Sampling Audit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada awal perkembangan audit, sudah
biasa bagi auditor untuk memeriksaseluruh catatan perusahaan yang diaudit.
Tetapi seiring denganberkembangnya perusahaan, baik dalam ukuran maupun
kompleksitas, sangattidak ekonomis untuk memeriksa seluruh catatan akuntansi
dan dokumenpendukungnya. Penting bagi auditor untuk dapat menarik
kesimpulanmengenai kewajaran mengenai laporan keuangan perusahaan
berdasarkanpemeriksaan atas bagian dari catatan-catatan dan
transaksi-transaksi.Akibatnya, auditor memberikan keyakinan yang memadai, bukan
absolut.Seperti disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapngan Ketiga, dalam
auditnya,auditor tidak mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan
pendapatnya,melainkan melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagian bukti
untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik seluruh bukti.
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakangdiatas,
maka kami dapat mengambil rumusanmasalah :
1 apa definisi dari audit
sampling?
2.Bagaimanakah hubungan antar sampel
dengan tujuan audit ?
1.3Tujuan Penulisan
1.Mengetahui definisi dari audit
sampling
2.Mengetahui hubungan antar sampel
dengan tujuan audit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampling
Audit
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut. Seksi ini memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian sampel audit.
Auditor seringkali mengetahui mana
saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji.
Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya,
termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus
tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya
perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling
audit sangat berguna.
Ada dua pendekatan umum dalam
sampling audit : statistic dan nonstatistik. Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
sampel serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan
bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok
transaksi yang berkaitan. Panduan dalam seksi ini berlaku baik untuk sampling
audit secara statistic maupun nonstatistik.
Standar pekerjaan lapangan ketiga
menyatakan “ Bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit “. Kedua pendekatan sampling audit diatas, jika
diterapkan dengan semestinya, dapat menghasilkan bukti audit yang cukup.
Cukup atau tidaknya bukti audit
berkaitan dengan antara lain, desain dan ukuran sampel audit. Ukuran sampel
yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang cukup tergantung pada
tujuan dan efisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi sampel
berhubungan dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih efisien daripada yang
lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel
yang lebih kecil. Secara umum, desain
yang hati-hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.
Penilaian
kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit dan bukan
ditentukan oleh desain dan penilaian atas sampel audit. Dalam pengertian
khusus, penilaian sampel hanya berhubungan dengan kemungkinan bahwa keberadaan
salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan adalah
dimasukkan dalam sampel secara proporsional, bukan pada perlakuan auditor atas
hal-hal tersebut. Sehingga, pemilihan metode sampling nonstatistik atau
statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor atas prosedur
audit yang akan diterapkan, kompetensi bukti audit yang diperoleh yang
berkaitan dengan unsur individual dalam sampel, atau tindakan yang mungkin akan
dilakukan sehubungan dengan sifat dan penyebab salah saji tertentu.
2.2 Ketidakpastian dan Sampling Audit
Beberapa
tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep "sebagai
dasar memadai untuk suatu pendapat" yang diacu dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari
hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk
memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang
salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data
sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian,
maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang
terjadi, maka konsep dasar
sampling menjadi lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian
yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut risiko audit.
Risiko audit terdiri dari (a) risiko (meliputi risiko bawaan dan risiko
pengendalian) bahwa saldo atau kelompok dan asersi yang berkaitan, mengandung
salah saji yang mungkin material bagi laporan keuangan, jika
dikombinasikan dengan salah saji pada
saldo-saldo atau kelompok yang lain, dan (b) risiko (risiko deteksi) bahwa
auditor tidak menemukan salah saji tersebut. Risiko terjadinya
peristiwa-peristiwa negatif ini (adverse events) secara bersamaan dapat
dipandang sebagai suatu fungsi masing-masing risiko. Dengan menggunakan
pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan
risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko pengendalian pada
tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan menuntut pelaksanaan
pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian substantif (prosedur
analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau kelompok transaksi)
untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko
audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan
ketidakpastian yang disebabkan oleh
faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling
dan risiko nonsampling.
Risiko
sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau
pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi
lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama
diterapkan terhadap semua unsure saldo akun atau kelompok transaksi. Dengan
pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang
secara proporsional lebih besar atau kurang
daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi
secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan
bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran
sampel, semakin tinggi risiko samplingnya.
Risiko
nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua
transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material.
Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak
semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat
konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan
piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsamplingjuga muncul karena auditor
mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal
yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah
memeriksa semua data. Risiko nonsampling dapat dikurangi sampai pada tingkat
yang dapat diabaikan melalui cara-cara seperti perencanaan dan supervisi
memadai (lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi dan
penyelenggaraan praktik audit yang balk oleh kantor akuntan publik ( lihat SA
Seksi 161 [PSA No. 01] Hubungan Standar Audit ing dengan Standar Pengendalian
Mutu.
2.3 Resiko Sampling
Auditor
harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling.
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan
dua aspek dari risiko sampling:
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect
acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa
saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo
akun telah salah saji secara material.
2. Risiko keliru menolak ( risk of incorrect
reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun
tidak berisi salah saji secara material.
Auditor
juga memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian
pengendalian jika ia menggunakan sampling:
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian
yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low), yaitu risiko
menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah
dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian
yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high), yaitu risiko
menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu
tinggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko
keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. Sebagai contoh, jika penilaian
auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa
suatu saldo telah salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak
demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit
yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya,
jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup
pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan
pengendalian. Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi
tersebut, namun tetap efektif.
Risiko
keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada atau
tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada
paragraf-paragraf selanjutnya.
2.4 Sampling Dalam Pengujian Substantif
Rinci
2.4.1 Perencanaan sampel
Perencanaan meliputi
pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan. Untuk
panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan
Supervisi.
Dalam
perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus
mempertimbangkan:
- Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang
relevan. Lihat SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit.
- Pertimbangan pendahuluan atas tingkat
materialitas.
- Tingkat risiko keliru menerima yang dapat
diterima (allowable risk of incorrect acceptance).
- Karakteristik populasi, yaitu unsur yang
membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi perhatian.
Dalam
perencanaan sampel tertentu, auditor wajib mempertimbangkan tujuan audit
tertentu yang hares dicapai dan wajib menentukan apakah prosedur atau kombinasi
prosedur audit yang akan diterapkan akan mencapai tujuan tersebut. Auditor
wajib menentukan apakah populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah memadai
untuk suatu tujuan audit. Sebagai contoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi
penyajian akun yang terlalu rendah karena adanya unsur yang dihilangkan, dengan
melakukan sampling atas catatan. Rencana sampling semestinya untuk pendeteksian
penyajian yang terlalu rendah tersebut melibatkan pemilihan sumber data yang
mengikutsertakan unsur yang dihilangkan. Sebagai gambaran, pengeluaran kas
kemudian mungkin perlu diambil sampelnya untuk menguji apakah utang dagang
telah disajikan terlalu rendah karena tidak dicatatnya transaksi pembelian.
Atau dokumen pengiriman mungkin diambil sampelnya untuk mendeteksi penyajian
penjualan yang terlalu rendah karena pengiriman yang telah dilakukan belum
dicatat sebagai penjualan.
Penilaian
dalam satuan moneter atas hasil sampel untuk pengujian substantif rincian akan
memberikan manfaat secara langsung bagi auditor, karena penilaian seperti itu
dapat dihubungkan dengan pertimbangan auditor atas jumlah salah saji moneter
yang mungkin material. Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif
rinci, auditor wajib mempertimbangkan berapa besar salah saji moneter yang
dapat terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi yang bersangkutan
tanpa mengakibatkan laporan keuangan menjadi salah saji secara material. Salah
saji moneter maksimum pada saldo atau kelompok ini disebut salah saji yang dapat
diterima (tolerable misstatement) pada sampel. Salah saji yang dapat diterima
adalah suatu konsep perencanaan dan berkaitan dengan pertimbangan pendahuluan
auditor atas tingkat materialitas, yang ditentukan sedemikian rupa sehingga
salah saji yang dapat diterima, dikombinasikan untuk seluruh rencana audit,
tidaklah melampaui estimasi tingkat materialitas tersebut.
Standar
pekerjaan lapangan kedua menyatakan, "Pemahaman memadai atas pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yangakan dilakukan. "Setelah menentukan dan mempertimbangkan
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor melaksanakan pengujian
substantif untuk membatasi
risiko deteksi pada tingkat yang dapat
diterima. Pada saat tingkat risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi yang telah ditentukan untuk prosedur audit lain yang diarahkan ke
tujuan audit yang sama menurun, risiko keliru menerima yang dapat diterima oleh
auditor untuk pengujian substantif rinci meningkat, sehingga, ukuran sampel
yang diperlukan untuk pengujian substantif atas rincian tersebut semakin kecil.
