidak terjadi hal2 atau kondisi berbeda
yang tidak diketahui. Dalam mengembangkan ekspektasi selain menggunakan data
keuangan juga digunakan data
non-keuangan
c.
Melakukan perhitungan perbandingan
Tahap ini menyangkut penumpulan data
yang akan digunakan untuk menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih
persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung
data common-size , dan rasio-rasio.
d.
Analisis data dan identifikasi
perbedaan signifikan
Analisis hasil
perhitungan dan perbandingan akan dapat menambah pengetahuan auditor tentang
bisnis klien. Bagian penitng dari analisis adalah mengidentifikasi fluktuasi
dalam data yang tidak diharapkan( unxpected) atau tidak adanay fluktuasi ayng
diharapkan yang bisa memberi petunjuk meningkatnya risiko terjadinya salah
saji.
e.
Menyelidiki selisih tak diharapkan yang
signifikan
Selisih tak diharapkan yang signifikan
harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali metoda dan
faktor2 yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan
kepaa manajemen
f.
Menentukan pengaruh atas perencanaan
audit
Selisih signifikan
yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai incikasi
kenaikan resiko salah saji dalam rekening atau rekening-rekening yang tercakup
dalam perhitungan atau perbandingan.
c.
Menentapkan pertimbangan awal tentang
tingkat materialitas
d. Mempertimbangkan
resiko audit
e.
Menetapkan strategi audit awal untuk
asersi-asersi
f.
Mendapatkan pemahaman tentang struktur
pengendalian intern klien
PROSEDUR
PERENCANAAN AUDITING
Prosedur yang dapat dipertimbangkan
oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap
catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel
lain dalam kantor akuntan dan personel entitas tersebut. Contoh prosedur
tersebut meliputi:
1.
Me-review arsip korespondensi, kertas
kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan laporan auditor tahun lalu.
2.
Membahas masalah-masalah yang berdampak
terhadap audit dengan personel kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa
nonaudit bagi entitas.
3.
Meminta keterangan tentang perkembangan
bisnis saat ini yang berdampak terhadap entitas.
4.
Membaca laporan keuangan interim tahun
berjalan.
5.
Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit
dengan manajemen, dewan komisaris, atau komite audit.
6.
Mempertimbangkan dampak diterapkannya
pernyataan standar akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia, terutama yang baru.
7.
Mengkoordinasi bantuan dari personel
entitas dalam penyiapan data.
8.
Menentukan luasnya keterlibatan, jika
ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.
9.
Membuat jadwal pekerjaan audit.
10.
Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan
staff audit.
11.
Melaksanakan diskusi dengan pihak
pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang
akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan memberikan
perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.
Auditor dapat membuat memorandum yang
menetapkan rencana audit awal, terutama untuk entitas yang besar dan kompleks.
ISI PERENCANAAN
AUDIT
Isi dari Audit Plan mencakup :
1. Hal-hal mengenai
klien
Pengetahuan tentang
bisnis klien, membantu auditor dalam :
a.
Mengindentifikasi bidang yang
memerlukan pertimbangan khusus.
b.
Menilai kondisi yang didalamnya data
akuntansi yang dihasilkan,diolah, di review dan dikumpulkan dalam
organisasi.
c.
Menilai kewajaran estimasi, seperti
penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase
penyelesaian kontrak jangka panjang.
d.
Menilai kewajaran representasi
manajemene. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya.
2. Hal-hal yang
mempengaruhi klien
Bisa didapat dari
majalah-majalah ekonomi / surat kabar, antara lain : Business News , Ekonomi
Keuangan Indonesia.
Contoh : adanya
peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor,
hal-hal penting antara lain:
a.
Staffing
b.
Waktu pemeriksaan,
1)
Waktu dimulainya suatu pemeriksaan
2)
Berapa lama waktu pemeriksaan
3)
Dead Line
4)
Budget, baik dalam jumlah jam kerja
maupun biaya pemeriksaan
c.
Jenis jasa yang diberikan
1)
General Audit
2)
Special Audit
3)
Bantuan Adminstrasi
4)
Menyusun Neraca / Laba Rugi
5)
Perpajakan
Hal-hal tambahan :
a.
Bantuan-bantuan yang dapat diberikan
klien.
1)
Mengisi formulir konfirmasi piutang,
utang
2)
Membuat schedule-schedule
b.
