Akuntansi untuk Entitas Tempat Peribadatan
PENDAHULUAN
Dalam
dunia akuntansi, akuntansi terdiri atas dua yaitu akuntansi untuk bisnis dan
akuntansi organisasi nirlaba. Dalam organisasi nirlaba dibagi lagi dalam dua
kelompok entitas yaitu entitas pemerintahan dan entitas nirlaba
nonpemerintahan.
Menurut
PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dapat dijadikan dasar untuk seluruh
organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK No. 45 yang menjadi karakteristik
untuk entitas nirlaba ini adalah bahwa sumber daya entitas berasal dari para
penyumbang dengan tidak mengharapkan adanya hasil, imbalan atau keuntungan
komersial.
Selain
organisasi pemerintahan yang mana terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, kecamatan, kelurahan dan lain-lain, juga ada organisasi non profit
lainnya. Organisasi non profit selain pemerintah ini yang diambil dari berbagai
sumber terdiri dari Lembaga-lembaga pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan,
Lembaga-lembaga Keagamaan, Lembaga Amal dan Lembaga penyumbang dana.
Dalam
organisasi masjid dan gereja untuk pendanaanya berasal dari sumbangan para
jamaah, karena terdapat kecenderungan dari para penyumbang itu yang ingin
mengetahui seberapa besar peran bantuan uang yang mereka sumbangkan dapat
membantu organisasi itu maka diperlukan kejelasan dalam penggunaan dana itu,
oleh sebab itu maka akuntansi perlu juga diterapkan pada dua organisasi ini.
Yang
menjadi acuan dasar penggunaan sistem akuntansi dalam organisasi ini adalah QS.
An-Nisa (4) ayat 6 dan QS. Qaf (50) ayat 18 yang memberikan prinsip tentang
pengawasan dalam hal organisasi masjid. Untuk organisasi gereja acuannya adalah
Matius 10:10 dan Lukas 10:7 yang menjelaskan bahwa pelayanan mempunyai hak
menerima sokongan.
AKUNTANSI MASJID
Menurut
berbagai sumber, Akuntansi masjid merupakan proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang
dilakukan oleh sebuah organisasi (biasanya disebut takmir) sebagai bentuk
pertanggungjawabannya dalam mengelola sumber daya masjid. Pencatatan dilakukan
sesuai dengan prinsip keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban.
Selain
sebagai bentuk pertanggungjawaban takmir masjid juga bertindak sebagai
pengelola, akuntansi masjid juga bertujuan untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Misalnya peralatan apa yang dibutuhkan
secara rutin, aktivitas apa saja yang harus dilaksanakan, serta bagaimna
mengalokasikan sumber daya masjid untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Peran akuntansi masjid yang lain adalah sebagai pengendalian manajemen.
Peroses
pencatatan akuntansi masjid ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan
pencatatan pada akuntansi konvensional. Dimulai dengan melakukan identifikasi
sumber pendapatan, misal: dari iuran TPA. Selanjutnya melakukan identifikasi
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta alokasi dana yang dibutuhkan
dengan melihat sumber dana yang dimiliki, misal : kegiatan rutin TPA,
penyembelihan kurban saat Hari Raya Idul Adha, pengadaan khitanan massal bagi
warga kuran mampu, dsd. Langkah terakhir yaitu penyusunan anggaran.
Dalam
penerapannya, akuntansi masjid menggunakan basis kas yakni mengakui pendapatan
dan biaya pada saat kas diterima dan dibayarkan. Selain itu, akuntansi masjid
menggunakan metode pembukuan tunggal (single
entry method) dimana takmir masjid tidak perlu membuat jurnal, buku besar,
dll. Laporan keuangannya disajikan dengan membandingkan antara anggaran yang
telah dibuat dengan realisasinya. Kemudian dilaporkan dan dievaluasi setiap
bulan atau tiga bulan sekali.
Identifikasi
Sumber Pendapatan
Menurut Pepie
Diptyana: 2009, pada organisasi sektor publik, masalah ketidakkonsistenan
penerimaan dana merupakan masalah klasik. Sementara itu, pengeluaran dana
akibat pelaksanaan aktivitas selalu muncul. Oleh karena itu, alokasi jumlah
rupiah dan kapan (timing) penerimaan dana dan pengeluaran dana menjadi
penting dan perlu untuk diidentifikasi agar aktivitas dapat terlaksana dengan
baik.
Sumber daya disebut
juga dengan aktiva, atau aset. Jenisnya bisa berupa uang (baik tunai maupun di
tabungan atau deposito, atau cek), sediaan habis pakai (seperti obat pembersih
lantai, semprot nyamuk, air minum dalam galon, dlsb), perlengkapan (seperti
karpet, microphone, dlsb), kendaraan, dan gedung. Sumber daya yang paling
likuid adalah uang/dana.
Pendapatan diterjemahkan
sebagai peningkatan sumber daya yang asalnya bukan dari pemilik. Pada
organisasi sektor publik, pendapatan terbesar umumnya berasal dari penderma.
Untuk dapat mengendalikan penggunaan pendapatan, maka pendapatan dapat
dikelompokkan menurut tujuan penggunaannya.
Berdasarkan tujuan
penggunaan, pendapatan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu : pendapatan terikat temporer dan pendapatan tidak terikat.
Pendapatan terikat temporer artinya pendapatan yang tujuan penggunaannya sudah
jelas atau sudah ditentukan penderma. Dikatakan temporer karena pemanfaatannya
jangka pendek (tidak permanen). Bisa jadi pendapatan yang diterima merupakan
perpaduan (mix) antara pendapatan terikat dan temporer. Misalnya,
pendapatan dari siswa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) per bulan, maka ini
harus ditentukan sejak awal berapa persen dari pendapatan tersebut yang
dialokasikan untuk pendapatan terikat temporer (untuk membayar gaji guru,
sarana pendidikan, kebersihan dan biaya yang pasti keluar lainnya dalam 1
bulan) dan berapa persen yang tergolong pendapatan tidak terikat. Pendapatan
tidak terikat inilah yang fleksibel digunakan. Bisa jadi juga pendapatan dari
siswa TPA merupakan pendapatan terikat temporer semua. Besarnya proporsi
alokasi serta jenis-jenis pengelompokan ini ditentukan oleh pengelola dan harus
diterapkan secara konsisten.
Tabel 1 –
Identifikasi Sumber Pendapatan
No
|
Asal/sumber
pendapatan
|
Kode
|
Kelompok
Pendapatan
(isi
dengan tanda ü)
|
Periode
diperolehnya Pendapatan
|
|
Pendapatan Terikat Temporer
|
Pendapatan Tidak
Terikat
|
||||
Identifikasi
dan Klasifikasi Aktivitas Organisasi
Setiap pencapaian tujuan akan disertai
dengan aktivitas. Selanjutnya, aktivitas dapat menimbulkan biaya. Biaya
membutuhkan sumber dana. Oleh karena aktivitas diturunkan dari tujuan yang
harus dicapai per periode, maka penentuan besarnya kebutuhan dana per periode
akibat adanya aktivitas-aktivitas per periode juga dapat ditentukan.
Tabel 2 –
Identifikasi Aktivitas
Nama/Deskripsi
Aktivitas
|
Kode
|
Tujuan
|
Periode
Pelaksanaan
|
Indikator
|
(nama
kegiatan)
|
Isi dengan alasan atau tujuan dilakukannya aktivitas ini.
Tujuan aktivitas harus sinkron dengan tujuan-tujuan
organisasi
|
(mingguan (M), bulanan (B), 2 minggu sekali (2M), tahunan
(T), tidak rutin)
|
Penyusunan
Anggaran Berbasis Aktivitas
Lingkup penerapan
anggaran berada dalam irisan antara akuntansi dan manajemen. Secara manajemen,
anggaran disusun sebagai alat pengendalian (untuk menghindari pembelanjaan yang
berlebihan, atau pembelanjaan di luar aktivitas yang sejalan dengan tujuan),
sebagai alat motivasi (misalnya, pada anggaran pendapatan, maka anggaran
pendapatan merupakan target pencapaian), maupun sebagai penilai kinerja (yang
dapat mengaitkan antara biaya dengan aktivitas, serta dapat digunakan sebagai
patokan apakah suatu unit kerja atau bagian telah memenuhi target). Secara
akuntansi, realisasi atas anggaran diklasifikasikan dan dicatat berdasarkan
bukti. Anggaran disusun berdasarkan hasil evaluasi atas realisasi atau
informasi akuntansi periode sebelumnya.
Anggaran merupakan
rencana yang disajikan dalam satuan mata uang. Penganggaran merupakan proses
yang dilakukan organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang idak terbatas, atau unlimited
demand. Freeman (2003, Pepie
Diptyana 2009) . Selain untuk keperluan alokasi, anggaran juga merupakan
panduan (guide) untuk menunjukkan capaian organisasi. Blazek (2008,
dalam Pepie Diptyana 2009).
Periode penyusunan
anggaran setiap organisasi dapat berbeda-beda. Ada yang tahunan, ada yang
setiap semester, tergantung dari kebutuhan organisasi. Pada umumnya, anggaran
ditentukan setiap tahun. Namun, evaluasinya dilakukan setiap bulan atau tiga
bulanan. Menganggarkan pendapatan bukan berarti membentuk organisasi sektor
publik menjadi organisasi komersial. Perencanaan pendapatan (atau anggaran
pendapatan) merupakan faktor pengendali ketersediaan dana, kualitas layanan,
dan efisiensi. Dengan menganggarkan pendapatan, diharapkan pengelola dapat
lebih baik dalam memilih bentuk aktivitas dan mengalokasikan biaya, menjaga
relevansi aktivitas dengan tujuan dalam upaya menggapai mimpi organisasi.
Salah satu metode
penyusunan anggaran yang cukup layak digunakan untuk memotivasi pencapaian
tujuan adalah Penganggaran Berbasis Kinerja. Penganggaran berbasis
kinerja dikarakteristikkan dengan mengklasifikasikan anggaran berdasarkan
aktivitas. Anggaran yang telah terkelompok dalam aktivitas-aktivitas akan
memudahkan pihak pelaksana anggaran melakukan evaluasi capaian atas aktivitas
yang dilakukan.
