Pengujian Pengendalian dan Pengujian Secara Subtantif
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Auditing
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif yang berhubungan dengan asersi – asersi tentang
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang di tetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.
Seorang
auditor yang merupkan pelaku auditing harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal yang memadai untuk
merencanakan audit dengan melakasanakan prosedur untuk memahami desain
pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keungan dan apakah
pengendalian internal tersebut di operasikan. Dalam auditing, khususnya audit
laporan keuangan, konsep pengujian adalah sangat penting, karena audit tidak
akan melihat seluruh bukti.
Prosedur
yang di arahkan terhadap efektifitas desain maupun oprasi pengendalian disebut
dengan pengujian pengendalian(test of control). Pengendalian yang telah
diidentifikasikan auditor dalam penetapan sebagai pengurang risiko
pengendalian(pengendalian kunci) harus didukung oleh pengujian atas
pengendalian untuk menjamin bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan
efektif dalam keseluruhan atau sebagai periode audit.
Pengujian
ini untuk mendapatkan bukti audit seperti itu biasanya meliputi prosedur
permintaan keterangan dari pegawai entitas yang semestinya, inspeksi atas
dokumen, dan laporan, serta pengamatan terhadap penerapan pengendalian
tertentu. Untuk entitas yang pengendalian internnya kompleks, auditor harus
mempertimbangkan penggunaan bagan arus untuk memudahkan penerapan penggujian
atas desain.
Adapun, salah satu jenis pengujian
dasar yang digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar adalah pengujian substantif.
Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh
terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangan.
Dari Deskripsi diatas penulis sangat
tertarik untuk membahas mengenai Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara
substantif.
2.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Apakah
yang di maksud dengan Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara Substantif ?
2. Apakah
tujuan di adakannya Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara Substantif ?
3. Apa
sajakah prosedur – prosedur yang harus dilakukan oleh seorang Auditor dalam
melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Secara Substantif ?
4. Bagaimanakah
Peran dari seorang auditor dalam menjalankan Pengujian Pengendalian dan
Pengujian secara Substantif ?
3.
Batasan
Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan Audit hanya dalam
Pengujian Pengendalian dan Pengujian secara Substantif dan tidak
membahas Audit secara keseluruhan.
4.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Untuk
Memahami Audit dalam ruang lingkup Pengujian Pengendalian dan Pengujian Secara
Substantif;
2. Untuk
melengkapi standar nilai dalam mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1;
3. Menambah
Informasi dan Ilmu Pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGUJIAN
PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO PENGENDALIAN (Assessing
Control Risk)
Assessing
Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi
pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji
yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk
membantu auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji
yang materil dalam asersi laporan keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian
pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami perancangan dan
pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah entitas
tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua factor yang menetukan
auditabilitas, yaitu :
A. Integritas
Manajemen
Jika
manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor tidak akan
menerima penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian
pengendalian risiko seorang auditor harus memastikan apakah manjemen entitas
itu sudah memiliki integritas yang jelas.
B.
Kelengkapan
catatan akuntansi
Catatan
akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi sebagian besar tujuan
audit. Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah semua jenis laporan
keuangan entitas tersebut sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap maka
auditor melakukan tugasnya.
Setelah memahami pengendalian internal,
auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas resiko pengendalian terlebih
dahulu sebagai bagian dari penilaian resiko salah saji yang material secara
keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa
pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material atau mendeteksi
dan mengoreksi jika salah saji itu sudah terjadi.
Penting untuk diingat bahwa penilaian
resiko pengendalian dibuat untuk asersi individual, bukan untuk pengendalian
intern secara keseluruhan, komponen pengendalian intern individual atau
kebijakan atau prosedur individual.
Dalam membuat penilaian resiko
pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor untuk :
1.
Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari
Prosedur Untuk Memperoleh Suatu Pemahaman
Auditor
melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian
intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor memperoleh
suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat
pertanyaan, mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa
dokumen-dokumen yang akan menjadi bukti untuk mengizinkannya menilai resiko
pengendalian dibawah maksimum.
2.
Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat
Muncul Dalam Asersi Entitas
Beberapa kantor akuntan
publik menggunakan perangkat lunak computer yang menghubungkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang terkomputerisasi dengan
salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu memahami
bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk
mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam
asersi laporan keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan
untuk asersi kelas transaksi utama dan yang berhubungan dengan saldo akun yang
signifikan, seperti kas dan hutang usaha.
3.
Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang
Diperlukan
Seorang
auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan
menggunakan perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner
pengendalian intern atau dengan cara manual dengan menggunakan daftar (check list).
Contoh
salah saji potensial dan pengendalian yang diperlukan
Salah saji potensial (asersi)
|
Pengendalian yang diperlukan
|
Pengujian pengendalian
|
· Suatu pengeluaran kas dapat divbuat untuk tujuan
yang tidak diotorisasi (keberadaan atau kejadian atas transaksi yang valid)
|
· komputer mencocokkan informasi cek dengan informasi
yang mendukung untuk stiap transaksi pengeluaran
· hanya personel dengan otorisasi yang diizinkan untuk
menjalankan program dan menangani cek
· pemisahan tugas dalam menyetujui tanda bukti
pembayaran dan menandatangani cek
|
· menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan
computer, seperti data pengujian untuk menguji pengendalian aplikasi computer
· mengamati individu- individu yang menangani
pengeluaran kas dan membandingkannya dengan personil yang memiliki otorisasi
· mengamati pemisahan tugas
|
· suatu tanda bukti mungkin dibayar dua kali
(keberadaan transaksi yang valid)
|
·
computer
secara elektronik membatalkan tanda bukti dan informasi pendukung ketika cek
diterbitkan.
·
memberi
tanda pada tanda bukti pembayaran dan dokumen pendukung dengan tanda Lunas ketika cek diterbitkan.
|
· menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan
computer, seperti data pengujian untuk menguji pengendalian aplikasi computer
· mengamati pemberian cap kepada dokumen dan atau
memerisa sampel dari dokumen yang telah dibayar untuk memeriksa adanya tanda Lunas.
|
· Suatu cek dapat diterbitkan untuk jumlah yang salah
atau dicatat dalam jumlah yang salah (penilaian atau alokasi)
|
· Computer mencocokkan informasi cek dengan informasi
yang mendukung tanda bukti dan hutang usaha untuk setiap transasksi
pengeluaran
· Computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan
dengan jumlah yang dicatat dalam pengeluaran kas
· Rekonsiliasi bank
independen secara periodic.
|
· menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan
computer, seperti data pengujian untuk menguji pengendalian aplikasi computer
· menggunkan teknik-teknik audit dengan bantuan
computer, seperti data pengujian untuk menguji pengendalian aplikasi computer
· mengamati kinerja rekonsiliasi bank dan/ atau
memeriksa rekonsiliasi bank
|
4.
Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit
dengan bantuan computer, bukti pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap
personil an mengamati personil klien dalam melaksanakan pengendalian. Hasil
dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari
pengendalian yang dibutuhkan. Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit
dengan bantuan computer untuk menguji bahwa computer membandingkan jumlah cek
yang diterbitkan dengan pemasukan dalam pengeluaran kas, auditor memperoleh
bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap transaksi peneluaran kas.
5.
Mengevaluasi Bukti Dan Membuat Penilaian
Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi
laporan keuangan didasarkan pada pengevaluasian bukti yang diperoleh dari
prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern dan pengujian
pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat resiko pengendalian yang
dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.
Pengevaluasian bukti melibatkan
pertimbangan kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai
efektifitas pengendalian intern, auditor sering kali menggunakan petunjuk
mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di tolerasni, yang biasanya
diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan pengendalian yang
sesuai.
2. MERANCANG
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian yang
dirancang untuk mengevaluasi efektifitas operasi dari suatu pengendalain
berkaitan dengan bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan.