Time Schedule
Perencanaan
audit terdiri dari tujuh bagian/ tahapan, yaitu:
1.
Perencanaan Awal Audit
Perencanaan
awal menyangkut keputusan apakah auditor akan menerima atau melanjutkan
pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk diaudit,
memilih staf untuk penugasan dan mendapatkan surat penugasan.
Menerima klien baru dan melanjutkan klien lama
Menyelidiki
klien baru.
Sebelum
menerima klien baru, sebagian besar kantor akuntan
public
menyelidiki perusahaan untuk memutuskan apakah klien dapat diterima. Selain itu
juga harus dilakukan evaluasi prospektif klien dalam lingkungan usaha,
stabilitas keuangan, dan hubungan dengan kantor akuntan publik.
Untuk
calon klien yang sebelumnya diaudit oleh akntor akuntan public lain, auditor
pengganti diwajibkan oleh PSA 16 (SA 315) untuk berhubungan dengan auditor
sebelumnya, agar dapat membantu auditor pengganti dalam mengevaluasi apakah
akan menerima penugasan tersebut. Apabila calon klien belum pernah diaudit oleh
kantor akuntan public, perlu diadakan penyelidikan. Sumber nformasi bisa
berasal dari pengacara local, kantor akuntan public lain, bank dan perusahaan
lain.
Melanjutkan
klien lama.
Banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang sudah ada setiap tahun
untuk memutuskan apakah ada alasan untuk tidak melanjutkan audit. Perselisihan
sebelumnya seperti kelayakan ruang lingkup audit, jenis pendpat yang diberikan,
atau honorarium dapat menyebabkan auditor tidak melanjutkan hubungan. Auditor
dapat juga memutuskan bahwa klien kurang mempunyai integritas dank arena itu
tidak layak lagi untuk menjadi kliennya.
Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit
Dua
faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah siapa
pemakai laporan dan maksud dari penggunaan laporan tersebut. Auditor akan
mengumpulkan lebih bannyak bahan bukti jika laporan digunakan secara luas. Hal
seperti ini sering terjadi pada perusahaan publik, perusahaan dengan utang
banyak, dan perusahaan yang akan dijual pada waktu yang dekat. Kemungkinan
terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat
pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama audit
berlangsung, auditor dapat memperoleh infromasi tambahan mengenai mengapa klien
menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.
Staf
untuk penugasan Menentukan staf yang pantas untuk melaksanakan penugasan adalah
penting untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan IAI dan meningkatkan
efisiensi audit. Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan:
“Audit harus dilakaukan oleh seorang atau beberapa yang memiliki
keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup”. Pertimbang utama yang memperngaruhi
penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun ke tahun.
Kesinambungan membantu kantor akuntan publik dalam menjaga mutu persyaratan
teknis dan hubungan antar manusia yang lebih erat dengan klien. Pertimbangan
lain yaitu bahwa orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha
klien.
Memperoleh
surat penugasan
Suarat
penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien untuk
pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Surat ini menyebutkan apakah
auditor akan melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, dan jasa lain seperti
pengisian
SPT
dan jasa manajemen. Dalam surat penugasan dinyatakan pembatasan yang dikenakan
terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit, bantuan yang akan
diberikan oleh klien unutk memperoleh catatan dan dokumen sertadaftar rincian
yang perlu disiapkan oleh auditor. Seringkali surat penugasan memuat
persetujuan yang menyangkut biaya audit.surat penugasan merupakan cara untuk
memberitahukan klien bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan
kecurangan (fraud).
Surat
penugasan tidak mempengaruhi tanggungjawab kantor akuntan publikterhadap pihak
ekstern laporan keuangan yang diaudit, tetapi daapt mempengaruhi tanggung jawab
hukum terhadap klien. Informasi dalam surat penugasan sangat penting dalam
perencanaan audit, terutama karena surat itu mempengaruhi saat penyajian dan
waktu yang diperlukan untuk audit dan jasa lain.
2. Memperoleh
Infromasi Mengenai Latar Belakang
Diperlukan
pengetahuan yang luas mengenai bidang usaha dan industry klien serta
pengetahuan atas operasi perusahaan untuk dapat melakaukan audit yang memadai.
Sebagian informasi diperoleh di tempat klien, terutama unutk klien baru.