Tabel
3 – Anggaran Pendapatan dan Biaya Berbasis Aktivitas
ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BIAYA
[Nama Masjid]
[Alamat Masjid]
[Tahun]
No. Urut
|
Kode Akun
|
Deskripsi Akun
|
Tujuan Aktivitas
|
Unit
|
Frek
|
Rp/Unit
|
Jumlah (Rp)
|
Jadwal Pelaksanaan
|
|||||||||||
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
||||||||
Contoh:
|
|||||||||||||||||||
1.
|
100
|
Penyelenggaraan
pengajian
|
Mempertahankan
kerukunan antar umat muslim
|
||||||||||||||||
150
|
Pendapatan dari
iuran
|
50
|
12
|
20.000
|
12.000.000
|
||||||||||||||
111
|
Biaya konsumsi
|
50
|
12
|
5.000
|
3.000.000
|
||||||||||||||
2.
|
200
|
Perayaan Ramadhan
|
Memotivasi umat
muslim untuk meramaikan masjid
|
||||||||||||||||
250
|
Infaq
|
||||||||||||||||||
211
|
Biaya konsumsi
|
Penyajian
Laporan Anggaran Dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Aktivitas Organisasi
Output
dari aktivitas penganggaran adalah laporan realisasi anggaran. Laporan
realisasi anggaran dapat disusun per bulan, per tigabulan, agar capaian
organisasi dapat diketahui secara interim. Diharapkan, dengan laporan realisasi
anggaran pengelola dapat mengevaluasi keberhasilan aktivitas dan ketersediaan
dana.
Pada
bagian akhir Laporan Realisasi Anggaran perlu diberi penjelasan mengenai
munculnya selisih antara anggaran dan realisasi. Laporan Realisasi Anggaran
juga akan lebih baik jika dilengkapi dengan realisasi jadwal pelaksanaan
aktivitas.
Jika
terjadi realisasi, baik realisasi biaya maupun pendapatan, maka pencatatan
harus didasarkan pada bukti. Beri kode pada bukti tersebut, dan
kelompokkan berdasarkan Kode Pendapatan atau Kode Biaya. Apabila realisasi
sudah dicatat, maka beri tanda bahwa bukti telah dibukukan.
Tabel
4 – Laporan Realisasi Anggaran
LAPORAN REALISASI
ANGGARAN
[Nama Masjid]
[Alamat]
Untuk perioda dari
[tanggal] sampai dengan[tanggal]
Anggaran
|
Realisasi
|
Selisih
|
|
Pendapatan
Pendapatan
dari
Aktivitas
1
Pendapatan
dari
Aktivitas
2
|
xxx
|
xxx
-
|
xxx
|
Biaya
Aktivitas 1:
Biaya
A
Biaya
B
|
|||
Aktivitas 2:
Biaya
B
Biaya
C
Biaya
D
|
|||
Selisih
Pendapatan
Dan
Biaya
|
Interpretasi
Atas Laporan Anggaran dan Realisasi
Pelaporan
keuangan akan lebih baik jika dilengkapi dengan narasi. Narasi tersebut
menceritakan apa yang telah terjadi di organisasi sesuai dengan urutan
aktivitas yang ada dalam laporan anggaran dan realisasi. Dijelaskan pula
informasi non keuangan dan keuangan, antara lain:
1.
Aktivitas
apa yang paling banyak membutuhkan biaya pada setiap periode?
2.
Berapa
sisa dana yang tersedia untuk aktivitas periode berikutnya?
3.
Cukupkah
cash on hand (kas di tangan) untuk membiayai operasional sampai dengan
akhir periode?
4.
Apakah
realisasi kegiatan telah sesuai jadwal
5.
Bagaimana
capaian atas pelaksanaan aktivitas tersebut berdasarkan indikator?
6.
Rekomendasi
untuk periode berikutnya
Sebagai bahan
evaluasi diri organisasi (intern), maka selain informasi di atas, maka
pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dijawab :
1.
Berapakah
yang telah dibelanjakan dan mana bukti belanjanya
2.
Apakah
organisasi telah membelanjakan uang sesuai dengan peruntukannya?
3.
Hematkah
cara pengadaan barang atau jasa untuk melakukan aktivitas
Pedoman
Pengelolaan Keuangan Masjid
Kekayaan
Ta’mir Masjid diperoleh dari usaha-usaha dan sumbangan yang halal dan tidak
mengikat. Dana terkumpul merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan
penggunaannya, karena itu perlu dikelola dengan baik. Adanya Pedoman
Pengelolaan Keuangan dimaksudkan agar dapat memberi acuan kepada Pengurus dalam
mengelola dana organisasi tersebut.
Pedoman
Pengelolaan Keuangan Ta’mir Masjid mengatur keuangan organisasi yang meliputi
sumber dana, penganggaran kegiatan maupun lalu lintas keuangannya. Uang yang
masuk dan keluar harus halal, jelas sumbernya, tercatat dengan rapi dan
dilaporkan secara periodik. Demikian pula prosedur pemasukan dan pengeluaran
dana harus ditata dan dilaksanakan dengan baik.
Ø
Sumber
Dana
Kegiatan Ta’mir
Masjid memerlukan dana yang tidak sedikit. Kurang baiknya pendanaan dapat
menyebabkan terhambatnya kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Oleh karena
itu masalah ini perlu ditangani secara serius. Beberapa kegiatan penggalian
dana dapat dilakukan, diantaranya:
a.
Donatur
tetap, yaitu sumbangan dari jama’ah atau pihak lain yang secara periodik
memberikan infaq.
b.
Donatur
tidak tetap, yaitu sumbangan dari berbagai pihak yang dilakukan dengan
mengajukan permohonan, misalnya kepada instansi pemerintah, instansi swasta,
lembaga donor atau simpatisan.
c.
Donatur
bebas, yaitu sumbangan yang diperoleh dari lingkungan jama’ah sendiri atau
pihak luar yang bersifat insidentil. Hal ini dilakukan dengan menyediakan Kotak
Amal maupun penggalangan dana masyarakat.
d.
Usaha
ekonomi, yaitu dana yang diperoleh dengan melakukan aktivitas ekonomi,
khususnya di bidang jasa dan perdagangan.
Ø
Penganggaran
Kegiatan
Perencanaan keuangan
dalam melaksanakan Program Kerja dilakukan secara periodik. Perencanaan ini
meliputi pengeluaran dan penerimaan dana secara detail, sehingga kebutuhan
biaya operasi dan pemenuhannya, insya Allah, dapat diperkirakan.
1.
Mekanisme
penyusunan anggaran
a.
Masing-masing
bidang kerja menjabarkan Program Kerja hasil Musyawarah Jama’ah untuk kegiatan
tahunan.
b.
Melakukan
identifikasi kegiatan dan penjadwalannya.
c.
Melakukan
penghitungan biaya dan pendanaan atas masing-masing kegiatan.
d.
Mengajukan
anggaran yang telah disusun masing-masing bidang pada Rapat Kerja Pengurus.
e.
Melakukan
integrasi keseluruhan pembiayaan dan penerimaan dengan memperhatikan skala
prioritas.
2.
Budgeting
(penganggaran)
Melalui Rapat Kerja
pengurus menyusun anggaran pengeluaran dan pemasukan sesuai dengan kegiatan
yang akan diselenggarakan. Diusahakan dalam penyusunan anggaran pengurus
memiliki sumber dana yang jelas supaya tidak mengalami defisit. Beberapa yang
perlu diperhatikan antara lain :
a.
Melakukan
prioritas kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dana.
b.
Pos-pos
pengeluaran dan pemasukan ditunjukkan secara jelas.
c.
Memberi
toleransi anggaran sebesar (+) 10 % atau lebih sebagai faktor safety.
d.
Jumlah
pengeluaran masing-masing bidang dinyatakan angka-angkanya.
e.
Melakukan
integrasi seluruh bidang dalam menyusun anggaran dengan menetapkan Rencana
Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP).
Ø
Lalu
Lintas Keuangan
1.
Pengumpulan
Pengumpulan dana
dikoordinasi oleh Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan yang berupaya dalam
memenuhi kebutuhan pendanaan untuk keseluruhan aktivitas. Pengurus melakukan
beberapa aktivitas penggalangan dana, di antaranya mengajukan proposal, membuat
kotak amal, aktivitas jasa dan ekonomi, dan lain sebagainya.
2.
Pemasukan
dan pengeluaran
Dana yang telah
dikumpulkan Bidang Dana dan Perlengkapan selanjutnya diserahkan kepada
Bendahara dengan diketahui Ketua Umum. Hal ini dilakukan dengan mekanisme Form Penyerahan
Dana. Oleh Bendahara selanjutnya dana tersebut dimasukkan dan disimpan dalam
kas Keuangan Ta’mir Masjid atau Rekening Bank. Apabila disimpan di Bank,
sebaiknya menggunakan Bank Syari’ah dengan Ketua Umum dan atau Bendahara
sebagai penandatangan cheque atau pengambilan cash.
Untuk pengeluaran dan
perlu diperhatikan adanya kesesuaian dengan anggaran yang telah ditetapkan bagi
masing-masing bidang. Bidang yang bersangkutan mengajukan permohonan dana
kepada Ketua Umum dengan mengisi Form Permintaan Uang Muka. Apabila disetujui,
selanjutnya Bendahara mengeluarkan dana sesuai yang dimintakan. Demikian pula,
penggunaan dana tersebut dipertanggungjawabkan kegiatan dengan melampirkan
Laporan Keuangan, atau dipertanggungjawabkan dengan mengisi Form Pertanggungjawaban
Uang Muka.
3.
Pengawasan
Aktivitas pengumpulan
dana oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun pengelolaan dana oleh Bendahara
perlu dilakukan pengontrolan. Hal ini dilakukan antara lain melalui:
a.
Lembar
bukti. Beberapa lembar bukti yang bisa digunakan antara lain: kwitansi, nota,
deklarasi, kupon dan lain sebagainya.
b.
Lembar
Informasi. Informasi pengumpulan dan pengelolaan dana tiap bulan disampaikan
oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun Bendahara.
c.
Papan
Pengumuman. Informasi keuangan Ta’mir Masjid yang ditempelkan pada papan
pengumuman.
d.
Laporan
rutin. Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan maupun Bendahara menyampaikan
laporan rutin pengelolaan dana pada forum Rapat Umum maupun Laporan Tahunan
Pengurus. Juga disampaikan dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus pada saat
Musyawarah Jama’ah.
e.
Forum/Lembaga
pengawas. Beberapa forum atau lembaga yang bisa melakukan pengwasan secara
langsung adalah :
1)
Rapat
Umum
2)
Rapat
Pleno.