Prosedur untuk pengujian yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan
dan prosedur yang berkenaan dengan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Tanya
jawab dengan pegawai
Tanya
jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal, Auditor memutuskan bahwa
orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan mempnya akses terhadap berkas
computer dengan tanya jawab dengan orang yang mengawasi perpustakaan Komputer.
b. Pemerikasaan
dokumen, catatan, dan laporan
Kegiatan
dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan bukti
documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak
dokumen berupa faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa
dokumen untuk meyakinkan bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan
pantas dan bahwa terhadap tandatangan atau inisial yang diperlukan.
c. Pengematan
aktivitas berkenaan dengan pengendalian
Jenis
aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak meninggalkan jejak
bahan bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak menghasilkan dokumentasi sebagai
pelaksanaanya.
d. Pelaksanaan
ulang prosedur klien
Terhadap
aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai dokumen dan
catatan, tetapi isinya tidak mencukupi untuk kepentingan auditor dalam
menetapkan apakah pegendalian berjalan dengan efektif. Misalnya, aktivitas
verifikasi oleh pegawai klien atas hargapada faktur penjualan dan daftar harga
yang sudah ditetapkan. Auditor akan melaksanakan kembali prosedur dengan
menelusuri harga jual kedaftar harga pada tanggal transaksi, jika tidak
ditemukannya adanya salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur
berjalan seperti yang diinginkan.
3.
LUAS
PENGUJIAN
Berkenaan
degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan. Semakin
rendah risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas pengendalian
yang harus dilakukan.
Semakin
ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti yang
dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur pengendalian.
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan dalam
perencanaan oelh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang di
tetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi
klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan
tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian
sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas
bukti-bukti yang diperoleh dari
pengujian pengendalian :
1.
Jenis
Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi
pertanyaan, pemerikasaan dokumen dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang
dari pengendalian atau teknik audit yang dibantu oleh computer. Dalam
pelaksanaan pengujian, auditor memilih prosedur yang akan menyediakan bukti
yang paling dapat diandalkan mengenai efektifitas pengendalian.
2.
Sumber
Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana
auditor memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan,
memberikan keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.
3. Ketepatan
Waktu Bukti
Ketepatan waktu bukti untuk pengujian pengendalian
berhubungan dengan kapan bukti diperoleh dan bagian dari periode audit dimana
bukti diterapkan, seperti pengamatan yang berkenaan dengan titik waktu dimana
bukti diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan tidak cukup hanya untuk
mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses audit mengenai
rancangan dan pengoperasian yang efektif dapat dipertimbangkan oleh auditor
dalam menilai resiko pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang diperoleh dalam
audit seharusnya mempertimbangkan :
§
Signifikansi
dari asersi yang terlibat
§
Pengendalian
tertentu yang dievaluasi selama audit
§
Tingkat evaluasi
rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian tersebut
§
Hasil pengujian
pengendalian yang digunakan untuk pengevaluasian tersebut
§
Bukti mengenai
rancanagan atau pengoperasian yang data dihasilakan dari pengujian substantive
yang dilaksanakan dalam audit.
4. Keberadaan
Bukti Lain
Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti
lain dari pengujian pengendalian, dan dampak kombiansi dari berbagai bukti yang
berhubungan dengan asersi yang sama, dalam mengevaluasi tingakat keyakinan yang
disediakan oleh pengujian pengendalian. Dalam beberapa situasi, bukti tunggal
mungkin tidaka akan cukup untuk mengevaluasi rancangan atau pengoperasian yang
efektif dari pengendalian. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, hanya
dengan mengajukan pertanyaan biasanya auditor tidak akan menghasilkan bukti
yang cukup untuk mendukung suatu kesimpulan mengenai pengoperasian yang efektif
dari pengendalian intern. Alternatif lain, auditor mungkin mengamati bahwa
seorang programmer computer tidak memiliki akses untuk mengoperasikan computer.
4.
PENGUJIAN
SUBSTANTIF
Pengujian substantif merupakan
langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan. Pengujian substantive meliputi prosedur-
prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji
yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan
keuangn.
Jenis
pengjian substantive :
a. Pengujian atas transkasi
b. Prosedur
analitis
c. Pengujian
terperinci atas saldo
a. Pengujian
atas transaksi
Penguian atas transaksi
(substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur audit ntuk
pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah
terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan
benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.
Untuk menentukan apakah
semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:
-
Esixtence
-
Completeness
-
Accuracy
-
Classification
-
Timing
-
Posting and summarizing
Jika auditor percaya
bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar,
maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.
Pengujian
detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :
a. Ketepatan
otorisasi transaksi akuntansi
b. Kebenaran
pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c. Kebenaran
pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.
