Akuntansi untuk Entitas Tempat Peribadatan




PENDAHULUAN

Dalam dunia akuntansi, akuntansi terdiri atas dua yaitu akuntansi untuk bisnis dan akuntansi organisasi nirlaba. Dalam organisasi nirlaba dibagi lagi dalam dua kelompok entitas yaitu entitas pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintahan.
Menurut PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dapat dijadikan dasar untuk seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK No. 45 yang menjadi karakteristik untuk entitas nirlaba ini adalah bahwa sumber daya entitas berasal dari para penyumbang dengan tidak mengharapkan adanya hasil, imbalan atau keuntungan komersial.
Selain organisasi pemerintahan yang mana terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kecamatan, kelurahan dan lain-lain, juga ada organisasi non profit lainnya. Organisasi non profit selain pemerintah ini yang diambil dari berbagai sumber terdiri dari Lembaga-lembaga pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan, Lembaga-lembaga Keagamaan, Lembaga Amal dan Lembaga penyumbang dana.
Dalam organisasi masjid dan gereja untuk pendanaanya berasal dari sumbangan para jamaah, karena terdapat kecenderungan dari para penyumbang itu yang ingin mengetahui seberapa besar peran bantuan uang yang mereka sumbangkan dapat membantu organisasi itu maka diperlukan kejelasan dalam penggunaan dana itu, oleh sebab itu maka akuntansi perlu juga diterapkan pada dua organisasi ini.
Yang menjadi acuan dasar penggunaan sistem akuntansi dalam organisasi ini adalah QS. An-Nisa (4) ayat 6 dan QS. Qaf (50) ayat 18 yang memberikan prinsip tentang pengawasan dalam hal organisasi masjid. Untuk organisasi gereja acuannya adalah Matius 10:10 dan Lukas 10:7 yang menjelaskan bahwa pelayanan mempunyai hak menerima sokongan.

AKUNTANSI MASJID
Menurut berbagai sumber, Akuntansi masjid merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh sebuah organisasi (biasanya disebut takmir) sebagai bentuk pertanggungjawabannya dalam mengelola sumber daya masjid. Pencatatan dilakukan sesuai dengan prinsip keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban.
Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban takmir masjid juga bertindak sebagai pengelola, akuntansi masjid juga bertujuan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Misalnya peralatan apa yang dibutuhkan secara rutin, aktivitas apa saja yang harus dilaksanakan, serta bagaimna mengalokasikan sumber daya masjid untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Peran akuntansi masjid yang lain adalah sebagai pengendalian manajemen.
Peroses pencatatan akuntansi masjid ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pencatatan pada akuntansi konvensional. Dimulai dengan melakukan identifikasi sumber pendapatan, misal: dari iuran TPA. Selanjutnya melakukan identifikasi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta alokasi dana yang dibutuhkan dengan melihat sumber dana yang dimiliki, misal : kegiatan rutin TPA, penyembelihan kurban saat Hari Raya Idul Adha, pengadaan khitanan massal bagi warga kuran mampu, dsd. Langkah terakhir yaitu penyusunan anggaran.
Dalam penerapannya, akuntansi masjid menggunakan basis kas yakni mengakui pendapatan dan biaya pada saat kas diterima dan dibayarkan. Selain itu, akuntansi masjid menggunakan metode pembukuan tunggal (single entry method) dimana takmir masjid tidak perlu membuat jurnal, buku besar, dll. Laporan keuangannya disajikan dengan membandingkan antara anggaran yang telah dibuat dengan realisasinya. Kemudian dilaporkan dan dievaluasi setiap bulan atau tiga bulan sekali.
Identifikasi Sumber Pendapatan
Menurut Pepie Diptyana: 2009, pada organisasi sektor publik, masalah ketidakkonsistenan penerimaan dana merupakan masalah klasik. Sementara itu, pengeluaran dana akibat pelaksanaan aktivitas selalu muncul. Oleh karena itu, alokasi jumlah rupiah dan kapan (timing) penerimaan dana dan pengeluaran dana menjadi penting dan perlu untuk diidentifikasi agar aktivitas dapat terlaksana dengan baik.
Sumber daya disebut juga dengan aktiva, atau aset. Jenisnya bisa berupa uang (baik tunai maupun di tabungan atau deposito, atau cek), sediaan habis pakai (seperti obat pembersih lantai, semprot nyamuk, air minum dalam galon, dlsb), perlengkapan (seperti karpet, microphone, dlsb), kendaraan, dan gedung. Sumber daya yang paling likuid adalah uang/dana.
Pendapatan diterjemahkan sebagai peningkatan sumber daya yang asalnya bukan dari pemilik. Pada organisasi sektor publik, pendapatan terbesar umumnya berasal dari penderma. Untuk dapat mengendalikan penggunaan pendapatan, maka pendapatan dapat dikelompokkan menurut tujuan penggunaannya.
Berdasarkan tujuan penggunaan, pendapatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu : pendapatan terikat temporer dan pendapatan tidak terikat. Pendapatan terikat temporer artinya pendapatan yang tujuan penggunaannya sudah jelas atau sudah ditentukan penderma. Dikatakan temporer karena pemanfaatannya jangka pendek (tidak permanen). Bisa jadi pendapatan yang diterima merupakan perpaduan (mix) antara pendapatan terikat dan temporer. Misalnya, pendapatan dari siswa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) per bulan, maka ini harus ditentukan sejak awal berapa persen dari pendapatan tersebut yang dialokasikan untuk pendapatan terikat temporer (untuk membayar gaji guru, sarana pendidikan, kebersihan dan biaya yang pasti keluar lainnya dalam 1 bulan) dan berapa persen yang tergolong pendapatan tidak terikat. Pendapatan tidak terikat inilah yang fleksibel digunakan. Bisa jadi juga pendapatan dari siswa TPA merupakan pendapatan terikat temporer semua. Besarnya proporsi alokasi serta jenis-jenis pengelompokan ini ditentukan oleh pengelola dan harus diterapkan secara konsisten.
Tabel 1 – Identifikasi Sumber Pendapatan
No
Asal/sumber pendapatan
Kode
Kelompok Pendapatan
(isi dengan tanda ü)
Periode diperolehnya Pendapatan



Pendapatan Terikat Temporer
Pendapatan Tidak
 Terikat














Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas Organisasi
Setiap pencapaian tujuan akan disertai dengan aktivitas. Selanjutnya, aktivitas dapat menimbulkan biaya. Biaya membutuhkan sumber dana. Oleh karena aktivitas diturunkan dari tujuan yang harus dicapai per periode, maka penentuan besarnya kebutuhan dana per periode akibat adanya aktivitas-aktivitas per periode juga dapat ditentukan.
Tabel 2 – Identifikasi Aktivitas
Nama/Deskripsi Aktivitas
Kode
Tujuan
Periode Pelaksanaan
Indikator
(nama kegiatan)

Isi dengan alasan atau tujuan dilakukannya aktivitas ini.
Tujuan aktivitas harus sinkron dengan tujuan-tujuan organisasi
(mingguan (M), bulanan (B), 2 minggu sekali (2M), tahunan (T), tidak rutin)


Penyusunan Anggaran Berbasis Aktivitas
Lingkup penerapan anggaran berada dalam irisan antara akuntansi dan manajemen. Secara manajemen, anggaran disusun sebagai alat pengendalian (untuk menghindari pembelanjaan yang berlebihan, atau pembelanjaan di luar aktivitas yang sejalan dengan tujuan), sebagai alat motivasi (misalnya, pada anggaran pendapatan, maka anggaran pendapatan merupakan target pencapaian), maupun sebagai penilai kinerja (yang dapat mengaitkan antara biaya dengan aktivitas, serta dapat digunakan sebagai patokan apakah suatu unit kerja atau bagian telah memenuhi target). Secara akuntansi, realisasi atas anggaran diklasifikasikan dan dicatat berdasarkan bukti. Anggaran disusun berdasarkan hasil evaluasi atas realisasi atau informasi akuntansi periode sebelumnya.
Anggaran merupakan rencana yang disajikan dalam satuan mata uang. Penganggaran merupakan proses yang dilakukan organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang idak terbatas, atau unlimited demand. Freeman (2003, Pepie Diptyana 2009) . Selain untuk keperluan alokasi, anggaran juga merupakan panduan (guide) untuk menunjukkan capaian organisasi. Blazek (2008, dalam Pepie Diptyana 2009).
Periode penyusunan anggaran setiap organisasi dapat berbeda-beda. Ada yang tahunan, ada yang setiap semester, tergantung dari kebutuhan organisasi. Pada umumnya, anggaran ditentukan setiap tahun. Namun, evaluasinya dilakukan setiap bulan atau tiga bulanan. Menganggarkan pendapatan bukan berarti membentuk organisasi sektor publik menjadi organisasi komersial. Perencanaan pendapatan (atau anggaran pendapatan) merupakan faktor pengendali ketersediaan dana, kualitas layanan, dan efisiensi. Dengan menganggarkan pendapatan, diharapkan pengelola dapat lebih baik dalam memilih bentuk aktivitas dan mengalokasikan biaya, menjaga relevansi aktivitas dengan tujuan dalam upaya menggapai mimpi organisasi.
Salah satu metode penyusunan anggaran yang cukup layak digunakan untuk memotivasi pencapaian tujuan adalah Penganggaran Berbasis Kinerja. Penganggaran berbasis kinerja dikarakteristikkan dengan mengklasifikasikan anggaran berdasarkan aktivitas. Anggaran yang telah terkelompok dalam aktivitas-aktivitas akan memudahkan pihak pelaksana anggaran melakukan evaluasi capaian atas aktivitas yang dilakukan.