3)
Majelis
Syura
4)
Musyawarah
Jama’ah
AKUNTANSI GEREJA
AKUNTANSI GEREJA
Gereja yang Berswasembada
Menurut berbagai sumber,
Ø Prinsip-prinsip berswasembada
Keuangan gereja seharusnya menjadi bagian dari organisasi gereja, bukannya
bagian pelayanan rohani. Akan tetapi jika dilihat pada kitab Perjanjian Baru,
khususnya surat-surat Paulus kepada gereja-gereja, bahwa sesungguhnya pada
waktu itu keuangan gereja itu penting secara rohani, dan oleh karenanya penting
bagi gereja masa kini.
Terdapat tiga prinsip dalam berswasembada yang menuntun kelakuan Paulus.
1.
Pemberitaan Injil bukan untuk memperoleh uang
2.
Setiap gereja setempat memenuhi kebutuhan pelayanannya
sendiri.
3.
Gereja setempat mengelola keuangannya sendiri.
Ø Kepraktisan Berswasembada
Segi penting dari sokongan gereja adalah bagaimana hal itu mempengaruhi
kehidupan para orang percaya dan apakah hal itu memajukan penyebaran injil.
Terdapat dua alasan praktis bagi gereja setempat untuk menjadi berswasembada:
1.
Hal itu memperkembangkan perasaan tanggung jawab.
2.
Berswasembada membangun kedewasaan.
Ø Perlunya Mengajar Berswasembada
1.
Ajarkan memberi secara sistematis
Banyak orang kristen baru memerlukan bimbingan untuk mengetahui bagaimana
memberi karena mereka tidak mempunyai pengalaman sebelumnya tentang memberi
kepada pekerjaan Tuhan. Ajaran Alkitabiah adalah bahwa hal memberi harus
sebanding dengan pendapatan seseorang, karena itu kebanyakan orang kristen
menerima bahwa persepuluhan adalah standar minimum.
2.
Ajarkan Penatalayanan
Seorang penatalayanan adalah seorang yang bertugas mengurus harta benda
seorang pemilik. Ia adalah pengelola kekayaan majikannya. Penatalayanan orang
kristen adalah rangkpa dua: 1) Orang Kristen bertanggung jawab kepada Allah
atas penggunaan segala sesuatu yang Allah izinkan dia pakai, dan 2) orang
kristen saling bertanggung jawab atas persembahan yang diberikan untuk
pekerjaan Allah.
Dibawah ini dianjurkan suatu rencana untuk diikuti demi pengelolaan yang
betul atas persembahan gereja :
1)
Semua persembahan harus diterima dan
dipertanggungjawabkan oleh sekurang-kurangnya dua orang anggota gereja.
2)
Catatan cermat harus dibuat yang merinci jumlah semua
persembahan yang diterima.
3)
Semua orang yang menghitung persembangan harus
membubuh tandatangannya yang menandakan bahwa mereka membenarkan jumlah yang
diterima dan dicatat.
4)
Suatu panitia keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri
atas tiga orang anggota harus bertanggung jawab atas pengaturan pengeluaran
persembahan itu. Selain dari anggota-anggota tersebut, pembuka gereja atau
gembala sidang harus termasuk panitian dan bertindak sebagai ketua.
5)
Seorang bendahara harus diangkat dari kalangan anggota
untuk membuat pencatatan cermat atas semua keuangan gereja.
6)
Bendahara harus menyimpan uang gereja di tempat aman
untuk penggunaan di masa depan.
7)
Persembahan yang diberikan untuk maksud tertentu harus
digunakan hanya untuk maksud tersebut.
8)
Laporan keuangan tahunan harus disediakan bagi semua
anggota.
Jika prosedur yang diuraikan di atas diikuti, gereja
akan mempunyai dasar untuk menunjukkan tanggung jawab atas persembahan yang
diterima. Hal demikian akan membuat jemaat bebas dari praduga tentang cara
bagaimana keuangan telah dipakai. Pertanggungjawaban itu lebih lanjut diperluas
dengan pembentukan suatu panitia untuk mengawasi pelayanan keuangan dari
gereja. Kelompok ini dapat dinamakan panitia keuangan dan akan meliputi para
pejebat gereja, khsusnya para pemimpin gereja seperti pembuka gereja atau gembala
sidang.
Panitia keuangan harus membuat daftar keperluan
keuangan yang penting. Setelah uang tersedia, maka itu harus dibelanjakan
menurut prioritas pada daftar tersebut. Setiap panitia keuangan harus
menetapkan daftar skala prioritas bagi gerejanya sendiri. Tergantung pada
lokasi dan keadaan gereja itu skala perioritasnya dapat berubah-ubah.
Beberapa keperluan yang mungkin perlu diperhatikan
lebih dulu adalah :
1)
Menyokong gembala sidang
2)
Sewa tempat pertemuan
3)
Lampu dan air
4)
Pemeliharaan gedung
5)
Bahan pendidikan
Pada umumnya, prioritas pertama yang harus gereja
berusaha untuk dipenuhi adalah mencukupi keperluan gembala sidang. Anggota
gereja memerlukan pimpinan seorang gembala yang bekerja purna-waktu dan yang
bertanggungjawab bekerjasama dengan mereka, mengajar mereka dan memimpin
mereka. Mempunyai suatu tempat pertemuan yang memadai untuk berbakti adalah
juga suatu prioritas. Jika gereja harus menyewa sebuah tempat untuk berkumpul,
hal itu semestinya merupakan prioritas berikutnya. Prioritas untuk setiap
keperluan harus ditentukan oleh panitia berdasarkan apa yang paling diperlukan
supaya melaksanakan tugas penginjilan dan pengajaran orang percaya baru.
Apabila dibicarakan penggunaan uang dalam jumlah
besar, maka seluruh kelompok orang percaya harus diundang untuk membahasnya
bersama-sama dengan panitia. Laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada
semua anggota harus dapat dimengerti setiap orang supaya jemaat mengetahui
bagaimana uang itu telah dipergunakan untuk pekerjaan Tuhan.
Menurut berbagai sumber, Pekerjaan untuk gereja kecil dilakukan oleh
sukarelawan yang mendasarkan terutama pada kontak langsung dengan orang dan
kejadian bukannya laporan. Sistem akuntansi gereja yang memuaskan adalah sistem
dimana kerja dapat dilakukan oleh orang yang memiliki sedikit atau tanpa
pengetahuan akuntansi. Karena kebutuhan untuk kontrol internal adalah suatu
subyek yang sensitif pada suatu organisasi yang beroperasi berdasar
kepercayaan, penekanannya harus pada kontrol kesalahan. Laporan keuangan gereja
harus memfokuskan pada tujuan organisasi bukannya menyajikan data dalam suatu
format yang lebih tepat untuk usaha besar dengan tujuan berbeda.
Bagaimana Gereja Kecil Dikelola
Mayoritas gereja di Amerika Serikat memiliki anggota aktif
kurang dari 200, menurut data yang tersedia dari denominasi besar. Karena
sangat sedikit dari gereja ini dapat menarik kumpulan orang awam dengan
berbagai keahlian manajemen, mereka harus melatih pemimpin mereka sendiri.
Ketika mereka memerlukan bantuan dengan masalah manajemen, mereka menemukan
bahwa sebagian besar bahan yang tersedia didasarkan pada pengalaman organisasi
besar yang memiliki bagan organisasi, otoritas yang dinyatakan dengan jelas dan
kontrol internal yang memisahkan tugas dari ukuran hasil.
Biasanya, pastor adalah satu-satunya pekerja penuh
waktu pada suatu gereja kecil dan harus melakukan apapun ketika ia tidak mampu
mendapatkan sukarelawan untuk melakukannya. Sebagian besar pastor memiliki
pendidikan dan pengalaman manajemen minimal sebelum memasuki pelayanan aktif
dan ingin menghabiskan waktu mereka dengan melakukan fungsi pastoral untuk mana
mereka dilatih: mereka mungkin tidak tahu bagaimana menginterpretasikan dan
menggunakan informasi akuntansi yang tersedia bagi mereka.
Sukarelawan mempertukarkan sebagian besar informasi
secara lisan dan membuat keputusan secara cepat dengan sedikit atau tanpa
referensi pada data akuntansi. Keberhasilan mereka bergantung pada pemahaman
dan kepercayaan bersama. Dengan demikian, mereka mungkin lambat dalam menerima
orang baru atau perubahan prosedur. Informasi akuntansi melengkapi kontak
personal, dan keluarnya sukarelawan mungkin berarti hilangnya informasi
signifikan yang hanya diketahui oleh orang itu. Karena biaya riil signifikan
dari operasi gereja adalah nilai pekerja sukarelawan yang tidak dicatat,
proposal untuk meluaskan prosedur akuntansi harus merefleksikan pertimbangan
masalah membujuk orang untuk melakukan pekerjaan tambahan.
Catatan Akuntansi
Sebagian besar kerja repetitif yang sangat banyak
adalah akuntansi untuk pembayaran yang diterima pada janji anggota. Kerja ini
biasanya dilakukan oleh sekretaris gereja. Adalah biasa untuk memberitahu
anggota tentang jumlah yang mereka bayarkan pada janji mereka mendekati akhir
tahun fiskal. Beberapa gereja memberi anggota dengan pernyataan donasi yang
diterima dari mereka pada akhir tahun kalender.
Bendahara menyimpan catatan akuntansi lain. Banyak
gereja menggunakan basis kas untuk akuntansi, yang memenuhi kebutuhan mereka.
Jumlah hutang belum terbayar tidak sulit diidentifikasikan pada waktu tertentu.
Namun demikian, perhitungan depresiasi memiliki sedikit, atau tidak memiliki,
nilai informasi untuk gereja. Buku penerimaan multi kolom dan pengeluaran
adalah jurnal yang diperlukan; bendahara dapat membuat laporan penerimaan dan
pengeluaran secara langsung dari total kolom.
Diperlukan suatu bagan rekening yang dipahami oleh
pemimpin gereja. Penerimaan diklasifikasikan sebagai persembahan tak terbatas,
persembahan terbatas untuk penggunaan tertentu dan penerimaan lain. Persembahan
tak terbatas bisa ditunjukkan pada rekening terpisah untuk janji dan donasi
lain. Rekening tambahan diperlukan untuk tiap bentuk penerimaan terbatas dengan
imbangan rekening pengeluaran terbatas.
Klasifikasi pengeluaran menurut sifat biaya (gaji,
perlengkapan, kekuatan dan lain lain) bisa cukup ketika sebagian besar dollar
yang dikeluarkan dialokasikan pada pastor, program yang luas dan utilitas.