Sebagai contoh, jika risiko bawaan dan risiko pengendalian ditentukan pada
tingkat maksimum, dan tidak ada pengujian substantif lain yang diarahkan ke
tujuan audit yang sama, auditor harus menerima risiko keliru, menerima dengan tingkat
yang rendah untuk pengujian substantif rinci. Dalam hal ini, auditor memilih
ukuran sampel yang lebih besar untuk pengujian atas rincian daripada jika ia
menerima risiko keliru menerima dengan tingkat yang lebih tinggi.
Lampiran
Seksi ini menguraikan bagaimana auditor dapat menghubungkan risiko keliru
menerima untuk pengujian substantif atas rincian dengan penentuan risiko
bawaan, risiko pengendalian, dan risiko bahwa prosedur analitik dan pengujian
substantif lain yang relevan akan gagal mendeteksi salah saji material.
Sebagaimana
dibahas dalam SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit, cukup atau tidaknya
pengujian atas rincian saldo akun atau, kelompok transaksi tertentu, berkaitan
dengan penting atau tidaknya unsur yang diuji dan kemungkinan salah saji yang
material. Dalam perencanaan sampel
untuk pengujian substantif atas rincian,
auditor menggunakan pertimbangannya untuk menentukan unsur, jika ada, yang
harus diuji tersendiri, dan unsur yang harus disampling. Auditor wajib
memeriksa unsur yang, menurut pertimbangannya, tidak sesuai untuk penerapan
risiko sampling. Sebagai contoh, hal tersebut meliputi unsur yang potensi salah
sajinya secara individual dapat sama atau melebihi salah saji yang dapat
diterima. Semua unsur yang telah diputuskan oleh auditor untuk diperiksa 100%
bukan merupakan bagian dari populasi yang disampling. Unsur lain yang, menurut
pertimbangan auditor, perlu diuji untuk memenuhi tujuan audit namun tidak perlu
diperiksa 100 %, harus disampling.
Auditor mungkin dapat
mengurangi ukuran sampel yang disyaratkan dengan memisahkan unsur yang
disampling ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen berdasarkan atas
beberapa karakteristik yang berkaitan dengan tujuan audit tertentu. Sebagai
contoh, dasar-dasar umum untuk pengelompokan tersebut adalah nilai buku atau
catatan unsur, sifat pengendalian yang terkait dengan pemrosesan unsur, dan
pert imbangan khusus yang berkaitan dengan unsur tertentu. Jumlah unsur memadai
kemudian ditentukan dari masing-masing kelompok.
Untuk menentukan jumlah
unsur yang harus dipilih dalam suatu sampel pada pengujian substantif tertentu,
auditor wajib mempertimbangkan salah saji yang dapat diterima, risiko keliru
menerima yang dapat diterima, dan karakteristik populasi. Auditor menggunakan
pertimbangan profesionalnya untuk menghubungkan faktor-faktor ini dalam
penentuan ukuran sampel memadai. Lampiran Seksi ini menguraikan dampak
faktor-faktor ini yang mungkin timbul dalam ukuran sampel.
2.4.2 Pemilihan Sampel
Unsur
sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya dapat diharapkan
mewakili populasi. Oleh sebab itu, semua unsur dalam populasi harus memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagai contoh, pemilihan secara acak atas
unsur merupakan suatu cara memperoleh sampel yang mewakili.
2.4.3 Kinerja dan Penilaian
Prosedur
audit memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan terhadap
setiap unsur sampel. Dalam beberapa situasi, auditor mungkin tidak dapat
menerapkan prosedur audit yang direncanakan terhadap unsur sampel yang terpilih
karena, misalnya, dokumentasi pendukungnya hilang. Perlakuan auditor terhadap
unsur yang tidak diperiksa ini akan tergantung pada dampak unsur tersebut
terhadap penilaian hasil sampel. Jika penilaian auditor terhadap hasil sampel
tidak berubah dengan dipertimbangkannya unsur yang tidak diperiksa sebagai
salah saji, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap unsur tersebut.
Namun, jika setelah mempertimbangkan unsur yang tidak diperiksa ternyata
auditor berkesimpulan bahwa saldo atau kelompok transaksi berisi salah saji
yang material, ia wajib mempertimbangkan prosedur
alternatif yang dapat memberikan bukti yang
cukup untuk mengambil kesimpulan. Auditor berkewajiban pula untuk
mempertimbangkan apakah alasan-alasan yang mendasari tentang tidak dapat
diperiksanya unsur tersebut memiliki implikasi terhadap penentuan tingkat
risiko pengendalian yang telah direncanakan, atau seberapa jauh ia dapat
menaruh kepercayaan kepada representasi klien.