Tabel 3 – Anggaran Pendapatan dan Biaya Berbasis Aktivitas
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BIAYA
[Nama Masjid]
[Alamat Masjid]
[Tahun]

No. Urut
Kode Akun
Deskripsi Akun
Tujuan Aktivitas
Unit
Frek
Rp/Unit
Jumlah (Rp)
Jadwal Pelaksanaan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des

Contoh:


















1.
100
Penyelenggaraan pengajian
Mempertahankan kerukunan antar umat muslim

















150
Pendapatan dari iuran

50
12
20.000
12.000.000













111
Biaya konsumsi

50
12
5.000
3.000.000












2.
200
Perayaan Ramadhan
Memotivasi umat muslim untuk meramaikan masjid

















250
Infaq


















211
Biaya konsumsi



















Penyajian Laporan Anggaran Dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Aktivitas Organisasi
Output dari aktivitas penganggaran adalah laporan realisasi anggaran. Laporan realisasi anggaran dapat disusun per bulan, per tigabulan, agar capaian organisasi dapat diketahui secara interim. Diharapkan, dengan laporan realisasi anggaran pengelola dapat mengevaluasi keberhasilan aktivitas dan ketersediaan dana.
Pada bagian akhir Laporan Realisasi Anggaran perlu diberi penjelasan mengenai munculnya selisih antara anggaran dan realisasi. Laporan Realisasi Anggaran juga akan lebih baik jika dilengkapi dengan realisasi jadwal pelaksanaan aktivitas.
Jika terjadi realisasi, baik realisasi biaya maupun pendapatan, maka pencatatan harus didasarkan pada bukti. Beri kode pada bukti tersebut, dan kelompokkan berdasarkan Kode Pendapatan atau Kode Biaya. Apabila realisasi sudah dicatat, maka beri tanda bahwa bukti telah dibukukan.
Tabel 4 – Laporan Realisasi Anggaran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
[Nama Masjid]
[Alamat]
Untuk perioda dari [tanggal] sampai dengan[tanggal]


Anggaran
Realisasi
Selisih
Pendapatan
Pendapatan dari
Aktivitas 1
Pendapatan dari
Aktivitas 2
xxx
xxx
-
xxx
Biaya
Aktivitas 1:
Biaya A
Biaya B



Aktivitas 2:
Biaya B
Biaya C
Biaya D



Selisih Pendapatan
Dan Biaya




Interpretasi Atas Laporan Anggaran dan Realisasi
Pelaporan keuangan akan lebih baik jika dilengkapi dengan narasi. Narasi tersebut menceritakan apa yang telah terjadi di organisasi sesuai dengan urutan aktivitas yang ada dalam laporan anggaran dan realisasi. Dijelaskan pula informasi non keuangan dan keuangan, antara lain:
1.      Aktivitas apa yang paling banyak membutuhkan biaya pada setiap periode?
2.      Berapa sisa dana yang tersedia untuk aktivitas periode berikutnya?
3.      Cukupkah cash on hand (kas di tangan) untuk membiayai operasional sampai dengan akhir periode?
4.      Apakah realisasi kegiatan telah sesuai jadwal
5.      Bagaimana capaian atas pelaksanaan aktivitas tersebut berdasarkan indikator?
6.      Rekomendasi untuk periode berikutnya
Sebagai bahan evaluasi diri organisasi (intern), maka selain informasi di atas, maka pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dijawab :
1.      Berapakah yang telah dibelanjakan dan mana bukti belanjanya
2.      Apakah organisasi telah membelanjakan uang sesuai dengan peruntukannya?
3.      Hematkah cara pengadaan barang atau jasa untuk melakukan aktivitas
Pedoman Pengelolaan Keuangan Masjid
Kekayaan Ta’mir Masjid diperoleh dari usaha-usaha dan sumbangan yang halal dan tidak mengikat. Dana terkumpul merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan penggunaannya, karena itu perlu dikelola dengan baik. Adanya Pedoman Pengelolaan Keuangan dimaksudkan agar dapat memberi acuan kepada Pengurus dalam mengelola dana organisasi tersebut.
Pedoman Pengelolaan Keuangan Ta’mir Masjid mengatur keuangan organisasi yang meliputi sumber dana, penganggaran kegiatan maupun lalu lintas keuangannya. Uang yang masuk dan keluar harus halal, jelas sumbernya, tercatat dengan rapi dan dilaporkan secara periodik. Demikian pula prosedur pemasukan dan pengeluaran dana harus ditata dan dilaksanakan dengan baik.
Ø  Sumber Dana
Kegiatan Ta’mir Masjid memerlukan dana yang tidak sedikit. Kurang baiknya pendanaan dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Oleh karena itu masalah ini perlu ditangani secara serius. Beberapa kegiatan penggalian dana dapat dilakukan, diantaranya:
a.       Donatur tetap, yaitu sumbangan dari jama’ah atau pihak lain yang secara periodik memberikan infaq.
b.      Donatur tidak tetap, yaitu sumbangan dari berbagai pihak yang dilakukan dengan mengajukan permohonan, misalnya kepada instansi pemerintah, instansi swasta, lembaga donor atau simpatisan.
c.       Donatur bebas, yaitu sumbangan yang diperoleh dari lingkungan jama’ah sendiri atau pihak luar yang bersifat insidentil. Hal ini dilakukan dengan menyediakan Kotak Amal maupun penggalangan dana masyarakat.
d.      Usaha ekonomi, yaitu dana yang diperoleh dengan melakukan aktivitas ekonomi, khususnya di bidang jasa dan perdagangan.
Ø  Penganggaran Kegiatan
Perencanaan keuangan dalam melaksanakan Program Kerja dilakukan secara periodik. Perencanaan ini meliputi pengeluaran dan penerimaan dana secara detail, sehingga kebutuhan biaya operasi dan pemenuhannya, insya Allah, dapat diperkirakan.
1.      Mekanisme penyusunan anggaran
a.       Masing-masing bidang kerja menjabarkan Program Kerja hasil Musyawarah Jama’ah untuk kegiatan tahunan.
b.      Melakukan identifikasi kegiatan dan penjadwalannya.
c.       Melakukan penghitungan biaya dan pendanaan atas masing-masing kegiatan.
d.      Mengajukan anggaran yang telah disusun masing-masing bidang pada Rapat Kerja Pengurus.
e.       Melakukan integrasi keseluruhan pembiayaan dan penerimaan dengan memperhatikan skala prioritas.
2.      Budgeting (penganggaran)
Melalui Rapat Kerja pengurus menyusun anggaran pengeluaran dan pemasukan sesuai dengan kegiatan yang akan diselenggarakan. Diusahakan dalam penyusunan anggaran pengurus memiliki sumber dana yang jelas supaya tidak mengalami defisit. Beberapa yang perlu diperhatikan antara lain :
a.       Melakukan prioritas kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dana.
b.      Pos-pos pengeluaran dan pemasukan ditunjukkan secara jelas.
c.       Memberi toleransi anggaran sebesar (+) 10 % atau lebih sebagai faktor safety.
d.      Jumlah pengeluaran masing-masing bidang dinyatakan angka-angkanya.
e.       Melakukan integrasi seluruh bidang dalam menyusun anggaran dengan menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP).
Ø  Lalu Lintas Keuangan
1.      Pengumpulan
Pengumpulan dana dikoordinasi oleh Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan yang berupaya dalam memenuhi kebutuhan pendanaan untuk keseluruhan aktivitas. Pengurus melakukan beberapa aktivitas penggalangan dana, di antaranya mengajukan proposal, membuat kotak amal, aktivitas jasa dan ekonomi, dan lain sebagainya.

2.      Pemasukan dan pengeluaran
Dana yang telah dikumpulkan Bidang Dana dan Perlengkapan selanjutnya diserahkan kepada Bendahara dengan diketahui Ketua Umum. Hal ini dilakukan dengan mekanisme Form Penyerahan Dana. Oleh Bendahara selanjutnya dana tersebut dimasukkan dan disimpan dalam kas Keuangan Ta’mir Masjid atau Rekening Bank. Apabila disimpan di Bank, sebaiknya menggunakan Bank Syari’ah dengan Ketua Umum dan atau Bendahara sebagai penandatangan cheque atau pengambilan cash.
Untuk pengeluaran dan perlu diperhatikan adanya kesesuaian dengan anggaran yang telah ditetapkan bagi masing-masing bidang. Bidang yang bersangkutan mengajukan permohonan dana kepada Ketua Umum dengan mengisi Form Permintaan Uang Muka. Apabila disetujui, selanjutnya Bendahara mengeluarkan dana sesuai yang dimintakan. Demikian pula, penggunaan dana tersebut dipertanggungjawabkan kegiatan dengan melampirkan Laporan Keuangan, atau dipertanggungjawabkan dengan mengisi Form Pertanggungjawaban Uang Muka.
3.      Pengawasan
Aktivitas pengumpulan dana oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun pengelolaan dana oleh Bendahara perlu dilakukan pengontrolan. Hal ini dilakukan antara lain melalui:
a.       Lembar bukti. Beberapa lembar bukti yang bisa digunakan antara lain: kwitansi, nota, deklarasi, kupon dan lain sebagainya.
b.      Lembar Informasi. Informasi pengumpulan dan pengelolaan dana tiap bulan disampaikan oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun Bendahara.
c.       Papan Pengumuman. Informasi keuangan Ta’mir Masjid yang ditempelkan pada papan pengumuman.
d.      Laporan rutin. Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan maupun Bendahara menyampaikan laporan rutin pengelolaan dana pada forum Rapat Umum maupun Laporan Tahunan Pengurus. Juga disampaikan dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus pada saat Musyawarah Jama’ah.
e.       Forum/Lembaga pengawas. Beberapa forum atau lembaga yang bisa melakukan pengwasan secara langsung adalah :
1)      Rapat Umum
2)      Rapat Pleno.
3)      Majelis Syura
4)      Musyawarah Jama’ah
  
AKUNTANSI GEREJA
Gereja yang Berswasembada
Menurut berbagai sumber,
Ø  Prinsip-prinsip berswasembada
Keuangan gereja seharusnya menjadi bagian dari organisasi gereja, bukannya bagian pelayanan rohani. Akan tetapi jika dilihat pada kitab Perjanjian Baru, khususnya surat-surat Paulus kepada gereja-gereja, bahwa sesungguhnya pada waktu itu keuangan gereja itu penting secara rohani, dan oleh karenanya penting bagi gereja masa kini.
Terdapat tiga prinsip dalam berswasembada yang menuntun kelakuan Paulus.
1.      Pemberitaan Injil bukan untuk memperoleh uang
2.      Setiap gereja setempat memenuhi kebutuhan pelayanannya sendiri.
3.      Gereja setempat mengelola keuangannya sendiri.
  