Namun demikian, jika jumlah yang dikeluarkan pada peribadatan, pendidikan, program
luas khusus dll adalah material, biaya langsung dari fungsi tersebut harus
dicatat pada rekening tambahan untuk fungsi-fungsi ini
40 peribadatan
41 fee organis
42 perlengkapan mimbar
43 biaya paduan suara (musik, pembersihan jubah, dll)
44 buletin dan perlengkapan lain
Meskipun beberapa gereja besar mengalokasikan biaya
tidak langsung pada fungsi, sulit untuk memvisualkan manfaat yang akan
membenarkan alokasi arbitrer oleh suatu gereja.
Anggaran gereja bisa merupakan produk paling berguna
dari proses akuntansi. Sehingga, pembuatan dan persetujuan anggaran memberikan
kesempatan untuk memeriksa apa yang dikerjakan gereja dan mempertimbangkan apa
yang berusaha dilakukan dengan sumber daya yang tersedia. Pemimpin gereja mulai
memutuskan pengeluaran apa yang direkomendasikan untuk tiap kategori dan
kemudian menyesuaikan jumlah itu dengan penerimaan yang diperkirakan.
Pengeluaran yang diajukan harus dikumpulkan sebelum kampanye janji tahunan dan
digunakan pada pengumpulan janji. Ini adalah waktu untuk mencari lebih banyak
input dari anggota yang kurang aktif. Sesudah kampanye janji, pengeluaran
direvisi untuk menyesuaikan penerimaan yang tidak diantisipasi dan anggaran
disajikan pada anggota untuk mendapat persetujuan.
Dapat sangat berguna untuk membuat proyeksi bulanan
aliran kas sebagai bagian dari proses anggaran. Penerimaan yang diproyeksikan
dapat didasarkan pada pola tahun sebelumnya; penentuan waktu pengeluaran besar
mudah diprediksi. Anggaran aliran kas akan membantu pemimpin gereja untuk
menjadwalkan pengeluaran yang tidak sesuai ketika uang tunai harus tersedia
untuk membayarnya.
Anggaran menjadi dasar untuk kontrol keuangan.
Beberapa bendahara memasukkan jumlah anggaran pada bagian atas kolom untuk
berbagai rekening pada catatan kas mereka sehingga mereka dapat mudah mengikuti
hubungan antara jumlah anggaran dan jumlah aktual. Meskipun laporan bulanan
dibuat yang meunjukkan anggaran dan data aktual, laporan kuartalan biasanya
memuaskan untuk satu gereja.
Kontrol Internal
Karena bagian signifikan dari pendapatan gereja
diterima secara tunai, penanganan uang ini adalah masalah pengendalian internal
yang besar. Penggunaan amplop persembahan untuk menyertakan uang tunai
memungkinkan gereja untuk memberikan laporan pada anggota yang melaporkan
kontribusi yang dicatat oleh gereja. Perbedaan yang dilaporkan oleh anggota
menunjukkan kelemahan kontrol penerimaan kas. Orang yang membuat catatan
penerimaan janji seharusnya tidak terlibat dalam penanganan penerimaan kas.
Dari pengumpulan sampai penabungan di bank, persembahan
harus dikendalikan sedikitnya oleh dua orang. Karena anggota memberikan jumlah
berbeda pada amplop janji dibanding yang mereka maksudkan, kesalahan itu bisa
memalukan bagi orang yang menangani uang sendiri.
Formulir standar untuk meringkas jumlah kas adalah
sangat berguna. Jumlah yang diterima pada amplop janji harus dibuat secara
terpisah dari uang tunai lepas. Ketika amplop dibuka, jumlah didalamnya harus
ditulis pada amplop; amplop ini harus diberikan pada orang yang bertanggung
jawab untuk mencatat penerimaan janji. Jika check lepas diterima pada
pengumpulan, si pemberi dan jumlahnya harus dicatat dan disampaikan dengan
amplop janji. Donor ini dipandang prospek janji untuk masa depan. Salinan
hitungan uang tunai dan duplikat slip tabungan harus diberikan pada bendahara.
Beberapa check mungkin diterima lewat pos selama
minggu itu. Pastor biasanya membuka kiriman dan memberi check pada bendahara
untuk dicatat dan ditabung. Jika jumlah yang diterima melalui pos signifikan,
mungkin untuk membujuk pastor untuk menabungkan check itu, memberi bendahara
duplikat slip tahungan dan kemudian meminta orang itu membuat catatan janji
suatu daftar nama dan jumlah yang diterima.
Kontrol pengeluaran adalah masalah yang lebih kecil.
Harus ada aturan bahwa pengeluaran yang tidak termasuk dalam anggaran yang
disetujui tidak bisa dibuat tanpa persetujuan khusus dari dewan gereja.
Biasanya, pembelian dibuat oleh orang yang bertanggung jawab untuk
aktivitas-aktivitas seperti pendidikan dan musik; orang ini harus berkonsultasi
dengan bendahara sebelumnya sehingga waktu pembelian dapat disesuaikan dengan
uang tunai yang tersedia. Dua tanda tangan dibutuhkan pada check itu.
Mengotorisasi dua orang bukannya bendahara untuk tanda tangan bersama biasanya
cukup. Blanko check harus disimpan di tempat yang aman; pencuri memiliki waktu
lebih mudah menguangkan check gereja dibanding sebagian besar check lain.
Gereja harus menjaga inventaris aset fisik dan
memeriksa keberadaannya secara periodik. Untuk semia item yang bernilai signifikan,
catatan persediaan harus menunjukkan kuantitas, biaya dan tanggal akuisisi.
Mudah untuk kehilangan jejak item-item yang mudah dibawa jika ada pergantian
signifikan diantara orang yang menggunakan item itu. Lebih penting adalah
kebutuhan untuk memiliki suatu catatan persediaan untuk mendukung klaim jika
ada kebakaran atau bencana lain.
Petunjuk prosedur akan bernilai jika sukarelawan dapat
dibujuk untuk menulis deskripsi langkah-langkah yang diikuti dalam proses
akuntansi dan pengendalian. Waktu terbaik untuk mendorong orang untuk menulis
prosedur adalah ketika mereka pertama kali melakukan suatu pekerjaan dan
mengetahui manfaatnya jika informasi itu tersedia bagi mereka.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan gereja dimaksudkan terutama untuk
penggunaan internal. Format dan terminologi harus dipilih untuk menyesuaikan
dengan pemahaman anggota gereja selain memfokuskan perhatian pada apa yang
dilakukan gereja. Anggota ingin mengetahui bagaimana sumber daya yang tersedia
digunakan selama periode fiskal. Mereka ingin tahu berapa banyak uang tunai
yang dipegang, berapa uang yang diterima dibanding jumlah yang dijanjikan,
berapa jumlah tagihan belum dibayar dan saldo sisa pada hipotik, jika ada.
Biasanya informasi ini lebih mudah dipahami oleh anggota dalam bentuk narasi
dibanding dalam bentuk neraca.
Laporan komparatif dari penerimaan dan pengeluaran
merupakan kepentingan utama bagi anggota gereja. Exhibit 1, mengilustrasikan
bagaimana informasi demikian bisa disajikan. Anggota cenderung menginginkan
informasi lebih rinci tentang pengeluaran dan itu bisa ditunjukkan pada daftar
tambahan.
Exhibit 1.
Year ended
September 30,
1983
|
Year ended
September 30,
1982
|
|
Received for the
Work of the church
Unrestricted offerings
Designated offerings
Spent for
Pastor’s salary
And allowances
Worship
Religious education
Outreach programs
Designated denominational
Support
Utilities and supplies
Maintenance and repairs
Received more (less) than spent
|
$41,000
1,200
$42,200
$23,800
4,300
2,700
4,000
1,200
3,800
2,500
$42,300
$ (100)
|
$40,450
1,100
$41,550
$22,500
4,200
2,600
3,250
1,100
3,500
4,150
$41,300
$ (250)
|
Laporan perubahan posisi keuangan berbasis kas dapat
menggantikan laporan rugi laba. Satu format yang mungkin tampak pada exhibit 2,
halaman ini, sementara pendekatan yang sama
diilustrasikan pada artikel tentang akuntansi pada Management
Accounting terbitan Agustus 1983.
Beberapa gereja memiliki dana terbatas yang bisa
digunakan hanya untuk tujuan yang telah ditentukan seperti pemeliharaan dan
musik. Suatu laporan yang menunjukkan perubahan saldo dana akan memuaskan dalam
kasus demikian.
Jika dana yang dapat dikeluarkan harus diperinci dalam
area terbatas dan tak terbatas, atau jika akuntansi perlu lebih rinci, akuntan
mungkin menemukan kegunaan dari exhibit 9B dari American Institue of CPA audit
and accounting guide yang berjudul, Audit of Certain Nonprofit Organization.
Pengembangan sistem akuntansi dan pengendalian yang
lebih baik bisa memberikan tantangan kreatif bagi CPA dan kontribusi yang
bernilai untuk pengelolaan sumber daya gereja.
Exhibit 2
Year ended
September 30,
1983
|
Year ended
September 30,
1982
|
|
Funds used for church operations
Pastor’s salary
and allowances
Worship
Religious education
Outreach programs
Designated denominational
programs
Utilities and supplies
Maintenance and repairs
Funds were provided by
Unrestricted offerings
Designated offerings
Increase (decrease) in funds on hand
|
$23,800
4,300
2,700
4,000
1,200
3,800
2,500
$42,300
$41,000
1,200
$42,200
$ (100)
|
$22,500
4,200
2,600
3,250
1,100
3,500
4,150
$41,300
$40,450
1,100
$41,550
$ (250)
|
Menurut berbagai sumber, proses pengelolaan keuangan
di gereja meliputi penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pencatatan dan
pertanggungjawaban. Akuntansi dana mengutamakan pencatatan atas pendapatan yang
diterima dan pengeluaran yang dilakukan oleh gereja.
Gereja memiliki otonomi dalam hal mengelola keuangan
sehingga diperlukan adanya system akuntansi yang memadai untuk menunjang
aktivitas-aktivitasnya. Kegiatan akuntansi dalam organisasi nirlaba (gereja) bertujuan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
pengalokasian dana. Selain itu juga sebagai bentuk pertanggunggjawaban pengurus
gereja serta sebagai indicator pelaksanaan aktivitas secara efektif dan
efisien. Dengan demikian, pelayanan gereja dapat ditingkatkan.
Dalam prakteknya, gereja
biasanya mendapatkan sumber dana dari sumbangan para jemaat, yang kemudian
digunakan untuk tujuan khusus.
Proses akuntansi dana meliputi penyusunan anggaran pada awal periode yang
dilakukan baik secara bottom-up
maupun top-down. Anggaran ini
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas gereja selama satu tahun
kedepan. Selanjutnya merupakan proses pencatatan transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh pihak gereja berdasarkan basis kas. Proses terakhir yaitu
membuat jurnal penutup dan menyiapkan laporan keuangan akhir periode.