Metodologi
Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi.
Program
audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :
-
Bagaimana penjelasan
yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur pengendalian
intern.
-
Gambaran prosedur yang
dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern
-
Rencana tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang di
jalankan maupu risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program
audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
Metodologi untuk merancang
pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi:
a. Melaksanaka
prosedur untuk memehami srtuktur pengendalian intern
b. Menetapkan
risiko pengendalian
c. Mengevaluasi
biaya dan manfaaat dari pengujian atas pengendalian
d. Merancang
pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit berkaitan transaksi
-
Prosedur audit
-
besar sempel
-
pos / unsure yang dipilh
-
saat pelaksanaan
Prosedur audit
pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun
pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana
risiko pengendalian yang di tetapkan.
Jika pengendalian
efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah, penekanaan akan
banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian
substantive atas transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko
pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang
akan digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian
intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive
atas transaksi.
Prosedur Audit yang
dilakukan dalam Pengujian Detai Transaksi:
-
Tracing : pilih satu
sempel sales invoice dan telusur ke sales journal
-
Vouching: pilih satu
sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur ke sales
invoices.
-
Reperforming :periksa
kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.
-
Inquiring : tanyakan
pada klien apakah ada transaksi-
transaksi related parties.
Pada pegujian detail
transaksi, auditor mengarahkan pengujianya untuk memperoleh temuan mengenai ada
tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian
detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.
Pengujian ini umunya
leihanyak menyita waktu dibandingkan
prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan
biaya dari pada prosedur anatilis.
b. Prosedur
Analitis
prosedur analitis yang
sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan
rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan penggunaan prosedur
analitis adalah:
a.
Memahami bidang
usaha klien
b.
Menetapkan
kemampuan kelangdungan hidup entitas
c.
Indikasi
timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d.
Menggurangi
pengujian audit yang lebih rinci
Efektifitas dan
efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji
material, tergantung pada factor:
1.
Sifat asersi
2.
Kelayakan dan
kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3.
Tersedianya dan
keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan
4.
Ketepatan
harapan
Prosedur analaitias
dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :
a.
Tahap
perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di perlukan
untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)
b.
Selama
pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian
terinci atas saldo (bebas pilih)
c.
Mendekati
penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)
c. pengujian
terinci atas saldo
pengujian terinci atas
saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun neraca maupun
labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.
Pengujian detail saldo
akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik
audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi
tahap – tahap sebagai berikut :
1.
Menetapkan
materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun.
Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang
dapat di toleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang signifikan. Salah
saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas
saldo makin besar.
Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan
untuk audit secara keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian
adalah kalau auditor yakin bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti
piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai daripada salah saji yang
sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi
semua aspek historis, linkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan
besar terjadi salah saji dalam tahun berjalan.
2.
Menetapkan
resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko
pengendalian dan dengan demikian mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk
pengujian substantive atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo.
Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantive yang
dibutuhkan.
3.
Merancang
pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus
akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan
diperoleh hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian
terinci atas saldo.
4.
Merancang
pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit, pengujian
terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos
garing miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus
dipilih dan dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan
audit dalam setiap perkiraan.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Assessing Control Risk merupakan suatu
proses mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau
mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor
dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam
asersi laporan keuangan.
Pengujian substantif
merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan. Pengujian substantive meliputi prosedur-
prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji
yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan
keuangn.
Dari
pengerian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif sangat penting bagi seorang auditor untuk memeriksa suatu
laporan keuangan perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati
Elvi.2010, “Auditing Konsep dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Publik”. Graha ilmu : Yogyakarta.
Boynton C. William, Johnson N.
Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh, “Modern Auditing”. Erlangga : Jakarta.
Guy M.Dan, Alderman C. Wayne,
Winters J. Alan. 2003. Edisi Kelima, “Auditing”.
Erlangga: 2003.
Aren, Alvin, A Randal J Elder &
Mark, S Beasley, 2008, “Auditing and
Assurance Service”: An Integreated Approuch, 11st Edition, Pearson Prentice
Hall.
Comments
Post a Comment