Informasi mengenai latar belakang klien dapat diperoleh dengan berbagai cara,
yaitu sebagai berikut:
Memahami bidang usaha dan industri
klien
Ada
tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien.
Pertama, Memahami
aturan-aturan akuntansi yang khas dari industri tersebut untuk mengevaluasi
apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Kedua,
Mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
Ketiga, Agar
dapat mengidentifikasi risiko bawaan.
Pengetahuan
mengenai industry klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti: diskusi
dengan auditor yang mengaudit di tahun-tahun sebelumnya dan dengan auditor yang
sedang melakukan penugasan serupa, serta bisa juga
dilakuka
dengan mengadakan pertemuan-pertemuan bersama pegawai klien. Infromasi lainnya
dapat diperoleh dari pedoman audit industry, teks pelajaran dan majalah-majalah
yang memuat informasi mengenai industri klien.
Meninjau pabrik dan kantor
Peninjauan
atas fasilitas klien sangat bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh kesempatan
untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama. Diskusi
dengan pegawai di luar bidagn akuntansi selama proses peninjauan audit dan
audit berguna dalam mendapatkan perspektif yang lebih luas. Peninjauan langsung
atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam memahami pengamanan fisik
aktiva dan menginterpretasikan data akuntansi dengan memberikan kerangak acuan
dalam vusialisasi aktiva.
Menelaah
kebijakan perusahaan
Berguna
untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan komisaris
untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan manajemen
telah tercermin dalam laporan keuangan. Pendekatan yang digunakan kantor
akuntan publik dalam menelaah kebijakan perusahaan adalah dengan
memasukkan
catatan dalam berkas permanen mengenai kebijakan pentign yang dijalankan oleh
klien dan nama orang atau kelompok yang berwenang unutk mengubah kebijakan
tersebut. Berkas permanen audirot seringkali memuat sejarah perusahaan, daftar
jalur usaha utama, dan catatan kebijakan akuntansi yang paling penting dari
tahun ke tahun .
Mengidentifikasi
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
Hubungan
istimewa
dalam PSA 34 (SA 334) diidentifikasikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik
uatama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien
dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi
pihak lainnya. Transaksi hubungan istimewa adalah transaksi antara klien
dengan pihak
yang
mempunyai hubungan istimewa, misalnya: transaksi penjualan dan pembelian antara
perusahaan induk dengan perusahaan anak, pertukaran perlaatan antara dua
perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, dan pinjaman kepda pegawai.
Karena
transaksi hubungan istimewa harus diungkapkan, penting artinya bahwa seluruh
pihak yang mempunyai hubungan istimewa diidentifikasi dan dimasukkan dlam
berkas permanen pada awal penugasan auditor. Cara umum untuk mengidentifikasi
pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah dengan bertanya kepada manajemen,
menelaah arsip paar modal, dan memerikasa daftar pemegang saham untuk
mengidentifikasi pemegang saham utama.
Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar
Auditor
harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai industry klien untuk menentukan
apakah diperlukan seorang spesialis. PSA 39 (SA336) menetapkan aturan untuk
memilih spesialis dan menelaah pekerjaannya. Contohnya adalah penggunaaan
seorang spesialis berlian unutk menilai biaya penggantian berlian, atau seorang
spesialis aktuaris untk menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari cadangan
kerugian asuransi. Perencanaan yang baik diperlukan untuk meyakinkan bahwa
seorang ahli siap jika diperlukan dan bawah ahli itu benar-benar kompeten dan
jika mungkin independen terhadap klien.
3. Memperoleh
Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien
Tiga
dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat dengan klien yang harus diperiksa
pada awal penugasan:
Akte
pendirian dan anggaran dasar perusahaan
Akte
pendirian perusahaan
diterbitkan oleh negara di mana perusahaan didirikan dan merupakan dokumen
hukum yang penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu usaha yang
berdiri sendiri. Termasuk di dalamnya adalah nama perseroan, tanggal pendirian,
jeniss dan jumlah modal saham yang disahkan unutk ditempatkan dan jenis
kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh perseroan.
Anggaran
dasar mencakup
peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh para
pemegang
saham perseroan. Di dalamnya diuraikan hal-hal seperti tahun fiscal perseroan,
frekuensi rapat pemegang saham, metode pemilihan para direktur, dan kewajiban
serta wewenang dari pada pengurus perusahaan.