 Ã˜  Kepraktisan Berswasembada
Segi penting dari sokongan gereja adalah bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan para orang percaya dan apakah hal itu memajukan penyebaran injil. Terdapat dua alasan praktis bagi gereja setempat untuk menjadi berswasembada:
1.      Hal itu memperkembangkan perasaan tanggung jawab.
2.      Berswasembada membangun kedewasaan.
Ø  Perlunya Mengajar Berswasembada
1.      Ajarkan memberi secara sistematis
Banyak orang kristen baru memerlukan bimbingan untuk mengetahui bagaimana memberi karena mereka tidak mempunyai pengalaman sebelumnya tentang memberi kepada pekerjaan Tuhan. Ajaran Alkitabiah adalah bahwa hal memberi harus sebanding dengan pendapatan seseorang, karena itu kebanyakan orang kristen menerima bahwa persepuluhan adalah standar minimum.
2.      Ajarkan Penatalayanan
Seorang penatalayanan adalah seorang yang bertugas mengurus harta benda seorang pemilik. Ia adalah pengelola kekayaan majikannya. Penatalayanan orang kristen adalah rangkpa dua: 1) Orang Kristen bertanggung jawab kepada Allah atas penggunaan segala sesuatu yang Allah izinkan dia pakai, dan 2) orang kristen saling bertanggung jawab atas persembahan yang diberikan untuk pekerjaan Allah.
Dibawah ini dianjurkan suatu rencana untuk diikuti demi pengelolaan yang betul atas persembahan gereja :
1)      Semua persembahan harus diterima dan dipertanggungjawabkan oleh sekurang-kurangnya dua orang anggota gereja.
2)      Catatan cermat harus dibuat yang merinci jumlah semua persembahan yang diterima.
3)      Semua orang yang menghitung persembangan harus membubuh tandatangannya yang menandakan bahwa mereka membenarkan jumlah yang diterima dan dicatat.
4)      Suatu panitia keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang anggota harus bertanggung jawab atas pengaturan pengeluaran persembahan itu. Selain dari anggota-anggota tersebut, pembuka gereja atau gembala sidang harus termasuk panitian dan bertindak sebagai ketua.
5)      Seorang bendahara harus diangkat dari kalangan anggota untuk membuat pencatatan cermat atas semua keuangan gereja.
6)      Bendahara harus menyimpan uang gereja di tempat aman untuk penggunaan di masa depan.
7)      Persembahan yang diberikan untuk maksud tertentu harus digunakan hanya untuk maksud tersebut.
8)      Laporan keuangan tahunan harus disediakan bagi semua anggota.
Jika prosedur yang diuraikan di atas diikuti, gereja akan mempunyai dasar untuk menunjukkan tanggung jawab atas persembahan yang diterima. Hal demikian akan membuat jemaat bebas dari praduga tentang cara bagaimana keuangan telah dipakai. Pertanggungjawaban itu lebih lanjut diperluas dengan pembentukan suatu panitia untuk mengawasi pelayanan keuangan dari gereja. Kelompok ini dapat dinamakan panitia keuangan dan akan meliputi para pejebat gereja, khsusnya para pemimpin gereja seperti pembuka gereja atau gembala sidang.
Panitia keuangan harus membuat daftar keperluan keuangan yang penting. Setelah uang tersedia, maka itu harus dibelanjakan menurut prioritas pada daftar tersebut. Setiap panitia keuangan harus menetapkan daftar skala prioritas bagi gerejanya sendiri. Tergantung pada lokasi dan keadaan gereja itu skala perioritasnya dapat berubah-ubah.
Beberapa keperluan yang mungkin perlu diperhatikan lebih dulu adalah :
1)      Menyokong gembala sidang
2)      Sewa tempat pertemuan
3)      Lampu dan air
4)      Pemeliharaan gedung
5)      Bahan pendidikan
Pada umumnya, prioritas pertama yang harus gereja berusaha untuk dipenuhi adalah mencukupi keperluan gembala sidang. Anggota gereja memerlukan pimpinan seorang gembala yang bekerja purna-waktu dan yang bertanggungjawab bekerjasama dengan mereka, mengajar mereka dan memimpin mereka. Mempunyai suatu tempat pertemuan yang memadai untuk berbakti adalah juga suatu prioritas. Jika gereja harus menyewa sebuah tempat untuk berkumpul, hal itu semestinya merupakan prioritas berikutnya. Prioritas untuk setiap keperluan harus ditentukan oleh panitia berdasarkan apa yang paling diperlukan supaya melaksanakan tugas penginjilan dan pengajaran orang percaya baru.
Apabila dibicarakan penggunaan uang dalam jumlah besar, maka seluruh kelompok orang percaya harus diundang untuk membahasnya bersama-sama dengan panitia. Laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada semua anggota harus dapat dimengerti setiap orang supaya jemaat mengetahui bagaimana uang itu telah dipergunakan untuk pekerjaan Tuhan.