Auditor
wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel terhadap unsur dalam populasi yang
menjadi asal sampel yang dipilih. Ada beberapa cara yang dapat diterima untuk
memproyeksikan salah saji dari suatu sampel. Sebagai contoh, auditor mungkin
telah memilih sebuah sampel dari setiap unsur yang keduapuluh (50 unsur) dari
suatu populasi yang terdiri dari 1000 unsur. Jika auditor menemukan lebih saji
(overstatement) sebesar Rp600.000 dalam sampel tersebut, maka auditor dapat
memproyeksikan lebih saji sebesar Rp 12.000.000 dengan membagi jumlah lebih
saji dalam sampel tersebut dengan pecahan antara total sampel dengan total
populasi. Auditor harus menambahkan proyeksi tersebut ke salah saji yang
ditemukan dalam unsur yang diperiksa 100%. Total salah saji projeksian tersebut
harus dibandingkan dengan salah saji saldo akun atau kelompok transaksi yang
dapat diterima, dan pertimbangan memadai harus dilakukan terhadap risiko
sampling. Jika total salah saji projeksian lebih kecil daripada salah saji yang
dapat diterima untuk saldo akun atau kelompok transaksi, auditor harus
mempertimbangkan pula risiko bahwa hasil semacam ini mungkin masih diperoleh,
walaupun salah saji moneter yang sesungguhnya dalam populasi melebihi salah
saji yang dapat diterima. Sebagai contoh, jika salah saji yang dapat diterima
dalam saldo akun sebesar Rpl00.000.000 adalah sebesar Rp5.000.000 dan total
salah saji projeksian yang didasarkan atas sampel memadai adalah sebesar Rp
1.000.000, auditor mungkin cukup yakin bahwa risiko sampling untuk salah saji
moneter yang sesungguhnya dalam populasi melebihi salah saji yang dapat
diterima adalah rendah. Sebaliknya, jika total salah saji projeksian mendekati
salah saji yang dapat diterima, auditor dapat menyimpulkan adanya risiko yang
sangat tinggi bahwa salah saji moneter yang sesungguhnya dalam
populasi melebihi salah saji yang dapat
diterima. Auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam membuat
penilaian tersebut.
Sebagai
tambahan terhadap penilaian atas frekuensi dan jumlah moneter suatu salah saji,
auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji. Hal ini
meliputi (a) sifat dan penyebab salah saji, seperti apakah salah saji
disebabkan oleh perbedaan secara prinsip atau perbedaan dalam penerapan, apakah
disebabkan oleh kekeliruan atau ketidakberesan, dan apakah disebabkan oleh
tidak dipahaminya instruksi atau kecerobohan, dan (b) kemungkinan hubungan
antara salah saji dengan tahapan audit yang lain. Penemuan adanya
ketidakberesan biasanya memerlukan pertimbangan yang lebih luas atas
kemungkinan implikasinya daripada penemuan adanya kekeliruan.
Jika hasil sampel
menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor tidak benar, maka ia harus
mengambil tindakan yang dipandang perlu. Sebagai contoh, jika salah saji
moneter ditemukan dalam pengujian substantif atas rincian jumlah atau frekuensi,
yang lebih besar dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang telah
ditentukan, maka auditor harus mengubah tingkat
risiko yang ditentukan sebelumnya. Auditor
harus juga mempertimbangkan apakah ia akan memodifikasi pengujian audit yang lain
yang telah dirancang atas dasar tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian
sebelumnya. Sebagai contoh, sejumlah besar salah saji ditemukan dalam
konfirmasi piutang mungkin merupakan indikasi perlu dipertimbangkannya kembali
tingkat risiko pengendalian yang telah ditentukan dikaitkan dengan asersi yang
berdampak terhadap desain pengujian substantif atas penjualan atau penerimaan
kas.
Auditor
harus mengaitkan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang relevan
dalam penarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun atau kelompok transaksi yang
berkaitan.
Hasil
proyeksi salah saji untuk penerapan sampling audit dan penerapan nonsampling
harus dipertimbangkan secara total, bersama-sama dengan bukti audit lain yang
relevan, dalam rangka penilaian auditor terhadap apakah laporan keuangan secara
keseluruhan telah salah saji secara material.
2.5 Sampling Dalam Pengujian Pengendalian
2.5.1 Perencanaan Sampel
Dalam
perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor harus
mempertimbangkan:
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan
pengujian pengendalian.
b. Tingkat penyimpangan maksimum dari
pengendalian yang ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian
yang direncanakan.
c. Tingkat risiko yang dapat diterima
auditor atas penentuan risiko pengendalian yang terlalu rendah.
d. Karakteristik populasi, yaitu, unsur yang
membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi fokus perhatian.