Auditor
harus memahami persyaratan akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan agar
dapat menetapkan apakah laporan keuangan disajikan secara pantas.
Notulen rapat
Notulen
rapat
adalah catatan resmi rapat dewan direksi dan pemegang saham. Termasuk di
dalamnya adalah ikhtisar masalah terpenting yang didiskusikan dalam rapat dan
keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham. Jika auditor tidak
memeriksa notulen, dia tidak akan menyadari adanya informasi yang penting unutk
menetapkan apakah laporan keuangan telah dibuat dengan benar.
Informasi-
Pengumuman dividen
Otorisasi
penggajian untuk pejabat
Persetujuan
kontrak dan kesepakatan
Otorisasi
atas perolehan aktiva
Persetujuan
merger
Otorisasi
pinjaman jangka penjang
Persetujuan
untuk menggadaikan efek-efek
Otorisasi
pegawai yang berhak menandatangani cek
Pelaporan
mengenai kemajuan operasional perusahaam
informasi
yang tercakup dalam notulen rapat:
Kontrak
Kontrak
adalah perjanjian kerjasama klien dengan pihak lain. Pada umumnya kontrak
sangat diperlukan dalam setiap bagian audit untuk memperoleh gambaran yang
lebih baik mengenai perusahaan dan untuk membiasakan diri pada bagian yang
mungkin akan menimbulkan masalah. Dalam memeriksa kontrak, perhatian utama
dipusatkan pada segi kesepakatan hukum yang memperngaruhi pengungkapan
keuangan.
4. Pelaksanaan
Prosedur Analitis Pendahuluan
Prosedur analitis adalah evaluasi
infromasi keuangan yang dilakukan dengan memperlajari hubungan logis antara
data keuangan dan non keuangan yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi dari auditor.
Tujuan prosedur analisis dalam
perencanaan audit adalah membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur
audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis
transaksi tertentu.
Tujuan
pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan:
Memahami
bidang usaha klien
Penetapan
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
Indikasi
adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan
Mengurangi
pengujian audit yang terinci
Tahap-tahap
dalam prosedur analisis:
Mengidentifikasi
perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
Mengembangkan
harapan
Melaksanakan
perhitungan/perbandingan
Menganalisis
data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Menyelidiki
perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.
Menentukan
dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.
Contoh
prosedur analisis yang dilakukan selama audit :
Tujuan
|
Prosedur
Analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan
|
Memahami
industry dan bidang usaha klien
|
Hitung
rasio-rasio kunci dari bidang usaha klien dan bandingkan dengan rata-rata
industry
|
Menilai
kelangsungan hidup
|
Hitung
rasio hutang terhadap ekuitas dan bandingkan dengan tahun lalu dan perusahaan
sejenis yang sukses dalam industry
|
Menunjukkan
kemungkinan salah saji
|
Bandingkan
beban perbaikan dan pemeliharaan dengan tahun lalu, lihat fluktuasi yang
besar
|
Mengurangi
pengujian terincin
|
Bandingkan
biaya yang dibayar di muka dan akun terkait dengan tahun lalu
|
Gambar
1.3.
Contoh-contoh prosedur analitis yang dilakukan selama audit
5. Menetukan
Materialitas, Menetapkan Risiko Audit dan Risiko Bawaan
Mempertimbangkan
tingkat materialitas awal
Materialitasi
merupakam satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan
salah akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat
materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik).
Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah
bukti yang diperlukan (hubungan langsung).
Materialitas
awal dapat ditentukan melalui dua tahap, yaitu dengan tingkat laporan keuangan,
dan tingkat saldo akun.
Mempertimbangkan
risiko audit dan risiko bawaan
Risiko
audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagainya mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika
diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya adalah 1%.
Terdapat
tiga unsur risiko audit:
(1)
risiko bawaan,
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji
demikian adalah lebih besr pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang lebih rumit lebih
mungkin mengakibatkan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang
sederhana. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh,
perkembangan teknologi mungkin meyebabkan produk tertentu menjadi usang,
sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar.
(2)
risiko pengendalian, Risiko
pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian intern intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko pengendalian
tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian
intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif
karena kelalaian manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolusi
diantara personel pelaksananya.