Menurut berbagai sumber, Pekerjaan untuk gereja kecil dilakukan oleh sukarelawan yang mendasarkan terutama pada kontak langsung dengan orang dan kejadian bukannya laporan. Sistem akuntansi gereja yang memuaskan adalah sistem dimana kerja dapat dilakukan oleh orang yang memiliki sedikit atau tanpa pengetahuan akuntansi. Karena kebutuhan untuk kontrol internal adalah suatu subyek yang sensitif pada suatu organisasi yang beroperasi berdasar kepercayaan, penekanannya harus pada kontrol kesalahan. Laporan keuangan gereja harus memfokuskan pada tujuan organisasi bukannya menyajikan data dalam suatu format yang lebih tepat untuk usaha besar dengan tujuan berbeda.
Bagaimana Gereja Kecil Dikelola
Mayoritas gereja di Amerika Serikat memiliki anggota aktif kurang dari 200, menurut data yang tersedia dari denominasi besar. Karena sangat sedikit dari gereja ini dapat menarik kumpulan orang awam dengan berbagai keahlian manajemen, mereka harus melatih pemimpin mereka sendiri. Ketika mereka memerlukan bantuan dengan masalah manajemen, mereka menemukan bahwa sebagian besar bahan yang tersedia didasarkan pada pengalaman organisasi besar yang memiliki bagan organisasi, otoritas yang dinyatakan dengan jelas dan kontrol internal yang memisahkan tugas dari ukuran hasil.
Biasanya, pastor adalah satu-satunya pekerja penuh waktu pada suatu gereja kecil dan harus melakukan apapun ketika ia tidak mampu mendapatkan sukarelawan untuk melakukannya. Sebagian besar pastor memiliki pendidikan dan pengalaman manajemen minimal sebelum memasuki pelayanan aktif dan ingin menghabiskan waktu mereka dengan melakukan fungsi pastoral untuk mana mereka dilatih: mereka mungkin tidak tahu bagaimana menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi yang tersedia bagi mereka.
Sukarelawan mempertukarkan sebagian besar informasi secara lisan dan membuat keputusan secara cepat dengan sedikit atau tanpa referensi pada data akuntansi. Keberhasilan mereka bergantung pada pemahaman dan kepercayaan bersama. Dengan demikian, mereka mungkin lambat dalam menerima orang baru atau perubahan prosedur. Informasi akuntansi melengkapi kontak personal, dan keluarnya sukarelawan mungkin berarti hilangnya informasi signifikan yang hanya diketahui oleh orang itu. Karena biaya riil signifikan dari operasi gereja adalah nilai pekerja sukarelawan yang tidak dicatat, proposal untuk meluaskan prosedur akuntansi harus merefleksikan pertimbangan masalah membujuk orang untuk melakukan pekerjaan tambahan.
Catatan Akuntansi
Sebagian besar kerja repetitif yang sangat banyak adalah akuntansi untuk pembayaran yang diterima pada janji anggota. Kerja ini biasanya dilakukan oleh sekretaris gereja. Adalah biasa untuk memberitahu anggota tentang jumlah yang mereka bayarkan pada janji mereka mendekati akhir tahun fiskal. Beberapa gereja memberi anggota dengan pernyataan donasi yang diterima dari mereka pada akhir tahun kalender.
Bendahara menyimpan catatan akuntansi lain. Banyak gereja menggunakan basis kas untuk akuntansi, yang memenuhi kebutuhan mereka. Jumlah hutang belum terbayar tidak sulit diidentifikasikan pada waktu tertentu. Namun demikian, perhitungan depresiasi memiliki sedikit, atau tidak memiliki, nilai informasi untuk gereja. Buku penerimaan multi kolom dan pengeluaran adalah jurnal yang diperlukan; bendahara dapat membuat laporan penerimaan dan pengeluaran secara langsung dari total kolom.
Diperlukan suatu bagan rekening yang dipahami oleh pemimpin gereja. Penerimaan diklasifikasikan sebagai persembahan tak terbatas, persembahan terbatas untuk penggunaan tertentu dan penerimaan lain. Persembahan tak terbatas bisa ditunjukkan pada rekening terpisah untuk janji dan donasi lain. Rekening tambahan diperlukan untuk tiap bentuk penerimaan terbatas dengan imbangan rekening pengeluaran terbatas.
Klasifikasi pengeluaran menurut sifat biaya (gaji, perlengkapan, kekuatan dan lain lain) bisa cukup ketika sebagian besar dollar yang dikeluarkan dialokasikan pada pastor, program yang luas dan utilitas. Namun demikian, jika jumlah yang dikeluarkan pada peribadatan, pendidikan, program luas khusus dll adalah material, biaya langsung dari fungsi tersebut harus dicatat pada rekening tambahan untuk fungsi-fungsi ini
40 peribadatan
41 fee organis
42 perlengkapan mimbar
43 biaya paduan suara (musik, pembersihan jubah, dll)
44 buletin dan perlengkapan lain
Meskipun beberapa gereja besar mengalokasikan biaya tidak langsung pada fungsi, sulit untuk memvisualkan manfaat yang akan membenarkan alokasi arbitrer oleh suatu gereja.
Anggaran gereja bisa merupakan produk paling berguna dari proses akuntansi. Sehingga, pembuatan dan persetujuan anggaran memberikan kesempatan untuk memeriksa apa yang dikerjakan gereja dan mempertimbangkan apa yang berusaha dilakukan dengan sumber daya yang tersedia. Pemimpin gereja mulai memutuskan pengeluaran apa yang direkomendasikan untuk tiap kategori dan kemudian menyesuaikan jumlah itu dengan penerimaan yang diperkirakan. Pengeluaran yang diajukan harus dikumpulkan sebelum kampanye janji tahunan dan digunakan pada pengumpulan janji. Ini adalah waktu untuk mencari lebih banyak input dari anggota yang kurang aktif. Sesudah kampanye janji, pengeluaran direvisi untuk menyesuaikan penerimaan yang tidak diantisipasi dan anggaran disajikan pada anggota untuk mendapat persetujuan.
Dapat sangat berguna untuk membuat proyeksi bulanan aliran kas sebagai bagian dari proses anggaran. Penerimaan yang diproyeksikan dapat didasarkan pada pola tahun sebelumnya; penentuan waktu pengeluaran besar mudah diprediksi. Anggaran aliran kas akan membantu pemimpin gereja untuk menjadwalkan pengeluaran yang tidak sesuai ketika uang tunai harus tersedia untuk membayarnya.
Anggaran menjadi dasar untuk kontrol keuangan. Beberapa bendahara memasukkan jumlah anggaran pada bagian atas kolom untuk berbagai rekening pada catatan kas mereka sehingga mereka dapat mudah mengikuti hubungan antara jumlah anggaran dan jumlah aktual. Meskipun laporan bulanan dibuat yang meunjukkan anggaran dan data aktual, laporan kuartalan biasanya memuaskan untuk satu gereja.
Kontrol Internal
Karena bagian signifikan dari pendapatan gereja diterima secara tunai, penanganan uang ini adalah masalah pengendalian internal yang besar. Penggunaan amplop persembahan untuk menyertakan uang tunai memungkinkan gereja untuk memberikan laporan pada anggota yang melaporkan kontribusi yang dicatat oleh gereja. Perbedaan yang dilaporkan oleh anggota menunjukkan kelemahan kontrol penerimaan kas. Orang yang membuat catatan penerimaan janji seharusnya tidak terlibat dalam penanganan penerimaan kas.
Dari pengumpulan sampai penabungan di bank, persembahan harus dikendalikan sedikitnya oleh dua orang. Karena anggota memberikan jumlah berbeda pada amplop janji dibanding yang mereka maksudkan, kesalahan itu bisa memalukan bagi orang yang menangani uang sendiri.
Formulir standar untuk meringkas jumlah kas adalah sangat berguna. Jumlah yang diterima pada amplop janji harus dibuat secara terpisah dari uang tunai lepas. Ketika amplop dibuka, jumlah didalamnya harus ditulis pada amplop; amplop ini harus diberikan pada orang yang bertanggung jawab untuk mencatat penerimaan janji. Jika check lepas diterima pada pengumpulan, si pemberi dan jumlahnya harus dicatat dan disampaikan dengan amplop janji. Donor ini dipandang prospek janji untuk masa depan. Salinan hitungan uang tunai dan duplikat slip tabungan harus diberikan pada bendahara.
Beberapa check mungkin diterima lewat pos selama minggu itu. Pastor biasanya membuka kiriman dan memberi check pada bendahara untuk dicatat dan ditabung. Jika jumlah yang diterima melalui pos signifikan, mungkin untuk membujuk pastor untuk menabungkan check itu, memberi bendahara duplikat slip tahungan dan kemudian meminta orang itu membuat catatan janji suatu daftar nama dan jumlah yang diterima.
Kontrol pengeluaran adalah masalah yang lebih kecil. Harus ada aturan bahwa pengeluaran yang tidak termasuk dalam anggaran yang disetujui tidak bisa dibuat tanpa persetujuan khusus dari dewan gereja. Biasanya, pembelian dibuat oleh orang yang bertanggung jawab untuk aktivitas-aktivitas seperti pendidikan dan musik; orang ini harus berkonsultasi dengan bendahara sebelumnya sehingga waktu pembelian dapat disesuaikan dengan uang tunai yang tersedia. Dua tanda tangan dibutuhkan pada check itu. Mengotorisasi dua orang bukannya bendahara untuk tanda tangan bersama biasanya cukup. Blanko check harus disimpan di tempat yang aman; pencuri memiliki waktu lebih mudah menguangkan check gereja dibanding sebagian besar check lain.
Gereja harus menjaga inventaris aset fisik dan memeriksa keberadaannya secara periodik. Untuk semia item yang bernilai signifikan, catatan persediaan harus menunjukkan kuantitas, biaya dan tanggal akuisisi. Mudah untuk kehilangan jejak item-item yang mudah dibawa jika ada pergantian signifikan diantara orang yang menggunakan item itu. Lebih penting adalah kebutuhan untuk memiliki suatu catatan persediaan untuk mendukung klaim jika ada kebakaran atau bencana lain.
Petunjuk prosedur akan bernilai jika sukarelawan dapat dibujuk untuk menulis deskripsi langkah-langkah yang diikuti dalam proses akuntansi dan pengendalian. Waktu terbaik untuk mendorong orang untuk menulis prosedur adalah ketika mereka pertama kali melakukan suatu pekerjaan dan mengetahui manfaatnya jika informasi itu tersedia bagi mereka.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan gereja dimaksudkan terutama untuk penggunaan internal. Format dan terminologi harus dipilih untuk menyesuaikan dengan pemahaman anggota gereja selain memfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan gereja. Anggota ingin mengetahui bagaimana sumber daya yang tersedia digunakan selama periode fiskal. Mereka ingin tahu berapa banyak uang tunai yang dipegang, berapa uang yang diterima dibanding jumlah yang dijanjikan, berapa jumlah tagihan belum dibayar dan saldo sisa pada hipotik, jika ada. Biasanya informasi ini lebih mudah dipahami oleh anggota dalam bentuk narasi dibanding dalam bentuk neraca.
Laporan komparatif dari penerimaan dan pengeluaran merupakan kepentingan utama bagi anggota gereja. Exhibit 1, mengilustrasikan bagaimana informasi demikian bisa disajikan. Anggota cenderung menginginkan informasi lebih rinci tentang pengeluaran dan itu bisa ditunjukkan pada daftar tambahan.
Exhibit 1.

Year ended
September 30,
1983
Year ended
September 30,
1982
Received for the
Work of the church

Unrestricted offerings
Designated offerings


Spent for

Pastor’s salary
And allowances
Worship
Religious education
Outreach programs
Designated denominational
Support
Utilities and supplies
Maintenance and repairs


Received more (less) than spent



$41,000
    1,200
$42,200




$23,800
    4,300
    2,700
    4,000

    1,200
    3,800
    2,500
$42,300

$    (100)



$40,450
    1,100
$41,550




$22,500
    4,200
    2,600
    3,250

    1,100
    3,500
    4,150
$41,300

$    (250)

Laporan perubahan posisi keuangan berbasis kas dapat menggantikan laporan rugi laba. Satu format yang mungkin tampak pada exhibit 2, halaman ini, sementara pendekatan yang sama  diilustrasikan pada artikel tentang akuntansi pada Management Accounting terbitan Agustus 1983.
Beberapa gereja memiliki dana terbatas yang bisa digunakan hanya untuk tujuan yang telah ditentukan seperti pemeliharaan dan musik. Suatu laporan yang menunjukkan perubahan saldo dana akan memuaskan dalam kasus demikian.
Jika dana yang dapat dikeluarkan harus diperinci dalam area terbatas dan tak terbatas, atau jika akuntansi perlu lebih rinci, akuntan mungkin menemukan kegunaan dari exhibit 9B dari American Institue of CPA audit and accounting guide yang berjudul, Audit of Certain Nonprofit Organization.
Pengembangan sistem akuntansi dan pengendalian yang lebih baik bisa memberikan tantangan kreatif bagi CPA dan kontribusi yang bernilai untuk pengelolaan sumber daya gereja.
Exhibit 2

Year ended
September 30,
1983
Year ended
September 30,
1982
Funds used for church operations

Pastor’s salary
and allowances
Worship
Religious education
Outreach programs
Designated denominational
programs
Utilities and supplies
Maintenance and repairs


Funds were provided by

Unrestricted offerings
Designated offerings

Increase (decrease) in funds on hand



$23,800
    4,300
    2,700
    4,000

    1,200
    3,800
    2,500
$42,300



$41,000
    1,200
$42,200
$    (100)



$22,500
    4,200
    2,600
    3,250

    1,100
    3,500
    4,150
$41,300



$40,450
    1,100
$41,550
$    (250)