KESIMPULAN
Akuntansi masjid bertujuan untuk menyediakan informasi
yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Peran akuntansi masjid yang lain
adalah sebagai pengendalian manajemen.
Peroses pencatatan akuntansi masjid ini jauh lebih
sederhana bila dibandingkan dengan pencatatan pada akuntansi konvensional.
Dimulai dengan melakukan identifikasi sumber pendapatan, selanjutnya melakukan identifikasi
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta alokasi dana yang dibutuhkan
dengan melihat sumber dana yang dimiliki, dan yang terakhir adalah penyusunan
anggaran.
Kegiatan akuntansi dalam organisasi nirlaba (gereja)
bertujuan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan dalam menentukan
pengalokasian dana. Selain itu juga sebagai bentuk pertanggunggjawaban pengurus
gereja serta sebagai indicator pelaksanaan aktivitas secara efektif dan
efisien. Dengan demikian, pelayanan gereja dapat ditingkatkan.
Gereja biasanya mendapatkan sumber dana dari sumbangan
para jemaat, yang kemudian digunakan untuk tujuan khusus. Proses akuntansi pada
gereja terdiri dari proses penyusunan anggaran yang dilakukan pada awal
periode, selanjutnya adalah proses pencatatan atas transaksi-transaksi, dan
terakhir adalah membuat jurnal penutup dan menyiapkan laporan keuangan.
Akuntansi
Yayasan
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntabilitas
berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan
untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Akuntabilitas (accountability)yaituberfungsinya
seluruh komponenpenggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan
kewenangannya masing-masing.Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola
sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab
hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat
dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil
pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
Pengertian
akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi
sektor publik dan mendorong pada munculnya tekanan untuk pelaku kunci yang
terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang
baik. Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban
dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus
mampumempertanggungjawabkan pelaksanaankewenangan yang diberikan di bidang
tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan
pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau
target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
Akuntabilitas
sebagai salah satu prinsip good
corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas
keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam
pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Akuntabilitas, sebagai salah
satu prasyarat dari penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep
organisasi dalam manajemen, yang menyangkut :
1. Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of
control) organisasi.
2. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan
(controllable) pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
Transaksi keuangan seharusnya
dicatat secara konsisten dan akurat agar di kemudian hari tidak terjadi
kekacauan. Pengendalian akan meminimalkan resiko, termasuk pencurian oleh
karyawan. Jadi pengendalian keuangan sering juga disebut sebagai pengendalian akuntansi.
System pengendalian keuangan
(akuntansi) adalah serangkaian prosedur yang melindungi praktek manajemen
secara umum maupun keuangan. Prosedur pengendalian akuntansi memiliki tujuan
yaitu informasi keuangan harus dapat dipercaya
sehingga pengelola mendapatkan informasi yang akurat untuk perencanaan program
dan pengambilan keputusan lainnya, aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak
dicuri, disalah gunakan, atau dirusak secara sengaja, kebijakan yayasan
diikutri, dan peraturan-peratutran pemerintah terpenuhi.
Pengendalian
sebagai bagian penting dari masyarakat yang baik saling menunjang dengan
akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pengendalian tidak
dapat berjalan dengan efesien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme
akuntabilitas yang baik, demikian pula sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang paper diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa tujuan adanya Akuntabilitas
Yayasan ?
2. Unsur-unsur apa saja yang ada dalam
sistem akuntansi Yayasan ?
3. Bagaimana tahap pengembangan sistem
akuntansi yayasan ?
4. Apa yang dimaksud Bagan Akun ?
5. Bagaimana pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia ?
6. Bagaimana sistem pengendalian keuangan
di yayasan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan disusunnya paper ini yaitu
:
1. Untuk mengetahui dan memahami tujuan
adanya Akuntabilitas yayasan.
2. Mengetahui dan memahami unsur-unsur apa
saja yang ada dalam sistem akuntansi yayasan.
3. Mengetahui dan memahami bagaimana tahap
pengembangan sistem akuntansi yayasan
4. Mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud Bagan Akun
5. Mengetahui dan memahami bagaimana
pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
6. Mengetahui dan memahami Bagaimana
sistem pengendalian keuangan di yayasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntabilitas
Yayasan
2.1. Tujuan
Laporan Keuangan
Tujuan utama
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi
kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditor, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi yayasan. Pihak pemakai laporan keuangan yayasan
memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:
a. Jasa yang
diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.
b. Cara pengelola melaksanakan tanggung
jawabnya dan aspek lain dari kinerja yayasan.
Setiap laporan
keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan
keuangan biasanya melengkapi informasi laporan keuangan lain. Secara rinci
tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk
menyajikan informasi mengenai :
a. Jumlah dan aktiva, kewajiban serta
aktiva bersih suatu yayasan
b. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan
situasi lainnya yang mengubah nilai serta sifat aktiva bersih
c. Jenis dan jumlah arus masuk serta arus
keluar sumber daya selama satu periode dan hubungan diantara keduanya
d. Cara suatu yayasan mendapatkan dan
membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjama, serta faktor
lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya
e. Usaha jasa suatu yayasan.
2.2 Unsur-unsur dalam Sistem Akuntansi
Sistem
akuntansi terdiri dari catatan-catatan akuntansi (buku cek, jurnal, dan buku
besar), serta serangkaian proses dan prosedur yang ditetapkan untuk staf,
sukarelawan, dan/atau para profesional dari luar yayasan. Secara tradisional
akuntansi terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
a. Bagan Perkiraan/Akun
b. Buku Besar
c. Jurnal
d. Buku Cek
e. Manual prosedur akuntansi
f. Siklus
akuntansi.
2.3 Mempertahankan Integritas Sistem Akuntansi
2.3.1 Neraca saldo (Trial Balance)
Dalam sistem
manual, seluruh saldo buku besar dihitung atas basis bulanan untuk memastikan bahwa
total debet sama dengan total kredit. Apabila debet sama dengan kredit, laporan
keuangan dapat disajikan dengan menggunakan jumlah neraca saldo. Sistem
akuntansi yang terkomputerisasi akan menghasilkan neraca saldo dengan mekanisme
bilt-in.
2.3.2 Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan,
saldo buku cek harus disesuaikan dengan saldo perkiraan bank. Proses ini
melibatkan tiga langkah dasar yaitu :
1. Membandingkan cek dan deposito dalam
buku cek dengan laporan bank, lalu menyesuaikan beberapa ketidaksesuaian.
2. Menyesuaikan biaya bank atau bunga bank
yang dihasilkan dengan saldo buku cek.
3. Mengurangi cek nonkas dari saldo bank
dan menambahkan pada cek yang disetorkan, yang belum dicerminkan dalam saldo
bank.
2.4 Tahap Pengembangan Sistem Akuntansi
Sistem
akuntansi yang di terapkan akan berubah sebagaimana halnya dengan sumber daya
dan kebudayaan yayasan. Yayasan bersekala kecil yang baru berdiri hanya perlu
mempertahankan akurasi catatan aktivitas dalam buku cek. Dengan kompleksitas
dan volume kerja yayasan yang semakin berkembang, aktivitas manajemen keuangan
membutuhkan peningkatan jumlah staf sukarelawan atau staf yang dibayar atau kombinasi staf dan
penyedia jasa dari luar. Jadi, sistem akuntansi harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan kompetensi pemakainya.
2.4.1 Perbedaan antara akuntansi untuk yayasan dan organisasi bisnis
Prinsip
akuntansi yang diterima umum bisa diterapkan dalam praktek akuntansi nonprofit.
Namun, ada beberapa perbedaan yang signifikan sebagai berikut.
a) Akuntansi untuk sumbangan
Yayasan yang
memenuhi syarat untuk mendapatkan status bebas pajak akan ditunjuk untuk
menerima sumbangan. Prosedur yang ekuivalen untuk menangani akuntansi sumbangan
dalam yayasan adalah prosedur khusus, yaitu:
1. Janji atau komitmen (jaminan untuk
memberikan)
2. Jasa dan materi yang didermakan (jenis
sumbangan)
3. Kejadian-kejadian khusus Hak
Keanggotaan Pembina
b) Kapitalisasi dan penyusutan aktiva
Yayasan perlu
mencatat pembelian barang dan peraltan substansial jangka panjang seperti
komputer, mobil, dan bangunan, sebagai aktiva serta menanggung porsi biaya per
tahun untuk barang-barang yang masih memiliki umur manfaat. Proses ini disebut
sebagai kapitalisasi dan penyusutan aktiva tetap. Yayasan juga perlu mencatat
penyusutan aktiva. Namun ada beberapa aktiva di sektor nonprofit yang menerima
prlakuan khusus seperti koleksi museum, bangunan sejarah, buku perpustakaan,
dan kebun binatang.
c) Klasifikasi pengeluaran fungsional
Yayasan perlu
melaporkan pengeluaran kas sesuai dengan klasifikasi fungsinya. Dua klasifikasi
pengeluaran fungsi primer adalah pelayanan program dan aktivitas pendukung.
Sementara itu, klasifikasi aktivitas pendukung meliputi pengelolaan dan
aktivitas umum, penggalian dana, dan pengembangan keanggotaan. Praktek tersebut
sangat bervariasi dari satu yayasan ke yayasan lainnya.
d) Implikasi perbedaan antara akuntansi
nonprofit dan akuntansi swasta
Implikasi dari
perbedaan praktek akuntansi non profit dan akuntansi swasta adalah
diperlukannya keahlian tambahan bagi personil, penasihat keuangan, atau
auditor. Jadi, sumbangan dan pambelian barang-barang serta peralatan yang
memerlukan penanganan khusus, diatur dengan melibatkan seorang akuntan
spesialis yayasan.
2.4.2 Perbedaan Akuntansi Berbasis Kas dan Berbasis Akural
Akuntansi
berbasis kas dan akuntansi berbasis akural menggunakan kriteria yang berbeda
untuk menentukan kapan mengakui serta mencatat pengeluaran dan penerimaan dalam
catatan keuangan. Pada akuntansi berbasis kas, pendapatan diakui ketika kas
diterima dan disetorkan, sementara biaya dicatat dalam periode akuntansi ketika
tagihan dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diwujudkan
dalam periode akuntansi ketika pendapatan itu di peroleh, misalnya,saat jasa
yang dikontrak diberikan dan ditentukan hibah terpenuhi,tanpa menghiraukan
waktu penerimaan kas dari donasi. Belanja dicatat sebagai pengurangan utang
saat pembayaran, misal ketika membayar persediaan yang dipesan, membayar lembur
karyawan, dan meminjam printer untuk pencetakan.