(3)
risiko deteksi, Risiko
deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini
timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100%
saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidak pastian
lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa
100%.
Risiko
deteksi dapat dihitung melalui tahap-tahap berikut ini:
a. Menetepkan
risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara individual
berdasarkan pertimbangan profesional auditor
b. Melakukan
penghitungan risiko deteksi.
6. Memahami Struktur
Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian
Struktur
pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang di tetapkan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan
dapat di capai. Struktur Pengendalian intern satuan usaha terdiri dari tiga
unsur:
1)Lingkungan pengendalian,
2) Sistem akuntansi,
3) Prosedur pengendalian.
Jika
struktur pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan
terjadinya kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan
sangat besar. Bagiakuntan publik, hal tsb menimbulkan resiko yang besar,dalam
arti risiko untuk memberikan opini yang tidak sesuaidengan kenyataan, jika
auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak
mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang di berikannya.
Langkah
pertama, dalam memahami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari
unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah
melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan
kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika auditor telah
mengetahui bahwa pengendalian intern klien di bidang tertentu adalah
kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena
itu ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang
bersangkutan dengan
bidang
tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas efektivitas pengendalian intern
tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian (test of control).
7. Mengembangkan
Rencana Audit dan Program Audit
Dalam perencanaan audit terhadap asersi
individual atau golongan transaksi, auditor dapat memilih strategi audit awal:
a.
Primarily subtantive approach
Pada strategi ini, auditor lebih
mengutamakan pengujian substantive daripada pengujian pengendalian. Auditor
relative lebih sedikit melakukan prosedur untuk
memperoleh pemahaman struktur
pengedalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit yang
pertama kali daripada atas klien lama.
Strategi ini digunakan apabila auditor,
atas dasar pengalaman maupun tahap
perencanaan sebelumnya, menemukan
kondisi sebagai berikut:
Pengendalian
yang terkait dengan suatu asersi, tidak efektif. Oleh karena itu, salah saji
tidak akan dpat dicegah atau dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien.
Auditor kemudian menguji apakah salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur
pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit. Dengan
demikian, auditor akan lebih banyak melakukan pengujian substantive.
Biaya
untuk melaksanakan: 1)Prosedur tambahan untuk menghimpun pemahaman struktur
pengendalian intern, 2)Test of control untuk mendukung lower assessed level of
control risk melebihi biaya untuk melaksanakan test substsntif yang lebih
ekstensif.
Kedua
kondisi ini biasanya terkait dengan asersi akun:
Yang
dipengaruhi terutama oleh transaksi tidak rutin atau jarang terjadi seperti
aktiva tetap, utang obligasi, dan modal saham.
Yang
sangat memerlukan jurnal penyesuaian seperti akumulasi depresiasi.
b. Lower assessed
level of control risk approach
Auditor lebih mengutamakan pengujian
pengendalian daripada pengujian substantive pada strategi ini. Hal ini bukan
berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujian substantive. Auditor
tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak se-ekstensif pada
Primarily substantive approach. Auditor lebih banyak melakukan prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.
untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.
Strategi ini lebih banyak dipakai dalam
audit atas klien lama daripada audit yang pertama kali atas klien baru.
Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap
perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut:
Pengendalian
yang terkait dengan suatu asersi dirancang dengan baik, dan sangat efektif.
Struktur pengendalian intern klien sangat efektif tersebut akan dapat
mengurangi kemungkinan salah saji. Oleh karena itu, auditor harus menguji
apakah struktur pengendalian intern klien benar-benar efektif dalam mendeteksi
salah saji. Auditor lebih banyak melakukan pengujian pengendalian.
Biaya
untuk melaksanakan: 1)Prosedur tambahan untuk menghimpun pemahaman struktur
pengendalian intern, 2)Test of control untuk mendukung lower assessed level of
control risk lebih rendah dari pada biaya untuk melaksanakan test substantive
yang lebih ekstensif, 3)Akun yang diperiksa adalah akun yang dipengaruhi
transaksi rutin, dan volumenya tinggi. Contoh akun seperti itu adalah:
1.Penjualan
2.Piutang dagang
2.Piutang dagang
3.Persediaan
4.Biaya upah dan gaji
4.Biaya upah dan gaji
-000-
Comments
Post a Comment