Menurut berbagai sumber, proses pengelolaan keuangan di gereja meliputi penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pencatatan dan pertanggungjawaban. Akuntansi dana mengutamakan pencatatan atas pendapatan yang diterima dan pengeluaran yang dilakukan oleh gereja.
Gereja memiliki otonomi dalam hal mengelola keuangan sehingga diperlukan adanya system akuntansi yang memadai untuk menunjang aktivitas-aktivitasnya. Kegiatan akuntansi dalam organisasi nirlaba (gereja) bertujuan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan dalam menentukan pengalokasian dana. Selain itu juga sebagai bentuk pertanggunggjawaban pengurus gereja serta sebagai indicator pelaksanaan aktivitas secara efektif dan efisien. Dengan demikian, pelayanan gereja dapat ditingkatkan.
Dalam prakteknya, gereja biasanya mendapatkan sumber dana dari sumbangan para jemaat, yang kemudian digunakan untuk tujuan khusus. Proses akuntansi dana meliputi penyusunan anggaran pada awal periode yang dilakukan baik secara bottom-up maupun top-down. Anggaran ini digunakan sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas gereja selama satu tahun kedepan. Selanjutnya merupakan proses pencatatan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pihak gereja berdasarkan basis kas. Proses terakhir yaitu membuat jurnal penutup dan menyiapkan laporan keuangan akhir periode.
KESIMPULAN
Akuntansi masjid bertujuan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Peran akuntansi masjid yang lain adalah sebagai pengendalian manajemen.
Peroses pencatatan akuntansi masjid ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pencatatan pada akuntansi konvensional. Dimulai dengan melakukan identifikasi sumber pendapatan,  selanjutnya melakukan identifikasi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan serta alokasi dana yang dibutuhkan dengan melihat sumber dana yang dimiliki, dan yang terakhir adalah penyusunan anggaran.
Kegiatan akuntansi dalam organisasi nirlaba (gereja) bertujuan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan dalam menentukan pengalokasian dana. Selain itu juga sebagai bentuk pertanggunggjawaban pengurus gereja serta sebagai indicator pelaksanaan aktivitas secara efektif dan efisien. Dengan demikian, pelayanan gereja dapat ditingkatkan.
Gereja biasanya mendapatkan sumber dana dari sumbangan para jemaat, yang kemudian digunakan untuk tujuan khusus. Proses akuntansi pada gereja terdiri dari proses penyusunan anggaran yang dilakukan pada awal periode, selanjutnya adalah proses pencatatan atas transaksi-transaksi, dan terakhir adalah membuat jurnal penutup dan menyiapkan laporan keuangan.




Akuntansi Yayasan

BAB  1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability  yang berarti pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Akuntabilitas (accountability)yaituberfungsinya seluruh komponenpenggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing.Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
Pengertian akuntabilitas ini memberikan suatu petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggungjawab dan untuk menjamin kinerja pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggungjawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampumempertanggungjawabkan pelaksanaankewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.
Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip  good corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Akuntabilitas, sebagai salah satu prasyarat dari penyelenggaraan negara yang baru, didasarkan pada konsep organisasi dalam manajemen, yang menyangkut :
1.  Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of control) organisasi.
2.  Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu.
Transaksi keuangan seharusnya dicatat secara konsisten dan akurat agar di kemudian hari tidak terjadi kekacauan. Pengendalian akan meminimalkan resiko, termasuk pencurian oleh karyawan. Jadi pengendalian keuangan sering juga disebut sebagai pengendalian akuntansi.
System pengendalian keuangan (akuntansi) adalah serangkaian prosedur yang melindungi praktek manajemen secara umum maupun keuangan. Prosedur pengendalian akuntansi memiliki tujuan yaitu informasi keuangan harus dapat dipercaya          sehingga pengelola mendapatkan informasi yang akurat untuk perencanaan program dan pengambilan keputusan lainnya, aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak dicuri, disalah gunakan, atau dirusak secara sengaja, kebijakan yayasan diikutri, dan peraturan-peratutran pemerintah terpenuhi.
Pengendalian sebagai bagian penting dari masyarakat yang baik saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian pula sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang paper diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.    Apa tujuan adanya Akuntabilitas Yayasan  ?
2.    Unsur-unsur apa saja yang ada dalam sistem akuntansi Yayasan ?
3.    Bagaimana tahap pengembangan sistem akuntansi yayasan ?
4.    Apa yang dimaksud Bagan Akun ?
5.    Bagaimana pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia ?
6.    Bagaimana sistem pengendalian keuangan di yayasan ?
1.3 Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan disusunnya paper ini yaitu :
1.    Untuk mengetahui dan memahami tujuan adanya Akuntabilitas yayasan.
2.    Mengetahui dan memahami unsur-unsur apa saja yang ada dalam sistem akuntansi yayasan.
3.    Mengetahui dan memahami bagaimana tahap pengembangan sistem akuntansi yayasan
4.    Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Bagan Akun
5.    Mengetahui dan memahami bagaimana pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
6.    Mengetahui dan memahami Bagaimana sistem pengendalian keuangan di yayasan.


BAB II
PEMBAHASAN

Akuntabilitas Yayasan
2.1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi yayasan. Pihak pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:
a.     Jasa yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut.
b.    Cara pengelola melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja yayasan.
Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan keuangan biasanya melengkapi informasi laporan keuangan lain. Secara rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai :
a.    Jumlah dan aktiva, kewajiban serta aktiva bersih suatu yayasan
b.    Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai serta sifat aktiva bersih
c.    Jenis dan jumlah arus masuk serta arus keluar sumber daya selama satu periode dan hubungan diantara keduanya
d.   Cara suatu yayasan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjama, serta faktor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya
e.    Usaha jasa suatu yayasan.
2.2 Unsur-unsur dalam Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari catatan-catatan akuntansi (buku cek, jurnal, dan buku besar), serta serangkaian proses dan prosedur yang ditetapkan untuk staf, sukarelawan, dan/atau para profesional dari luar yayasan. Secara tradisional akuntansi terdiri dari komponen-komponen berikut ini :

a.    Bagan Perkiraan/Akun
b.    Buku Besar
c.    Jurnal
d.   Buku Cek
e.    Manual prosedur akuntansi
f.     Siklus akuntansi.
2.3 Mempertahankan Integritas Sistem Akuntansi
2.3.1 Neraca saldo (Trial Balance)
Dalam sistem manual, seluruh saldo buku besar dihitung atas basis bulanan untuk memastikan bahwa total debet sama dengan total kredit. Apabila debet sama dengan kredit, laporan keuangan dapat disajikan dengan menggunakan jumlah neraca saldo. Sistem akuntansi yang terkomputerisasi akan menghasilkan neraca saldo dengan mekanisme bilt-in.
2.3.2 Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan, saldo buku cek harus disesuaikan dengan saldo perkiraan bank. Proses ini melibatkan tiga langkah dasar yaitu :
1.    Membandingkan cek dan deposito dalam buku cek dengan laporan bank, lalu menyesuaikan beberapa ketidaksesuaian.
2.    Menyesuaikan biaya bank atau bunga bank yang dihasilkan dengan saldo buku cek.
3.    Mengurangi cek nonkas dari saldo bank dan menambahkan pada cek yang disetorkan, yang belum dicerminkan dalam saldo bank.
2.4 Tahap Pengembangan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang di terapkan akan berubah sebagaimana halnya dengan sumber daya dan kebudayaan yayasan. Yayasan bersekala kecil yang baru berdiri hanya perlu mempertahankan akurasi catatan aktivitas dalam buku cek. Dengan kompleksitas dan volume kerja yayasan yang semakin berkembang, aktivitas manajemen keuangan membutuhkan peningkatan jumlah staf sukarelawan atau  staf yang dibayar atau kombinasi staf dan penyedia jasa dari luar. Jadi, sistem akuntansi harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi pemakainya.
2.4.1 Perbedaan antara akuntansi untuk yayasan dan organisasi bisnis
Prinsip akuntansi yang diterima umum bisa diterapkan dalam praktek akuntansi nonprofit. Namun, ada beberapa perbedaan yang signifikan sebagai berikut.
a)    Akuntansi untuk sumbangan
Yayasan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan status bebas pajak akan ditunjuk untuk menerima sumbangan. Prosedur yang ekuivalen untuk menangani akuntansi sumbangan dalam yayasan adalah prosedur khusus, yaitu:
1.    Janji atau komitmen (jaminan untuk memberikan)
2.    Jasa dan materi yang didermakan (jenis sumbangan)
3.    Kejadian-kejadian khusus Hak Keanggotaan Pembina

b)   Kapitalisasi dan penyusutan aktiva
Yayasan perlu mencatat pembelian barang dan peraltan substansial jangka panjang seperti komputer, mobil, dan bangunan, sebagai aktiva serta menanggung porsi biaya per tahun untuk barang-barang yang masih memiliki umur manfaat. Proses ini disebut sebagai kapitalisasi dan penyusutan aktiva tetap. Yayasan juga perlu mencatat penyusutan aktiva. Namun ada beberapa aktiva di sektor nonprofit yang menerima prlakuan khusus seperti koleksi museum, bangunan sejarah, buku perpustakaan, dan kebun binatang.
c)   Klasifikasi pengeluaran fungsional
Yayasan perlu melaporkan pengeluaran kas sesuai dengan klasifikasi fungsinya. Dua klasifikasi pengeluaran fungsi primer adalah pelayanan program dan aktivitas pendukung. Sementara itu, klasifikasi aktivitas pendukung meliputi pengelolaan dan aktivitas umum, penggalian dana, dan pengembangan keanggotaan. Praktek tersebut sangat bervariasi dari satu yayasan ke yayasan lainnya.
d)   Implikasi perbedaan antara akuntansi nonprofit dan akuntansi swasta
Implikasi dari perbedaan praktek akuntansi non profit dan akuntansi swasta adalah diperlukannya keahlian tambahan bagi personil, penasihat keuangan, atau auditor. Jadi, sumbangan dan pambelian barang-barang serta peralatan yang memerlukan penanganan khusus, diatur dengan melibatkan seorang akuntan spesialis yayasan.
2.4.2 Perbedaan Akuntansi Berbasis Kas dan Berbasis Akural
Akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akural menggunakan kriteria yang berbeda untuk menentukan kapan mengakui serta mencatat pengeluaran dan penerimaan dalam catatan keuangan. Pada akuntansi berbasis kas, pendapatan diakui ketika kas diterima dan disetorkan, sementara biaya dicatat dalam periode akuntansi ketika tagihan dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan diwujudkan dalam periode akuntansi ketika pendapatan itu di peroleh, misalnya,saat jasa yang dikontrak diberikan dan ditentukan hibah terpenuhi,tanpa menghiraukan waktu penerimaan kas dari donasi. Belanja dicatat sebagai pengurangan utang saat pembayaran, misal ketika membayar persediaan yang dipesan, membayar lembur karyawan, dan meminjam printer untuk pencetakan.
Contoh transaksi: Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi belum membayar cicilan akhir atas pembelian printer secara kredit pada tahun ini, sehingga berhutang Rp 1.500.000. Maka pencatatan jurnal atas transaksi tersebut adalah:
Basis Kas
Basis Akrual
Tidak ada jurnal belum membayar
Peralatan         1.500.000
Utang Usaha                   1.500.000
Peralatan         1.500.000
Kas                                1.500.000
Utang Usaha   1.500.000
Kas                                  1.500.000

Beberapa yayasan tidak memiliki sumber daya untuk mengembangkan sistem akuntansi yayasan. Faktor-faktor pertimbangan basis akuntansi adalah:
·      Besaran transaksi yayasan dalam piutang dan pembayaran atas basis yang terus-menerus. Jika tagihan atau hibah belum dibayar atau dilunasi sepanjang tahun, maka akuntansi berbasis kas akan memberikan gambaran keuangan yang sama baiknya dengan akuntansi berbasis akrual.
·      Keahlian dan waktu yang membatasi staf pembukuan.
·      Posisi arus kas yayasan. Jika arus kas dijadikan fokus, maka akun pembayaran dan piutang dapat dijadikan pengendali.
·      Ukuran anggaran yayasan. Beberapa yayasan yang baru belum memiliki kewajiban pembayaran dan tidak memiliki piutang akan memilih akuntansi berbasis kas.