Contoh
transaksi: Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi belum membayar cicilan akhir atas
pembelian printer secara kredit pada tahun ini, sehingga berhutang Rp
1.500.000. Maka pencatatan jurnal atas transaksi tersebut adalah:
Basis Kas
|
Basis Akrual
|
Tidak ada
jurnal belum membayar
|
Peralatan 1.500.000
Utang
Usaha 1.500.000
|
Peralatan 1.500.000
Kas 1.500.000
|
Utang Usaha 1.500.000
Kas 1.500.000
|
Beberapa
yayasan tidak memiliki sumber daya untuk mengembangkan sistem akuntansi
yayasan. Faktor-faktor pertimbangan basis akuntansi adalah:
· Besaran
transaksi yayasan dalam piutang dan pembayaran atas basis yang terus-menerus.
Jika tagihan atau hibah belum dibayar atau dilunasi sepanjang tahun, maka
akuntansi berbasis kas akan memberikan gambaran keuangan yang sama baiknya
dengan akuntansi berbasis akrual.
· Keahlian dan
waktu yang membatasi staf pembukuan.
· Posisi arus kas
yayasan. Jika arus kas dijadikan fokus, maka akun pembayaran dan piutang dapat
dijadikan pengendali.
· Ukuran anggaran
yayasan. Beberapa yayasan yang baru belum memiliki kewajiban pembayaran dan tidak
memiliki piutang akan memilih akuntansi berbasis kas.
2.5 Bagan Akun
2.5.1 Unsur-unsur yang Harus Ada dalam Bagan Akun
Bagan akun
merupakan daftar prakiraan (rekening) sistem akuntansi yang dirancang untuk
mendapatkan informasi keuangan, mempertahankan jalur informasi keuangan, dan
membuat keputusan keuangan. Informasi tersebut hanya dicatat dengan kode akun
dari bagan akun.
Bagan tersebut
dibagi ke dalam 5 kategori yaitu aktiva, utang, aktiva bersih, pendapatan, dan
biaya. Untuk memutuskan apa yang harus dimasukkan ke dalam bagan akun, beberapa
pertanyaan berikut ini juga perlu dipertimbangkan:
· Laporan apa
yang perlu dipersiapkan?
· Keputusan,
evaluasi, dan penilaian keuangan apa yang perlu dibuat secara teratur?
· Tingkat
perincian apa yang diperlukan?
· Kapasitas apa
yang perlu dimiliki untuk melacak informasi keuangan?
Cara terbaik
untuk merancang bagan akun atau perkiraan adalah dengan mempertimbangkan
laporan apa yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan eksternal, pengambilan
keputusan, dan penilaian pengelola. Sebagai contoh, bagan akun harus
berhubungan dengan kategori anggaran, sehingga laporan yang dihasilkan dapat
membandingkan apa yang dianggarkan dengan realisasinya.
Selain jenis
pendapatan dan biaya, ada juga faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan
dalam bagan akun. Jika lebih dari satu tempat, apakah informasi yang terpisah
dibutuhkan untuk masing-masing tempat? Atau, jika lebih dari satu program,
apakah item-item seperti persediaan, perangko, dan gaji diungkapkan untuk
masing-masing program? Dan akhirnya, berdasarkan Pernyataan Dewan Standar
Akuntansi Keuangan yang baru No. 116 dan 117, organisasi nonprofit seperti
yayasan harus melaporkan pendapatan dan belanjanya dalam tiga kategori: yaitu
tidak terikat, terikat, temporer, dan terikat permanen. Ini berarti bahwa bagan
akun mendukung persyaratan pelaporan.
Apabila tingkat
yang lebih tinggi dibutuhkan, maka software akuntansi akan diperlukan untuk
menjalankan transaksi keuangan. Software akuntansi itu sering kali membagi
transaksi ke dalam beberapa bagian kecil dan kemudian menentukan tingkat
rincian yang akan digunakan dalam laporan. Proses menghasilkan informasi yang
sangat rinci secara manual sangat memakan waktu.
Kemampuan dan
ketersediaan staf pembukuan untuk memecahkan masalah sangatlah penting. Sebagai
contoh, staf pembukuan perlu dilatih untuk menyelesaikan persoalan menyangkut
bagan akun dan pengembangan sistem akuntansi yayasan.
Aturan yang
baik adalah membuat bagan akun sesederhana mungkin dan memperbaikinya untuk
meningkatkan ketersediaan informasi secara berkesinambungan. Hal yang
dituliskan dalam cek atau penerimaan uang adalah nomor akun yang ditetapkan
untuk untuk transaksi. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa bagan akun perlu
direvisi. Dengan kata lain, kriteria penentuan nomor akun dijelaskan.
2.5.2 Ciri-ciri Bagan Akun yang Sederhana
Bagan akun yang
diberikan pada akhir bagian ini menggambarkan kesesuaian item belanja dan
pendapatan dengan nomor akun yang berlaku. Contoh dibawah ini merupakan pedoman
tentang pengembangan bagan akun itu sendiri. Ciri-ciri dari contoh bagan akun
berikut perlu diamati dengan seksama. Kategori akun disajikan dalam urutan
standar dimulai dengan akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
sebagai berikut.
1. Aktiva
Aktiva
adalah item nyata dari suatu yayasan
dimana sumber daya, termasuk kas, akun piutang, perlengkapan, dan kekayaan,
diungkapkan. Aktiva biasanya dimasukkan dalam daftar menurut urutan menurun
(descending) dari likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa kas dan aktiva lainnya
yang mudah diubah menjadi kas dicantumkan pada urutan awal; dan aktiva tetap
seperti kekayaan dan peralatan diurutan akhir. Akun aktiva biasanya dimulai
dengan angka “1”.
2. Utang
Utang adalah
kewajiban ke kreditor seperti pinjaman dan utang usaha. Utang yang jatuh
temponya sekarang dicantumkan lebih awal dibanding utang yang jatuh temponya
dalam tahun berikutnya. Utang usaha dan utang pajak upah biasanya dicantumkan
sebelum utang lainnya. Penerimaan yang ditangguhkan dan utang lainnya sering
kali dicantumkan dalam urutan berikutnya pada daftar. Utang sering kali dimulai
dengan angka “2”.
3. Aktiva Bersih
Aktiva bersih
mencantumkan nilai keuangan dari suatu yayasan. Aktiva tersebut mencerminkan
saldo yang ada setelah kewajiban yayasan dilunasi. Perangkat lunak akuntansi
yang dirancang untuk yayasan melaporkan “aktiva bersih”. Sementara itu, yayasan
penerima pemberian yang tidak terikat memiliki satu akun aktiva bersih. Aktiva
tetap yang terikat, baik secara permanen maupun temporer, seperti sumbangan
memiliki lebih dari satu akun aktiva bersih, yang biasanya dimulai dengan angka
“3”.
2.5.3 Akun Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam Laporan Posisi Keuangan
Berdasarkan
nomor akun yang terendah hingga tertinggi, jumlah item dalam satu kategori akan
dikembangkan seiring dengan perkembangan aktivitas yayasan. Akun tertentu yang
terkait dikelompokkan bersama dengan nomor yang berkaitan. Misalnya, nomor umum
untuk pajak upah adalah 7310. Namun, nomor akun setiap jenis pengeluaran pajak
upah ditentukan secara terpisah, seperti Asuransi Pengangguran-7312. Beberapa
perangkat lunak akuntansi yang terkomputerisasi akan menyusun laporan yang
mengumpulkan seluruh akun dengan kode 731x ke dalam item tunggal. Secara
manual, jenis pengelompokan pengeluaran ini akan menyederhanakan informasi
konsolidasi dalam laporan. Namun perhatikan bahwa secara khusus, informasi itu
tidak akan ditempatkan untuk akun 7310. Akun ini akan dipertimbangkan menjadi
“judul” untuk semua pengeluaran terkait.
2.5.4 Menangkap Informasi Keuangan yang Lebih Kompleks
Jika dana
secara terpisah (dana terikat secara permanen maupun temporer) dipilah menurut
setiap program, departemen, dan tempat, maka bagan akun dirancang untuk
mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan bagan akun “multi-tiered” (deretan
bertingkat banyak). Sebagai contoh, dalam bagan akun yang memperlihatkan
deretan bertingkat tunggal, penambahan bagian atau deretan bertingkat yang
kedua untuk kode akun akan memberikan kode dari berbagai item kedalam berbagai
kategori. Misalkan suatu yayasan memiliki tiga program yaitu: konseling,
tutorial, dan rekreasi. Setiap program itu mempunyai kode akun sendiri seperti:
- Konseling 01
- Tutorial 02
- Rekreasi 03
Bagan akun akan
menjadi lebih kompleks jika yayasan menginginkan laporan yang lebih rinci.
Namun, sekali lagi, hal itu tergantung pada waktu dan kemampuan staf keuangan
serta kerumitan transaksi keuangan.
Contoh Bagan
Akun Yayasan
Aktiva
|
Pengeluaran
|
1010 Kas
1011
Akun Pengecekan
1012
Kas Kecil
1020 Tabungan
dan Investasi Kas
Temporer
1030 Piutang
1040 Biaya
tidak terduga
1050 Piutang
Sumbangan
1060 Biaya
tidak terduga
1130 Biaya
dibayar dimuka
1610 Tanah
1620 Gedung
1640
Peralatan
|
7110 Gaji dan
upah karyawan, direktur, dan
sebagainya
7210 Gaji dan
upah lain-lain
7310 Pajak
upah dan sebagainya
7311 Pajak
dan Asuransi
pengangguran
7312
Asuransi Cacat
7520 Biaya
Akuntansi
7520
Biaya Akuntansi dan Audit
Biaya
Jasa Bank
|
Utang
|
|
2010 Utang
Usaha
2410 Pinjaman
dari Komisaris
dan Karyawan
2510 Utang
Hipotek
|
7710
Persediaan
7810 Telepon
7910 Perangko
dan pengiriman
|
Aktiva Bersih
|
|
3100 Aktiva
Lancar yang tidak dibatasi
|
8010
Kepemilikan
8011
Sewa Kanntor
8012
Biaya jasa jaga rumah dan jasa
serupa
|
Penerimaan
|
|
4010
Sumbangan (Pos Langsung)
4050 Acara
Khusus (Porsi
Pemberian)
4100 Jasa
sumbangan dan
penggunaan
fasilitas
4220 Hibah
badan hukum
4230 Hibah
yayasan
4510
Sumbangan Pemerintah
|
8110
Pemeliharaan dan sewa peralatan
8210
Pencetakan dan duplikasi
8310
Perjalanan
8710 Asuransi
|
Yayasan harus
mencatat pembelian peralatan dan kekayaan yang bersifat jangka panjang, karena
jenis aktiva tersebut menanggung biaya per tahun sesuai dengan umur manfaatnya.