Terhadap berbagai pengujian
pengendalian, sampling tidak dapat diterapkan. Prosedur yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern memadai untuk merencanakan audit
tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan sampling. Sampling biasanya tidak
dapat diterapkan dalam pengujian pengendalian yang sangat tergantung atas pemisahan
tugas memadai atau yang sebaliknya tidak akan memberikan bukti dokumenter atas
kinerja. Di samping itu, sampling mungkin tidak dapat diterapkan dalam
pengujian atas pengendalian tertentu yang didokumentasikan. Sampling tidak
dapat diterapkan untuk pengujian yang ditujukan untuk memperoleh bukti tentang
desain atau operasi suatu lingkungan pengendalian atau sistem akuntansi.
Sebagai contoh, sampling tidak dapat diterapkan dalam prosedur permintaan
keterangan atau observasi mengenai penjelasan atas
penyimpangan dari anggaran, jika auditor
tidak ingin mengestimasi tingkat penyimpangan dari pengendalian yang telah
ditetapkan.
Dalam mendesain sampel
untuk pengujian pengendalian, auditor biasanya harus merencanakan untuk menilai
efektivitas operasi dalam hubungannya dengan penyimpangan dari pengendalian
intern yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk tingkat penyimpangan maupun
jumlah moneter transaksi yang
terkait. Dalam hal ini, pengendalian
tertentu adalah pengendalian yang belum dimasukkan dalam desain pengendalian
intern yang akan berpengaruh sebaliknya terhadap rencana tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan oleh auditor. Tingkat risiko pengendalian secara
keseluruhan yang ditetapkan oleh auditor untuk asersi tertentu melibatkan
kombinasi antara pertimbangan atas pengendalian yang telah ditetapkan,
penyimpangan dari prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan, dan tingkat
keyakinan yang diberikan oleh sampel dan pengujian pengendalian yang lain.
Auditor
harus menentukan tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang telah
ditetapkan, yaitu, ia akan bersedia menerima tanpa mengubah rencana tingkat
risiko pengendalian yang telah ditetapkan. Inilah yang disebut tingkat
penyimpangan yang dapat diterima. Dalam penentuan tingkat penyimpangan yang
dapat diterima, auditor harus mempertimbangkan (a) tingkat
risiko pengendalian yang direncanakan, dan
(b) tingkat keyakinan yang diinginkan oleh bukti audit dalam sampel. Sebagai
contoh, jika auditor merencanakan untuk menentukan tingkat risiko pada tingkat
yang rendah, dan ia menginginkan tingkat keyakinan yang tinggi dari bukti audit
yang tersedia dari sampel untuk pengujian pengendalian (yaitu, tidak melakukan
pengujian pengendalian yang lain atas asersi), ia mungkin menentukan bahwa
tingkat penyimpangan yang dapat diterima sebesar 5% atau lebih kecil makin
baik. Jika auditor merencanakan tingkat risiko pengendalian yang lebih tinggi,
atau ia menginginkan tingkat keyakinan dari pengujian pengendalian yang lain
bersama-sama dengan yang disediakan oleh sampel (seperti misalnya permintaan
keterangan atas cukup atau tidaknya personalia entitas atau pengamatan atas
penerapan prosedur atau kebijakan), auditor mungkin memutuskan bahwa tingkat
penyimpangan yang dapat diterima sebesar 10% atau lebih adalah cukup memadai.
Dalam
penentuan tingkat penyimpangan yang dapat diterima, auditor harus
mempertimbangkan bahwa, sementara penyimpangan dari pengendalian tertentu
meningkatkan risiko salah saji material dalam catatan akuntansi, penyimpangan
tersebut tidak perlu menghasilkan suatu salah saji. Sebagai contoh, suatu
pengeluaran yang tercatat, yang tidak memperlihatkan adanya bukti persetujuan
yang diperlukan, dapat merupakan transaksi yang telah diotorisasi dan dicatat
secara semestinya. Penyimpangan hanya akan menyebabkan salah saji dalam catatan
akuntansi jika penyimpangan dan salah saji tersebut terjadi dalam transaksi
yang sama. Penyimpangan dari prosedur pengendalian tertentu pada tingkat
tertentu biasanya diharapkan akan menghasilkan salah saji pada tingkat yang
lebih rendah.
Dalam beberapa situasi,
risiko salah saji material atas suatu asersi mungkin berkaitan dengan kombinasi
pengendalian. Jika kombinasi antara dua atau lebih pengendalian diperlukan
untuk mempengaruhi risiko salah saji material, maka pengendalian intern
tersebut harus dipandang sebagai satu prosedur, dan penyimpangan dari kombinasi
prosedur atau kebijakan harus dinilai dengan dasar tersebut.