2.5  Bagan Akun
2.5.1 Unsur-unsur yang Harus Ada dalam Bagan Akun
Bagan akun merupakan daftar prakiraan (rekening) sistem akuntansi yang dirancang untuk mendapatkan informasi keuangan, mempertahankan jalur informasi keuangan, dan membuat keputusan keuangan. Informasi tersebut hanya dicatat dengan kode akun dari bagan akun.
Bagan tersebut dibagi ke dalam 5 kategori yaitu aktiva, utang, aktiva bersih, pendapatan, dan biaya. Untuk memutuskan apa yang harus dimasukkan ke dalam bagan akun, beberapa pertanyaan berikut ini juga perlu dipertimbangkan:
·      Laporan apa yang perlu dipersiapkan?
·      Keputusan, evaluasi, dan penilaian keuangan apa yang perlu dibuat secara teratur?
·      Tingkat perincian apa yang diperlukan?
·      Kapasitas apa yang perlu dimiliki untuk melacak informasi keuangan?
Cara terbaik untuk merancang bagan akun atau perkiraan adalah dengan mempertimbangkan laporan apa yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan eksternal, pengambilan keputusan, dan penilaian pengelola. Sebagai contoh, bagan akun harus berhubungan dengan kategori anggaran, sehingga laporan yang dihasilkan dapat membandingkan apa yang dianggarkan dengan realisasinya.
Selain jenis pendapatan dan biaya, ada juga faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam bagan akun. Jika lebih dari satu tempat, apakah informasi yang terpisah dibutuhkan untuk masing-masing tempat? Atau, jika lebih dari satu program, apakah item-item seperti persediaan, perangko, dan gaji diungkapkan untuk masing-masing program? Dan akhirnya, berdasarkan Pernyataan Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang baru No. 116 dan 117, organisasi nonprofit seperti yayasan harus melaporkan pendapatan dan belanjanya dalam tiga kategori: yaitu tidak terikat, terikat, temporer, dan terikat permanen. Ini berarti bahwa bagan akun mendukung persyaratan pelaporan.
Apabila tingkat yang lebih tinggi dibutuhkan, maka software akuntansi akan diperlukan untuk menjalankan transaksi keuangan. Software akuntansi itu sering kali membagi transaksi ke dalam beberapa bagian kecil dan kemudian menentukan tingkat rincian yang akan digunakan dalam laporan. Proses menghasilkan informasi yang sangat rinci secara manual sangat memakan waktu.
Kemampuan dan ketersediaan staf pembukuan untuk memecahkan masalah sangatlah penting. Sebagai contoh, staf pembukuan perlu dilatih untuk menyelesaikan persoalan menyangkut bagan akun dan pengembangan sistem akuntansi yayasan.
Aturan yang baik adalah membuat bagan akun sesederhana mungkin dan memperbaikinya untuk meningkatkan ketersediaan informasi secara berkesinambungan. Hal yang dituliskan dalam cek atau penerimaan uang adalah nomor akun yang ditetapkan untuk untuk transaksi. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa bagan akun perlu direvisi. Dengan kata lain, kriteria penentuan nomor akun dijelaskan.
2.5.2 Ciri-ciri Bagan Akun yang Sederhana
Bagan akun yang diberikan pada akhir bagian ini menggambarkan kesesuaian item belanja dan pendapatan dengan nomor akun yang berlaku. Contoh dibawah ini merupakan pedoman tentang pengembangan bagan akun itu sendiri. Ciri-ciri dari contoh bagan akun berikut perlu diamati dengan seksama. Kategori akun disajikan dalam urutan standar dimulai dengan akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan sebagai berikut.
1.   Aktiva
Aktiva adalah  item nyata dari suatu yayasan dimana sumber daya, termasuk kas, akun piutang, perlengkapan, dan kekayaan, diungkapkan. Aktiva biasanya dimasukkan dalam daftar menurut urutan menurun (descending) dari likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa kas dan aktiva lainnya yang mudah diubah menjadi kas dicantumkan pada urutan awal; dan aktiva tetap seperti kekayaan dan peralatan diurutan akhir. Akun aktiva biasanya dimulai dengan angka “1”.
2.    Utang
Utang adalah kewajiban ke kreditor seperti pinjaman dan utang usaha. Utang yang jatuh temponya sekarang dicantumkan lebih awal dibanding utang yang jatuh temponya dalam tahun berikutnya. Utang usaha dan utang pajak upah biasanya dicantumkan sebelum utang lainnya. Penerimaan yang ditangguhkan dan utang lainnya sering kali dicantumkan dalam urutan berikutnya pada daftar. Utang sering kali dimulai dengan angka “2”.
3.    Aktiva Bersih
Aktiva bersih mencantumkan nilai keuangan dari suatu yayasan. Aktiva tersebut mencerminkan saldo yang ada setelah kewajiban yayasan dilunasi. Perangkat lunak akuntansi yang dirancang untuk yayasan melaporkan “aktiva bersih”. Sementara itu, yayasan penerima pemberian yang tidak terikat memiliki satu akun aktiva bersih. Aktiva tetap yang terikat, baik secara permanen maupun temporer, seperti sumbangan memiliki lebih dari satu akun aktiva bersih, yang biasanya dimulai dengan angka “3”.
2.5.3 Akun Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam Laporan Posisi Keuangan
Berdasarkan nomor akun yang terendah hingga tertinggi, jumlah item dalam satu kategori akan dikembangkan seiring dengan perkembangan aktivitas yayasan. Akun tertentu yang terkait dikelompokkan bersama dengan nomor yang berkaitan. Misalnya, nomor umum untuk pajak upah adalah 7310. Namun, nomor akun setiap jenis pengeluaran pajak upah ditentukan secara terpisah, seperti Asuransi Pengangguran-7312. Beberapa perangkat lunak akuntansi yang terkomputerisasi akan menyusun laporan yang mengumpulkan seluruh akun dengan kode 731x ke dalam item tunggal. Secara manual, jenis pengelompokan pengeluaran ini akan menyederhanakan informasi konsolidasi dalam laporan. Namun perhatikan bahwa secara khusus, informasi itu tidak akan ditempatkan untuk akun 7310. Akun ini akan dipertimbangkan menjadi “judul” untuk semua pengeluaran terkait.
2.5.4 Menangkap Informasi Keuangan yang Lebih Kompleks
Jika dana secara terpisah (dana terikat secara permanen maupun temporer) dipilah menurut setiap program, departemen, dan tempat, maka bagan akun dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan bagan akun “multi-tiered” (deretan bertingkat banyak). Sebagai contoh, dalam bagan akun yang memperlihatkan deretan bertingkat tunggal, penambahan bagian atau deretan bertingkat yang kedua untuk kode akun akan memberikan kode dari berbagai item kedalam berbagai kategori. Misalkan suatu yayasan memiliki tiga program yaitu: konseling, tutorial, dan rekreasi. Setiap program itu mempunyai kode akun sendiri seperti:
-          Konseling  01
-          Tutorial      02
-          Rekreasi     03
Bagan akun akan menjadi lebih kompleks jika yayasan menginginkan laporan yang lebih rinci. Namun, sekali lagi, hal itu tergantung pada waktu dan kemampuan staf keuangan serta kerumitan transaksi keuangan.
Contoh Bagan Akun Yayasan
Aktiva
Pengeluaran
1010 Kas
          1011 Akun Pengecekan
          1012 Kas Kecil
1020 Tabungan dan Investasi Kas
Temporer
1030 Piutang
1040 Biaya tidak terduga
1050 Piutang Sumbangan
1060 Biaya tidak terduga

1130 Biaya dibayar dimuka
1610 Tanah
1620 Gedung
1640 Peralatan
7110 Gaji dan upah karyawan, direktur, dan
sebagainya

7210 Gaji dan upah lain-lain
7310 Pajak upah dan sebagainya
          7311 Pajak dan Asuransi
pengangguran
          7312 Asuransi Cacat


7520 Biaya Akuntansi
          7520 Biaya Akuntansi dan Audit
          Biaya Jasa Bank
Utang

2010 Utang Usaha
2410 Pinjaman dari Komisaris 
dan Karyawan
2510 Utang Hipotek
7710 Persediaan
7810 Telepon
7910 Perangko dan pengiriman
Aktiva Bersih

3100 Aktiva Lancar yang tidak dibatasi
8010 Kepemilikan
         8011 Sewa Kanntor
          8012 Biaya jasa jaga rumah dan jasa
serupa
Penerimaan