Proses ini disebut sebagai kapitalisasi dan penyusutan aktiva tetap. Pencatatan
akuntansi untuk mencatat penyusutan aktiva tetap yang dimiliki oleh yayasan
sama dengan pencatatan akuntansi untuk penyusutan aktiva tetap pada umumnya.
2.5.5 Pajak Pengghasilan dari Usaha yang
Tidak Terkait
Pendapatan
usaha yang tidak terkait adalah pendapatan yang dihasilkan dari suatu
perdagangan atau aktivitas usaha yang tidak terkait secara substansial dengan
tujuan yayasan. Aktivitas usaha atu aktivitas perdagangan adalah aktivitas yang
dilakukan untuk meraih pendapatan melalui aktivitas penjualan barang dagangan
atau jasa. Misalnya, toko buku universitas melakukan aktivitas usaha dengan
menjual buku textbook ke para mahasiswa dan masyarakat umum.
2.5.6 Mencatat Akun Sumbangan
Komitmen untuk
memberikan kontribusi secara tertulis bisa dijadikan dasar untuk pencatatan
transaksi utang sumbangan. Sebagai contoh, seorang donatur berjanji secara
tertulis akan memberikan sumbangan senila Rp 1.000.000,- selama tiga tahun
mendatang. Dengan menyajikan piutang hibah dalam neraca, yayasan memperlihatkan
jumlah uang yang diharapkan akan diterima di masa mendatang dalam bentuk
sumbangan hibah.
Piutang hibah
yang bisa dipercaya sebaiknya dicatat dalam sistem akuntansi. Terdapat dua
jenis piutang, yaitu piutang yang mengikat dan piutang yang tidak mengikat.
Pituang yang tidak mengikat adalah piutang yang dilakukan oleh donatur untuk
memberikan hibah kepada yayasan di masa yang akan datang. Namun yayasan
tersebut tidak perlu memenuhi beberapa persyaratan khusus sebelum menerima
hibah dan tidak ada kondisi lain yang ditetapkan oleh donatur.
Piutang yang
mengikat adalah kesatuan peristiwa yang tidak menentu di masa mendatang.
Misalnya, seorang donatur berniat untuk memberikan uang sebesar seribu rupiah
jika yayasan telah memperoleh hibah yang sesuai sebesar dua ribu rupiah dari
sumber lain. Sedangkan untuk piutang yang tidak dapat terkumpul, maka yayasan
mencatatnya pada akun Cadangan untuk Piutang yang Tidak Terkumpul, dan akan
mengurangi Piutang Hibah yayasan.
2.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Di Indonesia
2.6.1 Laporan Keuangan Organisasi Nonprofit
Laporan
keuangan organisasi nonprofit seperti yayasan meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk
suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.
2.6.2 Laporan Posisi Keuangan
1. Klasifikasi aktiva dan kewajiban
Informasi
mengenai likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:
a. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan
likuiditas dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo
b. Mengelompokkan aktiva ke dalam bagian
lancer dan tidak lancar, serta kewajiban ke dalam bagian jangka pendek dan
jangka panjang
c. Mengungkapkan informasi mengenai likuidasi
aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva
pada catatan atas laporan keuangan
2. Klasifikasi Aktiva Bersih Terikat atau
Tidak Terikat
Laporan posisi
keuangan menyajikan jumlah setiap kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau
tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat
secara temporer, dan tidak terikat
Informasi
mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer akan
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau
catatan atas laporan keuangan
2.6.3 Laporan Aktivitas
Tujuan dan
Laporan aktivitas difokuskan pada yayasan secara keseluruhan dan menyajikan
perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva dalam
laporan aktivitas akam tercermin pada aktiva bersih dalam laporan posisi
keuangan. Pada laporan terdiri atas aktivitas sebagai berikut.
1.
Perubahan
Kelompok Aktiva Bersih
Laporan
aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih yang terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat selama suatu periode.
2.
Klasifikasi
Pendapatan, Beban, Keuntungan, dan Kerugian
Laporan
aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aktiva bersih tidak terikat
Sementara itu,
sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, tergantung pada tindakannya ada tidaknya
pembatasan. Jika sumbangan terikat yang pembatasnya tidak berlaku lagi dalam
periode yang sama, maka dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat
sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan
akuntansi.
Laporan
aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan
aktiva lain (atau kewajiban)sebagai penambah atau pengurangan aktiva bersih
tidak terikat, kecuali jika penggunaanya dibatasi.
3.
Informasi
Mengenai Pendapatan dan Beban
Laporan
aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, namun demikian,
pendapatan investasi dapat disajikan secara netto dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
4.
Informasi
Mengenai Pemberian Jasa
Laporan
aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi
mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program
jasa utama dan aktivitas pendukung.
2.6.4 Laporan Arus Kas
Tujuan utama
laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai dengan
PSAK 2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini:
1. Aktivitas pembiayaan
a. Penerimaan kas
dari penyumbang yang pengggunaannya dibatasi untuk jangka panjang
b. Penerimaan kas dari sumbangan dan
penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk perolehan, pembangunan,
dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowmwnt)
c. Bunga dan
dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang
2.
Pengungkapan
informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas seperti sumbangan
berupa bangunan atau aktiva investasi.
Pengendalian Keuangan
2.7 Pengembangan Sistem Pengendalian Akuntansi
Langkah pertama
dalam sistem pengendalian akuntansi yang efektif adalah mengidentifikasi bidang
dimana penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan mungkin terjadi. Beberapa
akuntan dapat memberikan checklist (daftar pengecekan) atas bidang dan pertanyaan
tentang waktu perencanaan sistem. “Price Waterhouse’s Booklet, Effective
Internal Accounting Control for Nonprofit Organizations: A Guide for Directors
and Management”, memasukkan bidang dan tujuan pengembangan sistem pengendalian
akuntansi yang efektif seperti:
a. Penerimaan Kas
Untuk memastikan bahwa seluruh kas telah diterima,
didepositokan secara cepat, dicatat dengan sesuai, direkonsiliasi, dan
dipertahankan menurut prosedur keamanan yang memadai.
b. Pengeluaran Kas
Untuk memastikan bahwa semua pembayaran kas hanya
dilakukan atas kewenangan pengelola yang tepat, untuk tujuan aktivitas yang
valid, dan dicatat secara tepat.
c. Kas Kecil
(petty cash)
Untuk memastikan bahwa kas kecil dan dana kerja lainnya
dibayar hanya untuk tujuan yang tepat, disimpan secara aman, dan dicatat secara
tepat.
d. Gaji
Untuk memastikan bahwa pembayaran gaji hanya dibuat atas
kewenangan yang tepat untuk karyawan yang berhak serta dicatat secara tepat dan
berhubungan dengan persyaratan yang sah (seperti setoran pajak gaji).
e. Hibah,
Sumbangan, dan Warisan
Untuk memastikan bahwa semua hiba, sumbangan, dan warisan
diterima serta dicatat secara tepat dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
f. Aktiva Tetap
Untuk mamastikan bahwa aktiva tetap diperoleh dan diatur
oleh otorisasi yang tepat, dijaga dengan aman, dan dicatat secara tepat.
Sistem
pengendalian akuntansi juga diperlukan untuk memastikan pencatatan yang tepat
atas barang yang didermakan, sumbangan dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan
dan pengembalian informasi harus dicatat secara akurat dan tepat waktu, dan
memenuhi peraturan pemerintah lainnya.
Untuk mencapai
tujuan ini yayasan perlu menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani per
bidang, termasuk sistem check and balance. Prinsip ini disebut sebagai
pemisahan tugas, dimana tugas dapat dibagi di antara staf dan sukarelawan yang
dibayar. Misalnya, dalam yayasan yang kecil, direktur menyetujui pembayaran
sekaligus dan menandatangani cek yang disiapkan oleh kasir atau manajer kantor.
Sementara itu bendahara akan meninjau pembayaran tersebut dengan disertai
dokumen bulanan, menyiapkan rekonsiliasi bank, dan meninjau ulang cek-cek yang
dibatalkan. Di samping itu ada juga hal-hal umum yang memerlukan perhatian
pengelola yaitu, Pengeluaran cek, jumlah tanda tangan pada cek, jumlah rupiah
yang memerlukan persetujuan atau tanda tangan pengurus pada cek, yang mengakui
pembayaran, serta komitmen keuangan.
Persetujuan
rencana dan komitmen sebelum dilaksanakan, anggaran tahunan dan perbandingan
periodik antara laporan keuangan dengan jumlah, sewa, persetujuan pinjaman, dan
komitmen utama lainnya yang dianggarkan dengan kebijakan-kebijakan personalia,
yaitu tingkat gaji, liburan, lembur, waktu pengganti, keuntungan, uang
pesangon, dan persoalan personalia lainnya.
2.7.1 Manual Prosedur Akuntansi
Kebijakan dan
prosedur untuk menangani transaksi keuangan didokumentasikan dalam Manual
Prosedur Akuntansi, dimana tugas-tugas administrasi dan siapa yang bertanggung
jawab atas masing-masing tugas tersebut dijelaskan. Manual tersebut merupakan
gambaran yang sederhana tentang penanganan fungsi seperti pembayaran tagihan, setoran kas, dan transfer
uang. Revisi atas Manual Prosedur Akuntansi biasanya dilakukan untuk
mengevaluasi efektivitas pengendalian yang ada.
2.7.2 Mempertahankan Pengendalian yang Efektif
Pelaksana
biasanya bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
yang ada. Dengan pensyaratan yang rici dari lembaga donor, sebaiknya harus ada
satu orang yang memahami dan memonitor peraturan khusus serta faktor
pemenuhannya.
Surat manajemen
merupakan indikator kualitas pengendalian sistem akuntansi dan bagian dokumen
audit yang menyebutkan kelemahan signifikan dari sistem yayasan atau
pelaksanaanya. Dengan surat manajemen tersebut pengelola diminta untuk
melakukan perubahan sesuai dengan rekomendasi yang diajukan auditor. Dengan
membandingkan surat manajemen dari tahun ke tahun, pengelola akan memiliki
mekanisme pengawasan tentang penjagaan keuangan dan ketaatan atas kebijakan
keuangan.