Sampel
yang diambil untuk pengujian terhadap efektivitas pelaksanaan pengendalian
ditujukan untuk memberikan dasar bagi auditor dalam menyimpulkan apakah
prosedur atau kebijakan pengendalian telah diterapkan sebagaimana yang telah
ditetapkan. Jika tingkat keyakinan tinggi diharapkan dari bukti audit yang
dihasilkan dari sampel, auditor harus menerima tingkat risiko sampling yang
rendah (yaitu, risiko pengendalian ditentukan terlalu rendah) .
Untuk
menentukan jumlah unsur yang akan dipilih sebagai sampel dalam pengujian
pengendalian, auditor harus mempertimbangkan tingkat penyimpangan yang dapat
diterima dari pengendalian yang diuji, kemungkinan tingkat penyimpangan, dan
risiko yang dapat diterima dalam penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah. Auditor menerapkan pertimbangan profesionalnya untuk
menghubungkan berbagai faktor tersebut dalam menentukan ukuran sampel memadai.
2.5.2 Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih diharapkan dapat mewakili
populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih. Pemilihan secara acak merupakan salah satu cara
pemilihan sampel tersebut. Ada tiga metode pemilihan sampel yang umum
digunakan: (1) pemilihan acak (random selection), yaitu setiap unsur dalam
populasi atau dalam setiap strata memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih,
(2) pemilihan sistematik (systematic selection), yaitu pemilihan unsur dengan
menggunakan interval konstan di antara yang dipilih, yang interval permulaannya
dimulai secara acak, (3) pemilihan sembarang (haphazard selec-tion), yang
merupakan alternatif pemilihan acak, dengan syarat auditor mencoba mengambil
sampel yang mewakili dari keseluruhan populasi tanpa maksud untuk memasukkan
atau tidak memasukkan unit tertentu ke dalam sampel yang dipilih. Idealnya,
auditor harus menggunakan metode pemilihan yang memiliki kemampuan untuk
memilih unsur dari seluruh periode yang diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23]
Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 73
memberikan panduan yang dapat diterapkan dalam penggunaan sampling oleh auditor
selama periode interim dan periode sisanya.
2.5.3 Kinerja Dan Penilaian
Prosedur audit memadai
untuk mencapai tujuan pengujian pengendalian harus dilaksanakan terhadap setiap
unsur sampel. Jika auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang
direncanakan atau prosedur alternatif memadai terhadap unsur sampel yang
terpilih, ia harus mempertimbangkan penyebab keterbatasan tersebut , dan ia
biasanya harus mempertimbangkan unsur yang terpilih tersebut sebagai
penyimpangan dari prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan
penilaian sampel.
Tingkat penyimpangan dalam
sampel merupakan estimasi terbaik auditor terhadap tingkat penyimpangan dalam
populasi yang menjadi asal sampel. Jika estimasi tingkat penyimpangan lebih
kecil dari tingkat penyimpangan yang dapat diterima untuk populasi, auditor
harus mempertimbangkan risiko bahwa hasil semacam itu mungkin akan diperoleh
walaupun tingkat penyimpangan yang sesungguhnya dalam populasi melebihi tingkat
penyimpangan populasi yang dapat diterima. Sebagai contoh, jika tingkat
penyimpangan populasi yang dapat diterima sebesar 5%, dan auditor tidak
menemukan penyimpangan dalam sampel sebanyak 60 unsur, auditor dapat
menyimpulkan bahwa terdapat suatu risiko sampling rendah yang dapat diterima
bahwa tingkat penyimpangan sesungguhnya dalam populasi melampaui tingkat 5%
yang dapat diterima. Sebaliknya, jika dalam sampel tersebut terdapat satu atau
lebih penyimpangan, auditor dapat menyimpulkan bahwa terdapat risiko sampling
tinggi yang tidak dapat diterima bahwa tingkat penyimpangan dalam populasi
melampaui tingkat 5% yang dapat diterima. Auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam melakukan evaluasi tersebut.
Di
samping itu, dalam penilaian terhadap frekuensi penyimpangan dalam prosedur
tertentu, pertimbangan juga dilakukan terhadap aspek kualitatif suatu
penyimpangan. Hal ini meliputi (a) sifat dan penyebab penyimpangan, seperti
misalnya, apakah penyimpangan tersebut merupakan kekeliruan atau
ketidakberesan, atau disebabkan oleh tidak dipahaminya instruksi atau
kecerobohan, dan (b) kemungkinan hubungan antara penyimpangan dengan fase-fase
lain dalam audit. Penemuan adanya suatu ketidakberesan biasanya memerlukan
pertimbangan yang lebih luas atas kemungkinan implikasinya daripada penemuan
adanya suatu kekeliruan.