4010 Sumbangan (Pos Langsung)
4050 Acara Khusus (Porsi
Pemberian)
4100 Jasa sumbangan dan
penggunaan fasilitas

4220 Hibah badan hukum
4230 Hibah yayasan
4510 Sumbangan Pemerintah
8110 Pemeliharaan dan sewa peralatan

8210 Pencetakan dan duplikasi

8310 Perjalanan

8710 Asuransi

Yayasan harus mencatat pembelian peralatan dan kekayaan yang bersifat jangka panjang, karena jenis aktiva tersebut menanggung biaya per tahun sesuai dengan umur manfaatnya. Proses ini disebut sebagai kapitalisasi dan penyusutan aktiva tetap. Pencatatan akuntansi untuk mencatat penyusutan aktiva tetap yang dimiliki oleh yayasan sama dengan pencatatan akuntansi untuk penyusutan aktiva tetap pada umumnya.
2.5.5 Pajak Pengghasilan dari Usaha yang Tidak Terkait
Pendapatan usaha yang tidak terkait adalah pendapatan yang dihasilkan dari suatu perdagangan atau aktivitas usaha yang tidak terkait secara substansial dengan tujuan yayasan. Aktivitas usaha atu aktivitas perdagangan adalah aktivitas yang dilakukan untuk meraih pendapatan melalui aktivitas penjualan barang dagangan atau jasa. Misalnya, toko buku universitas melakukan aktivitas usaha dengan menjual buku textbook ke para mahasiswa dan masyarakat umum.
2.5.6 Mencatat Akun Sumbangan
Komitmen untuk memberikan kontribusi secara tertulis bisa dijadikan dasar untuk pencatatan transaksi utang sumbangan. Sebagai contoh, seorang donatur berjanji secara tertulis akan memberikan sumbangan senila Rp 1.000.000,- selama tiga tahun mendatang. Dengan menyajikan piutang hibah dalam neraca, yayasan memperlihatkan jumlah uang yang diharapkan akan diterima di masa mendatang dalam bentuk sumbangan hibah.
Piutang hibah yang bisa dipercaya sebaiknya dicatat dalam sistem akuntansi. Terdapat dua jenis piutang, yaitu piutang yang mengikat dan piutang yang tidak mengikat. Pituang yang tidak mengikat adalah piutang yang dilakukan oleh donatur untuk memberikan hibah kepada yayasan di masa yang akan datang. Namun yayasan tersebut tidak perlu memenuhi beberapa persyaratan khusus sebelum menerima hibah dan tidak ada kondisi lain yang ditetapkan oleh donatur.
Piutang yang mengikat adalah kesatuan peristiwa yang tidak menentu di masa mendatang. Misalnya, seorang donatur berniat untuk memberikan uang sebesar seribu rupiah jika yayasan telah memperoleh hibah yang sesuai sebesar dua ribu rupiah dari sumber lain. Sedangkan untuk piutang yang tidak dapat terkumpul, maka yayasan mencatatnya pada akun Cadangan untuk Piutang yang Tidak Terkumpul, dan akan mengurangi Piutang Hibah yayasan.



2.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Di Indonesia
2.6.1 Laporan Keuangan Organisasi Nonprofit
Laporan keuangan organisasi nonprofit seperti yayasan meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

2.6.2 Laporan Posisi Keuangan
1.    Klasifikasi aktiva dan kewajiban
Informasi mengenai likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut:
a.    Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo
b.    Mengelompokkan aktiva ke dalam bagian lancer dan tidak lancar, serta kewajiban ke dalam bagian jangka pendek dan jangka panjang
c.    Mengungkapkan informasi mengenai likuidasi aktiva atau saat jatuh tempo kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva pada catatan atas laporan keuangan
2.    Klasifikasi Aktiva Bersih Terikat atau Tidak Terikat
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah setiap kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat
Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer akan diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan
2.6.3 Laporan Aktivitas
Tujuan dan Laporan aktivitas difokuskan pada yayasan secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva dalam laporan aktivitas akam tercermin pada aktiva bersih dalam laporan posisi keuangan. Pada laporan terdiri atas aktivitas sebagai berikut.
1.    Perubahan Kelompok Aktiva Bersih
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih yang terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat selama suatu periode.

2.    Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan, dan Kerugian
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat
Sementara itu, sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada tindakannya ada tidaknya pembatasan. Jika sumbangan terikat yang pembatasnya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, maka dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban)sebagai penambah atau pengurangan aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaanya dibatasi.
3.    Informasi Mengenai Pendapatan dan Beban
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, namun demikian, pendapatan investasi dapat disajikan secara netto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
4.    Informasi Mengenai Pemberian Jasa
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
2.6.4 Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini:
1.    Aktivitas pembiayaan
a.     Penerimaan kas dari penyumbang yang pengggunaannya dibatasi untuk jangka panjang
b.    Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk perolehan, pembangunan, dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowmwnt)
c.     Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang
2.    Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas seperti sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