2.8 Pengendalian Internal yang Dibutuhkan untuk Pembayaran Kas
Tujuan
pengendalian internal atas pembayaran kas adalah untuk memastikan ketepatan
otorisasi pembayaran kas, keakurasian pencatatan transaksi, dan pencapaian
tujuan yayasan. Hal yang perlu dipperhatikan dalam pengendalian internal untuk
pembayaran kas adalah pemisahan tugas, otorisasi dan proses pembayaran,
pengelolaan dana terbatas, penandatanganan cek, checklist pengendalian
akuntansi internal, dan checklist daftar gaji.
2.9 Aktivitas Pengendalian Dalam Siklus Akuntansi Tahunan
2.9.1 Pengelolaan Anggaran Operasional
Anggaran
menggambarkan apa yang diharapkan menyangkut belanja (pengeluaran) dan
pendapatan (penerimaan) pada suatu periode waktu. Anggaran tersebut berguna
untuk memproyeksikan berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk inisiatif utama,
seperti pembelian fasilitas dan kontrak karyawan baru. Anggaran operasional
juga membantu dalam menjalankan anggaran lainnya, seperti anggarn modal (untuk
aktiva utama seperti peralatan, gedung, dll) dan anggaran proposal (untuk
penggalian dana). Anggaran tahunan dipersiapkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pemilihan waktu aktivitas anggaran
Paling tidak
dua atau tiga bulan sebelum awal tahun pembukuan, anggaran untuk tahun yang
akkan datang sudah mulai dipikirkan. Anggaran tersebut biasanya sesuai dengan
tahun pembukuan, yang mencerminkan siklus operasional yayasan.
2. Pihak yang terlibat dalam proses
anggaran
Pengelola harus
berpartisipasi di semua tahap proses penganggaran, dimana pertanggungjawaban
atas tiap item juga akan dilakukan. Bagi sebagian besar yayasan, manajemen
perencanaan dan keuangan adalah aktivitas yang cenderung memisahkan organisasi.
3. Langkah-langkah dalam proses anggaran
Langkah pertama
dalam proses penganggaran adalah mereview program dan pencapaian manajemen
serta pelaksanaan keuangan pada akhir tahun. Ini mencakup review atas tujuan
yang dicapai, anggaran, dan kinerja perorangan. Selanjutnya, perkiraan biaya
yang diperlukan meliputi staff, persediaan, dan sumber daya lain. Pengalaman
masa lalu juga dapat menjadi dasar penyusunan anggaran dengan tambahan
informasi mengenai kesinambungan program. Penerimaan sumbangan sebaiknya
diproyeksikan dengan menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Hal itu bukan
merupakan angka yang diturunkan dari perbedaan antara biaya yang diproyeksikan
dan pendapatan yang diperoleh lainnya serta pengeluaran yang diproyeksikan.
4. Menyiapkan anggaran bulanan
Menyiapkan
anggaran bulanan yang mencerminkan pembagian anggaran ke dalam 12 bulan dari
penerimaan dan pengeluaran yang ada secara seimbang merupakan hal yang
bermanfaat. Dengan menyiapkan rincian anggaran bulanan dan realisasinya,
akurasi perubahan dan revisi anggaran dapat dilakukan secara tepat. Anggaran
dan proses anggaran dapat menjadi kendaraan yang penting bagi manajemen
keuangan dalam mencapai misi secara lebih baik.
5. Menentukan cadangan operasional yayasan
Definisi
cadangan operasional atau saldo tidak terikat mirip dengan sisa laba atu
kekayaan pemilik. Sisa laba atu kekayaan pemilik adalah dana yang biasanya
terakumulasi selama beberapa tahun yang digunakan oleh yayasan sesuai dengan
kebijakan pengurus (yaitu penghasilan bersih tidak terikat). Cadangan
operasional mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
· Memungkinkan
yayasan bertahan hidup bila terjadi kerugian operasional yang disebabkan oleh
kondisi ekonomi atau kesalahan manajemen.
· Meningkatkan
fleksibilitas yayasan, yang dapat digunakan sebagai modal ventura untuk
mengembangkan program baru, menggantikan program yang telah usang, atau
mengembangkan jasa dan kepentingan yayasan.
· Memperluas
kesempatan memperoleh kredit dan membolehkan pembiayaan yang menguntungkan dari
perluasan dan pertumbuhan yayasan. Hal ini termasuk membolehkan perubahan arah
atau fokus program dan aktivitas.
Besarnya
cadangan operasional kas tergantung pada reliabilitas sumber daya pendapatan,
arus kas musiman, skedul arus kas, ketersediaan keuangan eksternal, stabilitas
pengeluaran, sifat-sifat utang, sifat-sifat aktiva lainnya, dan sifat-sifat
kesempatan.
6. Menetapkan dana kas kecil
Kas kecil
memungkinkan pembelian atau pembayaran dalam jumlah kecil secara tunai untuk
item-item seperti perangko, persediaan kantor, parkir, dan sebagainya.
Pengelola harus mengembangkan suatu kebijakan menyangkut berapa uang yang
seharusnya tersedia di kas kecil, dan pengeluaran maksimum yang dapat
dibayarkan melalui kas kecil.
2.9.2 Manajemen Kas
Seluruh
pengelola yayasan harus mempelajari perbedaan antara keuntungan dan kas.
Keuntungan adalah jumlah uang yang diharapkan bisa diperoleh dari seluruh
pelanggan yang membayar tepat pada waktunya. Namun, hal itu bukanlah realitas
yang terjadi sehari-hari. Kas adalah apa yang harus dimiliki untuk
mempertahankan pintu usaha tetap terbuka. Bahkan, keuntungan yang diraih
yayasan hanya merupakan hal kecil jika tidak disertai dengan arus kas bersih
yang positif. Perhatikan bahwa keuntungan tidak dapat dibelanjakan, sementara
kas memiliki kemampuan belanja yang riil.
Arus kas secara
sederhana mengarah pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi dalam
suatu yayasan selama periode waktu tertentu. Jika arus kas yang “masuk” lebih
besar dari arus kas yang ‘keluar”, maka yayasan memiliki arus kas positif.
Sedangkan jika arus kas “keluar” lebih besar dari arus kas “masuk”, maka
yayasan memiliki arus kas negatif.
Laporan arus
kas secara khusus dibagi ke dalam tiga komponen, sehingga sumber-sumber dan
penggunaan kas tersebut dapat dipahami. Komponen tersebut termasuk
sumber-sumber eksternal dan internal sebagai berikut.
2.9.3 Penggunaan Laporan Keuangan
1. Neraca memperlihatkan suatu “gambaran”
tentang aktiva, kewajiban, dan modal (kekayaan bersih) dari suatu bisnis.
Neraca memperlihatkan dua “pandangan” – sumber daya apa yang dimiliki (Aktiva)
dan kreditor atau investor/pemilik yang membuat neraca tersebut mungkin Arus
kas operasional (internal)
Arus kas
operasional seringkali mengarah pada modal kerja, yaitu arus kas yang
dihasilkan dari operasi internal. Arus kas ini merupakan kas yang diperoleh
dari penjualan produk atau jasa dalam usaha dan juga merupakan darah kehidupan
nyata dalam usaha, sehingga arus kas tersebut dihasilkan secara internal di
bawah pengendalian yayasan.
2. Arus Kas Investasi (internal)
Arus kas investasi dihasilkan secara internal dari
aktivitas nonoperasional. Komponen ini akan memasukkan investasi dalam pabrik
dan peralatan atau aktiva tetap lainnya, rugi laba yang tidak berulang, atau
sumber-sumber lain dan penggunaan kas di luar operasi normal.
3. Arus Kas Keuangan (eksternal)
Arus kas keuangan adalah kas untuk dan dari sumber
eksternal, seperti peminjam, investor, dan shareholder.
mendapatkan
sumber daya ini (Modal dan Kewajiban).
Berikut ini adalah contoh laporan
keuangan salah satu yayasan yaitu.
YAYASAN SUKMA
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
"Sumbangan Masyarakat"
Per tanggal 31 Juli 2010
Total Penerimaan Indonesia Menangis Rp.
164,425,766,955
Total Pengeluaran Indonesia Menangis Rp. 31,256,107,183
Saldo akhir Indonesia Menangis Rp. 133,169,659,772
Total Penerimaan Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010 Rp. 40,865,245,436
Total Pengeluaran Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010 Rp. 172,579,230,302
Saldo awal Juli 2010 Rp.
1,455,674,906
Penerimaan Bulan Juli 2010 Rp. 959,259,021
Pengeluaran Bulan Juli 2010
1 Penyaluran Sumbangan
- Tunai Rp.
- Barang Rp.
2 Pembelian aktiva tetap Rp.
3 Biaya pencarian dana Rp.
4 Pembangunan sekolah Rp.
5 Pembangunan pabrik es Rp.
6 Pembangunan gedung SMU di Nagan Raya Rp.
7 Biaya Operasional Sekolah Sukma Bangsa Rp. 678,484,391
8 Biaya Operasional Sukma Rp.
45,583,933
Total Pengeluaran Bulan Juli 2010 Rp. 724,068,324
Saldo Per 31 Juli 2010 Rp.
1,690,865,603
BAB III
KESIMPULAN
Karakteristik
utama organisasi nonprofit seperti yayasan dapat dibedakan dengan yayasan
bisnis. Perbedaannya terletak pada mekanisme organisasi bersangkutan dalam
memperoleh sumber daya awal yang dibutuhkan, yang umumnya diperoleh dari
sumbangan.
Berbagai transaksi yayasan dapat dibedakan dengan
jenis transaksi swasta. Pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepantingan
bersama, yaitu untuk menilai jasa yayasan dan kemampuan yayasan untuk
memberikan jasa secara berkesinambungan, dan mekanisme pertanggungjawaban dan
aspek kinerja pengelola.
Kemampuan
yayasan dalam mengelola jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan
dimana informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi
mengenai hubungan di antara unsur-unsur
tersebut disampaikan. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah
aktiva bersih. Pertanggungjawaban pengelola yayasan atas hasil pengelolaan
sumber daya yayasan akan disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus
kas. Dengan adanya standar pelaporan tersebut laporan keuangan yayasan dapat
lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang
tinggi.
Sistem
pengendalian keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan yang dapat
dipercaya, aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak dicuri serta
kebijaknan-kebijakan yayasan terpenuhi dan peraturan pemerintah terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan
dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga
Apakah laporan keuangan organisasi keagamaan (tempat ibadah) diaudit? Siapa yang meng-audit?
ReplyDelete