Jika
auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan atas suatu asersi, maka ia harus menilai kembali
sifat, waktu, dan lingkup prosedur substantif berdasarkan atas pertimbangan
yang telah direvisi atas tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan untuk
asersi laporan keuangan yang relevan.
2.5.4 Sampel dengan tujuan ganda
Dalam
beberapa situasi, auditor dapat mendesain sampel yang akan digunakan untuk memenuhi
dua tujuan: menentukan risiko pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter
transaksi yang dicatat . Pada umumnya, auditor yang merencanakan untuk
menggunakan sampel dengan tujuan ganda telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari pengendalian yang
ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat
diterima. Sebagai contoh, auditor yang mendesain pengujian terhadap prosedur
pengendalian atas pencatatan dalam register bukti kas keluar (voucher register)
dapat merencanakan pengujian substantif yang berkaitan pada tingkat risiko yang
memperkirakan tingkat risiko pengendalian yang ditentukan di bawah maksimum.
Ukuran sampel yang dirancang untuk tujuan ganda harus merupakan yang terbesar
di antara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuan secara
terpisah. Dalam menilai pengujian tersebut, penyimpangan dari prosedur dan
salah saji moneter harus dinilai secara terpisah dengan menggunakan tingkat
risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.
2.6 Pemilihan Pendekatan Sampling
Sebagaimana
telah dijelaskan, baik pendekatan nonstatistik maupun statistik dalam metode
sampling audit, jika diterapkan secara semestinya, dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup.
Sampling
statistik membantu auditor dalam : (a)
mendesain sampel yang efisien, (b) mengukur cukup atau tidaknya bukti audit
yang diperoleh, dan (c) menilai hasil sampel. Dengan menggunakan teori
statistika, auditor dapat mengkuantifikasi risiko sampling untuk membantu
dirinya dalam membatasi risiko tersebut pada tingkat yang menurut
pertimbangannya dapat diterima. Namun, sampling statistik menimbulkan tambahan
biaya dalam pelatihan auditor,
pendesainan masing-masing sampel untuk
memenuhi persyaratan statistik, dan pemilihan unsur yang akan diperiksa.
Karena, baik sampling nonstatistik maupun statistik dapat memberikan bukti
audit yang mencukupi, maka auditor dapat memilih satu di antara dua metode
sampling tersebut, setelah mempertimbangkan biaya dan efektivitas secara
relatif dalam situasi tertentu.
Pengkaitan Risiko
Keliru Menerima untuk Pengujian Substantif Rinci dengan Sumber Keyakinan Audit
yang Lain
Risiko audit, dalam hubungannya dengan saldo akun
atau kelompok transaksi tertentu, adalah risiko adanya salah saji moneter yang
lebih besar daripada salah saji yang dapat diterima, yang mempengaruhi suatu
asersi dalam saldo akun atau kelompok transaksi, yang tidak dapat dideteksi
oleh auditor. Auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan
tingkat risiko yang dapat diterima untuk pemeriksaan tertentu setelah ia
mempertimbangkan faktor-faktor seperti risiko salah saji material dalam laporan
keuangan,biaya untuk menurunkan risiko, dan dampak adanya salah saji potensial
dalam pen dan pemahaman atas laporan keuangan.
Auditor mengestimasi risiko
bawaan dan risiko pengendalian, dan merencanakan dan menyelenggarakan pengujian
substantif (prosedur analitik dan pengujian substantif atas rincian) dalam
berbagai kombinasi untuk menurunkan tingkat risiko audit pada tingkat memadai
atau wajar. Namun, tersirat dalam standar pekerjaan lapangan bahwa biasanya
estimasi tingkat risiko pengendalian tidak dapat cukup rendah untuk
menghilangkan perlunya melakukan pengujian substantive untuk membatasi risiko
deteksi untuk semua asersi yang relevan dengan saldo akun atau kelompok
transaksi.
Cukup
atau tidaknya ukuran sampel audit, balk sampel nonstatistik maupun statistik,
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tabel 1 menjelaskan bagaimana beberapa factor
dapat mempengaruhi ukuran sampel untuk pengujian substantif atas rincian.
Faktor a, b, dan c dalam Tabel 1 harus dipertimbangkan bersama-sama Sebagai
contoh, tingkat risiko bawaan yang tinggi, ketidakefektivan pengendalian, dan
tidak adanya pengujian substantif lain yang berhubungan dengan tujuan audit
yang sama menuntut ukuran sampel yang lebih besar untuk pengujian Substantif
atas rincian yang berkaitan dibandingkan dengan jika ada sumber-sumber lain
yang dapat memberikan dasar untuk menaksir risiko bawaan dan risiko
pengendalian berada di bawah maksimum, atau jika terdapat pengujian substantif
yang lain yang berhubungan dengan tujuan audit yang sama yang ingin dicapai.