Pengendalian Keuangan
2.7 Pengembangan Sistem Pengendalian Akuntansi
Langkah pertama dalam sistem pengendalian akuntansi yang efektif adalah mengidentifikasi bidang dimana penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan mungkin terjadi. Beberapa akuntan dapat memberikan checklist (daftar pengecekan) atas bidang dan pertanyaan tentang waktu perencanaan sistem. “Price Waterhouse’s Booklet, Effective Internal Accounting Control for Nonprofit Organizations: A Guide for Directors and Management”, memasukkan bidang dan tujuan pengembangan sistem pengendalian akuntansi yang efektif seperti:
a.     Penerimaan Kas
Untuk memastikan bahwa seluruh kas telah diterima, didepositokan secara cepat, dicatat dengan sesuai, direkonsiliasi, dan dipertahankan menurut prosedur keamanan yang memadai.
b.    Pengeluaran Kas
Untuk memastikan bahwa semua pembayaran kas hanya dilakukan atas kewenangan pengelola yang tepat, untuk tujuan aktivitas yang valid, dan dicatat secara tepat.
c.     Kas Kecil (petty cash)
Untuk memastikan bahwa kas kecil dan dana kerja lainnya dibayar hanya untuk tujuan yang tepat, disimpan secara aman, dan dicatat secara tepat.
d.    Gaji
Untuk memastikan bahwa pembayaran gaji hanya dibuat atas kewenangan yang tepat untuk karyawan yang berhak serta dicatat secara tepat dan berhubungan dengan persyaratan yang sah (seperti setoran pajak gaji).
e.     Hibah, Sumbangan, dan Warisan
Untuk memastikan bahwa semua hiba, sumbangan, dan warisan diterima serta dicatat secara tepat dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku.
f.     Aktiva Tetap
Untuk mamastikan bahwa aktiva tetap diperoleh dan diatur oleh otorisasi yang tepat, dijaga dengan aman, dan dicatat secara tepat.
Sistem pengendalian akuntansi juga diperlukan untuk memastikan pencatatan yang tepat atas barang yang didermakan, sumbangan dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan dan pengembalian informasi harus dicatat secara akurat dan tepat waktu, dan memenuhi peraturan pemerintah lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini yayasan perlu menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani per bidang, termasuk sistem check and balance. Prinsip ini disebut sebagai pemisahan tugas, dimana tugas dapat dibagi di antara staf dan sukarelawan yang dibayar. Misalnya, dalam yayasan yang kecil, direktur menyetujui pembayaran sekaligus dan menandatangani cek yang disiapkan oleh kasir atau manajer kantor. Sementara itu bendahara akan meninjau pembayaran tersebut dengan disertai dokumen bulanan, menyiapkan rekonsiliasi bank, dan meninjau ulang cek-cek yang dibatalkan. Di samping itu ada juga hal-hal umum yang memerlukan perhatian pengelola yaitu, Pengeluaran cek, jumlah tanda tangan pada cek, jumlah rupiah yang memerlukan persetujuan atau tanda tangan pengurus pada cek, yang mengakui pembayaran, serta komitmen keuangan.
Persetujuan rencana dan komitmen sebelum dilaksanakan, anggaran tahunan dan perbandingan periodik antara laporan keuangan dengan jumlah, sewa, persetujuan pinjaman, dan komitmen utama lainnya yang dianggarkan dengan kebijakan-kebijakan personalia, yaitu tingkat gaji, liburan, lembur, waktu pengganti, keuntungan, uang pesangon, dan persoalan personalia lainnya.
2.7.1 Manual Prosedur Akuntansi
Kebijakan dan prosedur untuk menangani transaksi keuangan didokumentasikan dalam Manual Prosedur Akuntansi, dimana tugas-tugas administrasi dan siapa yang bertanggung jawab atas masing-masing tugas tersebut dijelaskan. Manual tersebut merupakan gambaran yang sederhana tentang penanganan fungsi seperti  pembayaran tagihan, setoran kas, dan transfer uang. Revisi atas Manual Prosedur Akuntansi biasanya dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian yang ada.
2.7.2 Mempertahankan Pengendalian yang Efektif
Pelaksana biasanya bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang ada. Dengan pensyaratan yang rici dari lembaga donor, sebaiknya harus ada satu orang yang memahami dan memonitor peraturan khusus serta faktor pemenuhannya.
Surat manajemen merupakan indikator kualitas pengendalian sistem akuntansi dan bagian dokumen audit yang menyebutkan kelemahan signifikan dari sistem yayasan atau pelaksanaanya. Dengan surat manajemen tersebut pengelola diminta untuk melakukan perubahan sesuai dengan rekomendasi yang diajukan auditor. Dengan membandingkan surat manajemen dari tahun ke tahun, pengelola akan memiliki mekanisme pengawasan tentang penjagaan keuangan dan ketaatan atas kebijakan keuangan.
2.8 Pengendalian Internal yang Dibutuhkan untuk Pembayaran Kas
Tujuan pengendalian internal atas pembayaran kas adalah untuk memastikan ketepatan otorisasi pembayaran kas, keakurasian pencatatan transaksi, dan pencapaian tujuan yayasan. Hal yang perlu dipperhatikan dalam pengendalian internal untuk pembayaran kas adalah pemisahan tugas, otorisasi dan proses pembayaran, pengelolaan dana terbatas, penandatanganan cek, checklist pengendalian akuntansi internal, dan checklist daftar gaji.
2.9 Aktivitas Pengendalian Dalam Siklus Akuntansi Tahunan
2.9.1 Pengelolaan Anggaran Operasional
Anggaran menggambarkan apa yang diharapkan menyangkut belanja (pengeluaran) dan pendapatan (penerimaan) pada suatu periode waktu. Anggaran tersebut berguna untuk memproyeksikan berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk inisiatif utama, seperti pembelian fasilitas dan kontrak karyawan baru. Anggaran operasional juga membantu dalam menjalankan anggaran lainnya, seperti anggarn modal (untuk aktiva utama seperti peralatan, gedung, dll) dan anggaran proposal (untuk penggalian dana). Anggaran tahunan dipersiapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Pemilihan waktu aktivitas anggaran
Paling tidak dua atau tiga bulan sebelum awal tahun pembukuan, anggaran untuk tahun yang akkan datang sudah mulai dipikirkan. Anggaran tersebut biasanya sesuai dengan tahun pembukuan, yang mencerminkan siklus operasional yayasan.
2.    Pihak yang terlibat dalam proses anggaran
Pengelola harus berpartisipasi di semua tahap proses penganggaran, dimana pertanggungjawaban atas tiap item juga akan dilakukan. Bagi sebagian besar yayasan, manajemen perencanaan dan keuangan adalah aktivitas yang cenderung memisahkan organisasi.
3.    Langkah-langkah dalam proses anggaran
Langkah pertama dalam proses penganggaran adalah mereview program dan pencapaian manajemen serta pelaksanaan keuangan pada akhir tahun. Ini mencakup review atas tujuan yang dicapai, anggaran, dan kinerja perorangan. Selanjutnya, perkiraan biaya yang diperlukan meliputi staff, persediaan, dan sumber daya lain. Pengalaman masa lalu juga dapat menjadi dasar penyusunan anggaran dengan tambahan informasi mengenai kesinambungan program. Penerimaan sumbangan sebaiknya diproyeksikan dengan menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Hal itu bukan merupakan angka yang diturunkan dari perbedaan antara biaya yang diproyeksikan dan pendapatan yang diperoleh lainnya serta pengeluaran yang diproyeksikan.
4.    Menyiapkan anggaran bulanan
Menyiapkan anggaran bulanan yang mencerminkan pembagian anggaran ke dalam 12 bulan dari penerimaan dan pengeluaran yang ada secara seimbang merupakan hal yang bermanfaat. Dengan menyiapkan rincian anggaran bulanan dan realisasinya, akurasi perubahan dan revisi anggaran dapat dilakukan secara tepat. Anggaran dan proses anggaran dapat menjadi kendaraan yang penting bagi manajemen keuangan dalam mencapai misi secara lebih baik.
5.    Menentukan cadangan operasional yayasan
Definisi cadangan operasional atau saldo tidak terikat mirip dengan sisa laba atu kekayaan pemilik. Sisa laba atu kekayaan pemilik adalah dana yang biasanya terakumulasi selama beberapa tahun yang digunakan oleh yayasan sesuai dengan kebijakan pengurus (yaitu penghasilan bersih tidak terikat). Cadangan operasional mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
·       Memungkinkan yayasan bertahan hidup bila terjadi kerugian operasional yang disebabkan oleh kondisi ekonomi atau kesalahan manajemen.
·       Meningkatkan fleksibilitas yayasan, yang dapat digunakan sebagai modal ventura untuk mengembangkan program baru, menggantikan program yang telah usang, atau mengembangkan jasa dan kepentingan yayasan.
·       Memperluas kesempatan memperoleh kredit dan membolehkan pembiayaan yang menguntungkan dari perluasan dan pertumbuhan yayasan. Hal ini termasuk membolehkan perubahan arah atau fokus program dan aktivitas.
Besarnya cadangan operasional kas tergantung pada reliabilitas sumber daya pendapatan, arus kas musiman, skedul arus kas, ketersediaan keuangan eksternal, stabilitas pengeluaran, sifat-sifat utang, sifat-sifat aktiva lainnya, dan sifat-sifat kesempatan.
6.    Menetapkan dana kas kecil
Kas kecil memungkinkan pembelian atau pembayaran dalam jumlah kecil secara tunai untuk item-item seperti perangko, persediaan kantor, parkir, dan sebagainya. Pengelola harus mengembangkan suatu kebijakan menyangkut berapa uang yang seharusnya tersedia di kas kecil, dan pengeluaran maksimum yang dapat dibayarkan melalui kas kecil.
2.9.2 Manajemen Kas
Seluruh pengelola yayasan harus mempelajari perbedaan antara keuntungan dan kas. Keuntungan adalah jumlah uang yang diharapkan bisa diperoleh dari seluruh pelanggan yang membayar tepat pada waktunya. Namun, hal itu bukanlah realitas yang terjadi sehari-hari. Kas adalah apa yang harus dimiliki untuk mempertahankan pintu usaha tetap terbuka. Bahkan, keuntungan yang diraih yayasan hanya merupakan hal kecil jika tidak disertai dengan arus kas bersih yang positif. Perhatikan bahwa keuntungan tidak dapat dibelanjakan, sementara kas memiliki kemampuan belanja yang riil.
Arus kas secara sederhana mengarah pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi dalam suatu yayasan selama periode waktu tertentu. Jika arus kas yang “masuk” lebih besar dari arus kas yang ‘keluar”, maka yayasan memiliki arus kas positif. Sedangkan jika arus kas “keluar” lebih besar dari arus kas “masuk”, maka yayasan memiliki arus kas negatif.
Laporan arus kas secara khusus dibagi ke dalam tiga komponen, sehingga sumber-sumber dan penggunaan kas tersebut dapat dipahami. Komponen tersebut termasuk sumber-sumber eksternal dan internal sebagai berikut.
2.9.3 Penggunaan Laporan Keuangan
1.  Neraca memperlihatkan suatu “gambaran” tentang aktiva, kewajiban, dan modal (kekayaan bersih) dari suatu bisnis. Neraca memperlihatkan dua “pandangan” – sumber daya apa yang dimiliki (Aktiva) dan kreditor atau investor/pemilik yang membuat neraca tersebut mungkin Arus kas operasional (internal)
Arus kas operasional seringkali mengarah pada modal kerja, yaitu arus kas yang dihasilkan dari operasi internal. Arus kas ini merupakan kas yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa dalam usaha dan juga merupakan darah kehidupan nyata dalam usaha, sehingga arus kas tersebut dihasilkan secara internal di bawah pengendalian yayasan.
2.   Arus Kas Investasi (internal)
Arus kas investasi dihasilkan secara internal dari aktivitas nonoperasional. Komponen ini akan memasukkan investasi dalam pabrik dan peralatan atau aktiva tetap lainnya, rugi laba yang tidak berulang, atau sumber-sumber lain dan penggunaan kas di luar operasi normal.
3.   Arus Kas Keuangan (eksternal)
Arus kas keuangan adalah kas untuk dan dari sumber eksternal, seperti peminjam, investor, dan shareholder.
mendapatkan sumber daya ini (Modal dan Kewajiban).





Berikut ini adalah contoh laporan keuangan salah satu yayasan yaitu.

YAYASAN SUKMA


Laporan Penerimaan dan Pengeluaran
"Sumbangan Masyarakat"
Per tanggal 31 Juli 2010

Total Penerimaan Indonesia Menangis                                            Rp. 164,425,766,955
Total Pengeluaran Indonesia Menangis                                           Rp. 31,256,107,183
Saldo akhir Indonesia Menangis                                                             Rp. 133,169,659,772




Total Penerimaan Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010         Rp. 40,865,245,436
Total Pengeluaran Yayasan Sukma - Mei 2005 s/d Juni 2010        Rp. 172,579,230,302




Saldo awal Juli 2010                                                              Rp. 1,455,674,906
Penerimaan Bulan Juli 2010                                                 Rp.     959,259,021

Pengeluaran Bulan Juli 2010
1 Penyaluran Sumbangan
- Tunai                                                                                    Rp.
- Barang                                                                      Rp.
2 Pembelian aktiva tetap                                            Rp.
3 Biaya pencarian dana                                              Rp.
4 Pembangunan sekolah                                             Rp.
5 Pembangunan pabrik es                                          Rp.
6 Pembangunan gedung SMU di Nagan Raya           Rp.
7 Biaya Operasional Sekolah Sukma Bangsa            Rp. 678,484,391
8 Biaya Operasional Sukma                                       Rp. 45,583,933

Total Pengeluaran Bulan Juli 2010                                        Rp.    724,068,324
Saldo Per 31 Juli 2010                                                                       Rp. 1,690,865,603

BAB III
KESIMPULAN
Karakteristik utama organisasi nonprofit seperti yayasan dapat dibedakan dengan yayasan bisnis. Perbedaannya terletak pada mekanisme organisasi bersangkutan dalam memperoleh sumber daya awal yang dibutuhkan, yang umumnya diperoleh dari sumbangan.
Berbagai  transaksi yayasan dapat dibedakan dengan jenis transaksi swasta. Pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepantingan bersama, yaitu untuk menilai jasa yayasan dan kemampuan yayasan untuk memberikan jasa secara berkesinambungan, dan mekanisme pertanggungjawaban dan aspek kinerja pengelola.
Kemampuan yayasan dalam mengelola jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan dimana informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur  tersebut disampaikan. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih. Pertanggungjawaban pengelola yayasan atas hasil pengelolaan sumber daya yayasan akan disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Dengan adanya standar pelaporan tersebut laporan keuangan yayasan dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Sistem pengendalian keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya, aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak dicuri serta kebijaknan-kebijakan yayasan terpenuhi dan peraturan pemerintah terpenuhi


DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga


Comments

  1. Apakah laporan keuangan organisasi keagamaan (tempat ibadah) diaudit? Siapa yang meng-audit?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Visi dan Misi Perusahaan Besar di Indonesia

Balanced Scorecard: SISTEM MANAJEMEN KINERJA

Audit Siklus Pendapatan