Kemungkinan yang lain, tingkat risiko bawaan yang rendah, pengendalian yang
efektif, atau prosedur analitik dan pengujian substantif yang efektif mungkin
akan menuntun auditor untuk menyimpulkan bahwa jumlah sampel, jika ada, yang
diperlukan untuk pengujian tambahan atas rincian dapat kecil.
Model
berikut ini menggambarkan hubungan secara umum antara risiko yang berkaitan
dengan estimasi auditor atas risiko bawaan dan risiko pengendalian, dengan
efektivitas prosedur analitik (termasuk pengujian substantif lain yang relevan)
dan pengujian substantif atas rincian. Model tersebut tidak dimaksudkan untuk
menjadi formula matematis yang meliputi semua faktor yang mungkin berpengaruh
terhadap penentuan unsur risiko secara individual; namun, beberapa auditor
memandang bahwa model tersebut berguna dalam merencanakan tingkat risiko
memadai untuk prosedur audit guna mencapai tingkat risiko audit yang diinginkan
oleh auditor.
RA = RB x RP x PAx TD
Auditor
mungkin menggunakan model ini untuk memperoleh pemahaman atas tingkat risiko
memadai atas risiko keliru menerima untuk pengujian substantif atas rincian
sebagai berikut:
TD = _ RA
(RB X RP X PA)
RA = Risiko audit yang dapat diterima bahwa
salah saji moneter sama dengan salah saji yang dapat diterima mungkin tetap
tidak terdeteksi dari saldo akun atau kelompok transaksi dan asersi yang
berkaitan setelah auditor melengkapi semua prosedur audit yang dipandang
perlu."Auditor menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan
tingkat risiko audit yang dapat diterima setelah mempertimbangkan faktor-faktor
seperti yang telah dibahas dalam paragraf Lampiran Pernyataan ini.
RB = Risiko bawaan adalah kerentanan suatu
saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan
asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
RP = Risiko pengendalian adalah risiko bahwa
suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
Auditor dapat menentukan risiko pengendalian pada tingkat yang maksimum, atau
di bawah tingkat maksimum berdasarkan atas cukup atau tidaknya bukti audit yang
diperoleh untuk mendukung efektivitas. Kuantifikasi model ini berkaitan dengan
penilaian auditor atas keseluruhan efektivitas pengendalian yang akan mencegah
atau mendeteksi salah saji
material sama dengan salah saji yang dapat
diterima pada saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Sebagai
contoh, jika auditor yakin bahwa pengendalian yang relevan akan mencegah atau
mendeteksi salah saji sama dengan separuh dari salah saji yang dapat diterima,
maka is akan menentukan risiko ini pada 50%. (Risiko pengendalian tidak sama
dengan risiko yang timbul dari penetapan risiko pengendalian yang terlalu
rendah).
PA = Penentuan auditor atas risiko bahwa
prosedur analitik dan pengujian substantif relevan yang lain akan gagal
mendeteksi salah saji yang dapat terjadi pada suatu asersi sama dengan salah
saji yang dapat diterima, dengan catatan bahwa salah saji tersebut terjadi dan
tidak terdeteksi oleh pengendalian intern.
PR = Tingkat risiko keliru menolak yang
dapat diterima untuk pengujian substantif atas rincian, dengan catatan bahwa
salah saji tersebut sama dengan salah saji yang dapat diterima yang terjadi
dalam suatu asersi dan t idak terdeteksi oleh pengendalian intern atau prosedur
analitik dan pengujian substantif lain yang relevan.
Perencanaan auditor atas
sampel statistik dapat menggunakan hubungan dalam paragraf dalam Lampiran Seksi
ini untuk membantu dalam perencanaan tingkat risiko yang dapat diterima atas
penerimaan keliru dalam pengujian substantif tertentu atas rincian. Untuk
melakukan hal ini, auditor menentukan tingkat risiko audit yang dapat diterima
(RA), dan mengkuant ifikasi secara substantif pertimbangannya atas
risiko-risiko RB, RP dan PA. Sebagian risiko tersebut secara implisit termasuk
dalam penilaian bukti audit dan pengambilan kesimpulan. Auditor yang
menggunakan hubungan (formula) tersebut lebih menyukai untuk menilai risiko
pertimbangan tersebut secara eksplisit.
Comments
Post a Comment